Sebenarnya kejadian ini sudah agak lama sih, sekitar Oktober tahun lalu. Tapi, saya rasa harus ditulis sebagai pengingat dan berbagi buat semua pembaca blog saya, andai ada yang mengalami hal serupa. Kali ini saya akan bercerita tentang bisul.

Saat itu anak-anak barengan terkena bisul. Awalnya hanya Dema, adeknya, yang kena. Sejak lahir emang sudah diwanti-wanti sama dokter anak kalau Si Dema ini punya bakat alergi. Jadi kemungkinan kalau ada makanan yang nggak cocok, dia garuk-garuk, bisa muncul jerawat kecil hingga jadi bisul.

Tapi, saat itu, saya menduganya bukan karena makanan ya, kemungkinan karena cuaca yang memang panasnya bukan main. Kebetulan kami nggak pasang AC di rumah. Jadi, saat cuaca sedang hot-hot-nya, anak-anak kena biang keringat. Dema terutama, garuk-garuk sepanjang hari. Tak lama setelah Dema muncul garuk-garuk dan kena bisul, Maxy juga ikutan. Padahal selama ini Maxy bebas alergi dan tahan banting terhadap cuaca panas. Ah, entahlah. Singkat cerita mereka barengan bisulan dan sukses bikin puyeng kepala emaknya.

“Bicul girl and bicul boy.”

Ketika bisul Dema dan Maxy menjadi makin meradang, saya memutuskan membawa keduanya ke salah satu RS dekat rumah. Setelah sebelumnya nanya sana-sini dokter mana yang RUM. Padahal kalau dipikir-pikir, RUM atau nggak dokter itu bukan yang penting sih, kan yang penting pengetahuan ortunya. Tapi, yowes nggak pa pa lah, namanya juga usaha kan.

Kalau jaman masih di tinggal di Pasar Minggu dulu sih, saya nggak khawatir karena pasti yang saya kunjungi Markas Sehat. Semua sudah pada tahu, dokter-dokter di Markas Sehat bisa dipercaya buat kesehatan anak-anak. Akhirnya, saya dan suami jadi membawa kedua anak kami ke RS X, ketemu dengan dr. Y. Dr. Y nggak meresepkan obat, cuma memberi salep dan garam NaCl buat membersihkan nanah bisulnya.

Beberapa hari setelah itu, ayahnya ada tugas dinas keluar kota. Pas abis ayahnya berangkat ndilalah Maxy kok sekujur tubuhnya bengep-bengep kayak orang dipukuli. Dia juga garuk-garuk terus sambil mengeluh gatal. Dema juga bisul di kepalanya makin membesar hampir sebesar bola bakso. Mendadak saya jadi panik. Kok, ya pas ayahnya lagi dinas luar. Maklum, hidup di perantauan, jauh dari ortu dan saudara, plus tanpa asisten, membuat saya agak jiper juga kalau anak-anak sakit.

Akhirnya saya beranikan diri ke dr. Y lagi. Pas kesana pas dr. Y udah mau pulang, tapi masih mau menerima pasien. Untuk Maxy dioleh-olehin obat buat menghilangkan gatalnya. Tapi untuk Dema, saya disarankan langsung konsul ke dokter spesialis bedah. Tujuannya untuk memecah bisulnya yang besar tadi. Dalam pikiran saya, yang namanya bisul mungkin dibantu dipecahkan dengan disayat lalu dibersihkan. Karena menurut dr. Y lapisannya sudah sangat tipis, mau pecah.

Akhirnya, saya setuju minta opini ke dokter bedah. Eh, nggak tahunya dr. Z, si dokter bedah, mengatakan itu masuk kategori operasi besar dimana anak harus dibius total lalu diopname beberapa hari. Iseng nanya ke administrasi berapa biayanya tambah bikin setres, ho ho ho. Langsung linglung, nggak bisa mikir saya, mbayangin Dema yang waktu itu usianya masih 9 bulan kudu diperasi karena bisulan. Apalagi baterei HP lowbatt, bingung mau menghubungi siapa. Hyaaahh.

“Iseng njepret biaya operasinya, hyaah…”

Dalam kondisi setengah menapak tanah, saya panggil taksi dan bawa anak-anak pulang. Sampai rumah saya menelepon suami dan neneknya anak-anak. Kemudian saya menulis email di Milis Sehat, meminta pendapat dari sana.

Alhamdulillah ada yang menanggapi dan memberikan link di www.webmd.com tentang boils aka bisul. Dari membaca link yang diberikan tersebut saya mengevaluasi perawatan bisul anak-anak, kira-kira apa penyebabnya kok nggak jadi sembuh malah makin meradang. Jadi, kesalahan saya selama ini, karena cuaca panas, saya nggak memandikan anak-anak dengan air panas, melainkan memandikan mereka dengan air yang suhunya hangat tapi cenderung dingin. Padahal, kompres air panas akan sangat membantu mematangkan bisul. Alhamdulillah, setelah perawatan yang benar, bisul anak-anak sembuh.

Dari situ saya belajar lagi bagaimana cara mencegah dan home treatment bisul. Catatan saya adalah sebagai berikut:

  • Jaga kebersihan tangan anak (balita), potong kukunya apabila panjang, dan cegah anak menggaruk-garuk kulitnya. Bisul disebabkan karena saat anak mengaruk kulitnya, lalu luka, lalu ada bakteri masuk dan menyebabkan infeksi, ajdi deh bisul.
  • Jaga kebersihan pakaian dan lingkungan.
  • Jika sudah ada tanda-tanda muncul jerawat kecil, maka itu bisa berpotensi menjadi bisul. Kompres dengan waslap yang sebelumnya sudah dibasahi dengan air hangat. Kompres selama 10 menit, lakukan beberapa kali sehari. Kompres hangat ini akan membantu bisul cepat matang, bisa mengurangi nyeri karena peradangan bisul, dan juga bisa mempercepat penyembuhan bisul.
  • Jangan memecahkan/ memencet/ menusuk bisul dengan paksa. Nanti, malah makin meradang dan menyebar.
  • Oles bisul dengan salep tipis-tipis atas petunjuk dokter.
  • Saat bisul pecah, biasanya ada nanah yang mengalir keluar. Kulit yang kena nanah tersebut bisa dibersihkan/ diseka dengan garam NaCl. Garam NaCl bisa menyerap kuman-kuman di kulit dan mencegah pembentukan bisul baru di kulit yang terkena nanah tadi.
  • Apabila bisul masih saja meradang segera hubungi dokter.

Anak-anak saya, terutama Dema, setelah peristiwa bisul yang barengan dengan kakaknya itu, beberapa kali terkena bisul lagi. Namun, alhamdulillah tidak sampai meradang seperti sebelumnya. Kemungkinan besar kali ini karena alergi ayam dan turunannya. Jadi, karena saya belum melakukan tes alergi untuk Dema, maka saya mengamati dari makanannya dulu.

Sekarang, saya sudah bisa berdamai dengan bisul. Menjadi lebih “santai” ketika anak-anak harus mengalaminya.

Dari peristiwa tersebut, memang sebagai orang tua kita dituntut untuk tetap WARAS saat anak-anak sakit. Pasrahkan kepada Allah dan terus mencari tahu tentang sakitnya si anak berikut cara penanganannya yang terbaik.

– April, Bundanya Maxy dan Dema –