Semua orang tua di dunia ini pasti ingin memiliki anak yang pintar dan punya segudang prestasi, entah itu ranking di sekolah atau memenangkan berbagai perlombaan. Pokoknya, anak harus lebih menonjol dibanding teman-temannya yang lain. Sayangnya, kadang realita tidak sesuai harapan. Ada anak yang prestasi belajarnya biasa-biasa saja, bahkan peringkat nilainya paling bawah sekelas. Ada anak yang bahkan berkompetisi saja tidak ingin. Anak ini memang lebih suka menjadi penonton. Realita semacam itu banyak terjadi di sekitar kita. Masyarakat kemudian melabeli anak-anak yang tak memiliki prestasi menonjol sebagai anak bodoh.

Benarkah anak itu bodoh? Sebenarnya, tidak ada anak yang bodoh di dunia ini. Mungkin teman-teman ingat/ pernah mendengar cerita mengenai “Tommy, Si Anak Bodoh” yang dikeluarkan dari sekolah. Suatu waktu, pihak sekolah mengirimi ibu Tommy sebuah surat yang berisi sebuah permintaan supaya sang ibu mengeluarkan anaknya dari sekolah, sebab Tommy dianggap gurunya bodoh karena lambat mengikuti pelajaran. Kondisi fisik Tommy saat itu memang agak terganggu pendengarannya, tak heran jika Tommy mengalami kesulitan memahami pelajaran sekolah. Saat membaca surat itu, ibu Tommy bukannya kecewa, namun justru bertekad mengajari sendiri anaknya. Hasilnya, Tommy yang kemudian kita kenal sebagai Thomas Alva Edison menjadi anak dengan prestasi gemilangnya yang mengubah hidup semua orang.

Sumber: Instagram Sariayu Martha Tilaar.

Begitu pula kisah yang dialami seorang ibu dari Indonesia bernama Amalia Prabowo. Aqil, anak semata wayang Amalia Prabowo divonis menderita disleksia, yakni kondisi dimana seseorang kesulitan membaca dan menulis. Kondisi tersebut mengakibatkan Aqil kesusahan mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh gurunya di sekolah. Sehingga, sudah pasti prestasi secara akademik pun menjadi sesuatu yang mustahil bisa dicapai oleh Aqil. Amalia Prabowo yang dikenal sebagai perempuan cerdas dan perfeksionis dengan prestasi akademis yang menonjol pada awalnya memang tidak dapat menerima kondisi Aqil yang sebenarnya. Amalia Prabowo pun sempat mengalami masa-masa “denial” terhadap kenyataan tersebut. Namun, pada akhirnya Amalia Prabowo sampai pada suatu titik bahwa sebagai seorang ibu, dia harus menyingkirkan prinsip dan menerima kenyataan, lalu membantu anaknya menemukan jalan hidup dan kebahagiaannya. Hasilnya, Aqil pun bisa memiliki prestasi seperti layaknya anak-anak lain seusianya.

Jadi, memang tidak ada anak yang bodoh di dunia ini, bukan? Orang tua lah yang seharusnya peka dan mencari latar belakang mengapa anaknya bisa berada dalam kondisi seperti itu. Fyuh, memang tidak mudah menjadi orang tua, ya? Oh iya, kisah perjalanan Amalia Prabowo dan Aqil pernah dibukukan dalam sebuah novel berjudul Wonderful Life (2015). Novel ini ditulis oleh Amalia Prabowo untuk berbagi pengalamannya sebagai orang tua dari anak yang menderita disleksia. Bagi yang belum sempat membaca novelnya, jangan khawatir, Novel Wonderful Life telah difilmkan dan akan tayang segera, serentak di bioskop-bioskop di seluruh Indonesia.

Film Wonderful Life ini disutradai oleh Agus Makkie dan diproduseri oleh Rio Dewanto. Sedangkan, dua pemeran yang akan menjadi tokoh sentral dari film ini adalah Atiqah Hasiholan (Ibu Amalia) dan Sinyo (Aqil). Film ini merupakan konsorsium/ kolaborasi antara Sariayu Martha Tilaar, Creatif & Co., dan Kepustakaan Populer Gramanedia (KPG). Kolaborasi antara ketiga badan usaha tersebut dipilih sebab dianggap memiliki gagasan besar yang mampu menghasilkan sebuah kerja sama yang saling mendukung satu sama lain. Sariayu menawarkan gagasan besar lewat “Be Wonderful Movement” yang fokus pada pemberdayaan dan perubahan kaum perempuan ke arah lebih baik. KPG menjadi penyambung suara yang akan efisien untuk penyebaran informasi movement tersebut untuk menarik dan menciptakan perempuan-perempuan dengan karya-karya yang inspiratif. Sedangkan, Creative & Co menjadi penyedia konten kreatif dari film ini.

Tak Sekadar Film Tentang Anak Disleksia.

Disleksia adalah kondisi genetik yang tidak dapat disembuhkan. Menerima kondisi anak disleksia dengan melihat kelebihan dan kepekaannya, serta memfasilitasi bakatnya, tidak hanya membuat anak lebih bahagia. Namun juga efektif mengembangkan potensi dirinya.” (Amalia Prabowo).

Film Wonderful Life memang bercerita tentang anak yang menderita disleksia. Namun, selain itu akan ada banyak pesan yang disuguhkan melalui pesan ini, terutama ditujukan kepada orang tua khususnya seorang ibu. Beberapa pesan yang ingin disampaikan melalui film ini antara lain:

  • Film ini ingin menunjukan bahwa anak disleksia ataupun anak yang berkebutuhan khusus lainnya juga mampu berkarya dan punya prestasi.
  • Ingin menyampaikan pesan bahwa kecerdasan seorang anak sebaiknya jangan hanya diukur hanya dari kemampuannya membaca dan menulis.
  • Film ini ingin mengajak orang tua supaya tidak memaksakan ambisinya kepada anak, namun dapat lebih melihat bakat anak, sehingga bisa memfasilitasinya dengan baik.
  • Film ini ingin mengajak orang tua fokus kepada kelebihan anak, daripada hanya melihat kekurangan anak.
  • Film ini ingin menunjukkan kepada orang tua, bahwa setiap anak terlahir istimewa dan memiliki road map masing-masing.
  • Film ini diharapkan dapat menjadi pembuka gerakan perubahan yang berkesinambungan, terutama untuk mengajak perempuan Indonesia menjadi agent of change. Memulai gerakan peberubahan menjadi sosok yang lebih mandiri, kuat, berwawasan sosial, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Sehingga dapat bermanfaat untuk orang-orang di sekitarnya.
  • Membawa pencerahan baru bahwa seorang anak akan bahagia apabila orang tuanya bahagia.

Berikut adalah trailer Film Wonderful Life:

Penasaran dengan jalan cerita dan pesan yang akan disampaikan dalam film ini? Teman-teman dapat menonton film ini, mulai besok tanggal 13 Oktober 2016 di bioskop. Film ini sangat cocok ditonton bersama keluarga. Jangan lupa, menyiapkan tissue atau sapu tangan, ya! Sebab, konon katanya Film Wonderful Life ini adalah film yang begitu menggugah emosi penontonnya. Selamat menonton!

April Hamsa

Categorized in: