Siapa sih Elisa Koorag? Mungkin bagi mereka yang aktif di komunitas blogger sudah mengenal namanya. Blogger perempuan yang atraktif ini, sebenarnya bukan sosok asing buat saya. Bunda Icha, begitu sapaan akrab saya kepadanya, pertama kali kenal dengannya ketika sama-sama aktif sebagai angota Milis Sekolah Kehidupan (SK). Perempuan yang berulangtahun setiap tanggal 20 November ini di Milis SK juga termasuk guru saya. Tulisan-tulisannya yang berbau-bau mengenai hikmah kehidupan, dulu, hampir setiap hari menemani aktivitas saya. Dari mulai yang ringan sampai yang membuat melow, maklum waktu itu saya masih gadis abege labil hahaha.

Elisa Koraag.

Salah satu yang masih saya ingat adalah tulisan cerpennya yang berjudul Makna Selembar Ijazah, yang menceritakan tentang perdebatan seorang anak dan ayahnya tentang makna pendidikan formal. Pas, dengan kondisi saya yang kala itu hampir di ujung semester tapi rasanya kok belum menemukan esensi dari makna sekolah. Hingga saat ini, jika mau googling dan membuka arsip Milis SK, masih ada lho beberapa tulisan inspiratif Bunda Icha yang bisa dibaca.

Sempat kopdar beberapa kali, baik di acara Ulang Tahun dan Kopdar Milis SK, maupun saat Bunda Icha sedang dinas ke Surabaya. Yup, saat itu saya masih gadis dan masih tinggal di Surabaya. Sedangkan, Bunda Icha tinggal di Jakarta dan masih bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penelitian sosial, politik, marketing, yang membuatnya berkeliling Indonesia.

Main gambreng sama Bunda Icha tahun 2007 di Lembang.

Kopdar dengan Bunda Icha dan teman-teman Milis SK tahun 2009 di Lembang.

Hingga pada tahun 2011 saya menikah, lalu pindah ke ibu kota, tanpa saya ketahui Bunda Icha sudah resign dan memutuskan menjadi stay at home mommy. Kebetulan saat itu Milis SK mulai meredup, ya, mungkin karena orang-orang lebih banyak memilih media sosial untuk berinteraksi. Ternyata, Bunda Icha, meski tak lagi menulis kisah-kisah kehidupan di SK, tetap semangat menulis. Kali ini merambah dunia blog. Saya sempat beberapa kali melihat di timeline, Bunda Icha memamerkan foto-fotonya memenangkan lomba ini berhadiah handphone, memenangkan lomba ini berhadiah tablet, dan lain-lain yang disebutnya “Berkah Ngeblog”. Ouwh, rupanya di saat yang sama, Bunda Icha memutuskan menjadi full time blogger untuk aktualisasi dirinya.

Tapi, bukan karena hadiah ataupun benefit lain yang membuatnya menjadi blogger. Menurutnya, ngeblog adalah senjata perempuan. Bunda Icha sendiri memanfaatkan blog sebagai sarana untuk menuangkan kegelisahan, kebahagiaan, pemikiran termasuk kecewaan dan kemarahannya. Isi blognya beragam, ada yang berupa curhat galau, puisi, nyinyir atau sekedar tulisan ringan. Bunda Icha memiliki banyak blog antara lain di Kompasiana, Blogdetik, Indonesiana (Tempo). Namun, yang lebih sering dipublikasikan adalah www.elisakoraag.com dan www.nyonyafrischmonoarfa.blogspot.co.id. Untuk mendukung kegiatan ngeblognya ini, Bunda Icha bergabung dengan beberapa komunitas, seperti Blogger Perempuan, Kumpulan Emak Blogger, Kompasiana, dan beberapa komunitas lain. Menurutnya dengan bergabung di komunitas, maka akan didapat pertukaran informasi dan manfaat.

Bunda Icha juga terus mengupgrade ilmunya tentang dunia blog bareng komunitas-komunitas ini. Sebab baginya ngeblog itu harus punya kualitas. Apalagi jika berhubungan dengan blog monetization. Untuk hal yang satu ini, Bunda Icha merasa miris dengan blogger yang hanya mengejar materi saja. Sebenarnya, buat Bunda Icha itu bukan masalah, sebab tujuan orang ngeblog sendiri berbeda-beda. Namun, yang menjadi masalah ketika blogger merendahkan dirinya dengan mau dibayar murah. Hal ini tentunya akan membuat blogger makin tidak dihargai. Bukankah ngeblog itu juga butuh waktu, tenaga, dan pikiran? Yang paling gampang dihitung, uang pulsa buat internetan kan juga tidak sdikit? Oleh karena itu, Bunda Icha menyarankan untuk menolak job review yang dibayar murah buat para blogger.

Lalu, Bunda Icha memberikan tips apabila blogger ingin mendapatkan tambahan dari ngeblog atau menulis, cobalah untuk berkaca pada kemampuan diri. Teruslah asah keterampilan menulis dan gali ilmu tentang dunia blog, supaya dalam hal ngeblog pun bisa dihargai sesuai dengan usahanya. Menurut perempuan yang sudah menerbitkan satu buku solo kumpulan puisi berjudul Sketsa Sebuah Senyum (2015) ini sebenarnya pada dasarnya sesama blogger bisa lho bersatu untuk menentukan tarif. Meski emang sih, kita kan juga menyadari ya, kalau latar belakang tujuan kita ngeblog berbeda? Tapi, ya moso usaha kita pantas dihargai cuma Rp. 20.000,- misalnya? Saya juga sependapat dengan Bunda Icha, andai saja ada semacam wadah yang membawahi blogger-blogger seluruh Indonesia yang mengatur soal job review maupun tarif ini, pasti sangat baik sekali.

Kalau menurut anda, bagaimana? Tertarik berdiskusi dengan Bunda Icha tentang dunia blog? Bunda Icha bisa anda hubungi di:

  • www.elisakoraag.com
  • www.nyonyafrischmonoarfa.blogspot.co.id
  • Instagram: @elisakoraag
  • G+: Elisa Koraag
  • Twitter: @mamavanenbas
  • WA dan telegram: 088809900802
  • Email: elisa201165@gmail.com

Kalau saya sih kepengennya berdiskusi dengan kopdar langsung sama Bunda Icha. Maklum hampir empat tahun sudah tinggal di Jakarta, malah belum pernah sekalipun kopdar, hehe. Yuk, Bund, kopdaran! 😀

Aprillia Ekasari

Keterangan foto: Dokumentasi pribadi Elisa Koraag dan Novi Khansa

Categorized in: