Seorang laki-laki usia sekitar awal 30 tahunan duduk di tepi ranjang rumah sakit sambil memeluk seorang perempuan yang setengah berjongkok di hadapannya. Sepertinya perempuan itu adalah istrinya. “Aku, minta maaf,” kata laki-laki itu lirih. Sekilas saya melihat kaki laki-laki itu diperban sebelah di bagian paha, namun bukan sembarang diperban, sepertinya dia baru menjalani operasi pemotongan kaki. Belakangan kemudian saya mendapat penjelasan dari beberapa orang di sana kalau laki-laki itu memang baru operasi, terpaksa diamputasi kakinya karena menderita diabetes.

Peristiwa itu terjadi, saat saya masih duduk di bangku kuliah. Saya dan laki-laki itu berada di ruang isolasi rumah sakit yang sama, namun berbeda bilik. Bilik laki-laki itu persis di depan bilik saya, dengan pintu saling berhadap-hadapan. Waktu itu saya sebenarnya dirawat karena keracunan obat, namun diagnosa pertama saya adalah terkena campak. Pakdhe saya yang kebetulan waktu itu masih dinas di rumah sakit tersebut menyarankan saya masuk ke ruang isolasi saja untuk diobeservasi lebih lanjut. Jadilah, saya dirawat di ruang isolasi bersama dengan pasien lain yang penyakitnya membutuhkan pengawasan lebih, salah satunya pasien yang menderita diabetes.

Prevalensi penyakit diabetes meningkat pesat di Indonesia.

Saat ada orang yang memberitahu saya bahwa laki-laki itu terserang diabetes, saat itu saya berpikir, “Masih muda, kok bisa kena diabetes?” Bertahun-tahun kemudian baru saya menyadari ternyata diabetes tak hanya menyerang mereka yang sudah berumur, namun juga dapat menyerang kaum muda, bahkan anak-anak sekalipun. Hal ini tidak lepas dari gaya hidup modern di masa sekarang dimana orang-orang mulai malas bergerak (contoh kecil seperti memindahkan channel televisi, kalau dahulu bergerak menuju televisi, sekarang cukup menekan remote control), menyukai junk food, makanan dan minuman manis, rentan stress, serta kurang beristirahat. Parahnya, kadang penderitanya bahkan tidak menyadari bahwa dirinya sebenarnya mengidap diabetes akibat gaya hidupnya yang buruk tersebut.

diabetes-528678_960_720

Data dari International Diabetes Foundation (IDF) tahun 2015 menunjukkan bahwa lebih dari 50% atau lebih dari 193 juta penyandang diabetes, tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes. Padahal sebenarnya hampir seluruhnya telah menderita diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 adalah diabetes yang dapat terjadi meskipun pankreas bisa memproduksi insulin, namun tubuh tidak bisa menggunakannya sebagai sumber energi. Sehingga glukosa dalam darah meningkat dan mengakibatkan penyakit diabetes ini. Biasanya, diabetes tipe 2 dialami oleh orang-orang dengan berat badan berlebih dan kurang aktivitas fisik.

Prevalensi penyakit diabetes di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk salah satunya Indonesia, memang terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Data dari Klaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada tahun 2014 menunjukkan bahwa diabetes dan komplikasinya, seperti serangan jantung, gagal ginjal, serta disabilitas, merupakan salah satu kelompok penyumbang terbesar untuk biaya katastropik Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sebab penyakit diabetes ini banyak diderita oleh masyarakat ekonomi rendah dan pemerintah sudah pasti harus menanggung biaya pengobatannya.

Hal tersebut kemudian membuat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) memberikan perhatian khusus untuk meminimalisir prevelansi penderita diabetes. Tujuannya supaya beban yang ditanggung oleh pemerintah berkurang. Salah satunya dengan melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai bagaimana pencegahan diabetes.

Kemitraan Kementerian Kesehatan dengan Kalbe Farma Tbk

Kementerian Kesehatan RI dalam kegiatan edukasinya bermitra dengan Kalbe Farma Tbk. Kalbe Farma Tbk adalah salah satu perusahaan produk kesehatan terbesar di Indonesia. Salah satu wujud kemitraan tersebut adalah membuat Kampanye Indonesia Lawan Diabetes. Kampanye Indonesia Lawan Diabetes merupakan suatu kegiatan seminar edukasi kepada sekitar 1500 lebih tenaga medis yang diadakan di lima kota besar dan juga telah menjangkau lebih dari 50.000 masyarakat awam di lebih dari 43 kota di seluruh Indonesia.

Salah satu rangkaian Kampanye Indonesia Lawan Diabetes adalah acara penutupan dengan kegiatan senam bersama dan fun walk yang diadakan di Parkir Barat Istora Senayan (Gelora Bung Karno) pada Hari Minggu tanggal 20 November 2016. Harapan dari Kampanye Indonesia Lawan Diabetes ini adalah pada tahun 2040 kasus diabetes tipe 2 dapat dicegah sebanyak 70% dari prevalensi penderita diabetes.

1Ada lima orang narasumber yang hadir dalam acara tersebut yakni Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI Dr. Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM, Prof. Sidartawan Soegondo, MD, PdD, F.A.C.E, Group Business Head Kalbe Nutritionals Divison Dini Elvirani, Ketua Umum Persadia Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., M.Kes., Sp.PD,K-EMD., FINASIM, dan Campaign Ambassador Indonesia Lawan Diabetes artis Sarah Sechan. Bertindak sebagai MC sekaligus moderator dalam press conference dengan awak media adalah presenter Arie Kuncoro Untung. Dalam kesempatan tersebut kelima narasumber mengemukakan dukungan dan pendapatnya untuk pencegahan diabetes.

3Sarah Sechan menyatakan bahwa dirinya mendukung Gerakan Indonesia Lawan Diabetes untuk membantu masyarakat agar lebih sadar dalam mencegah dan mengobati diabetes. Sarah Sechan juga mengaku sekarang lebih memperhatikan pola makannya, terutama dalam hal diet gula dan juga lebih rajin berolahraga. Menurut Sarah Sechan dua kebiasaan sehat tersebut tak hanya mencegahnya terkena diabetes namun juga menjaga staminanya sehingga bisa produktif berkegiatan setiap hari.

Dr. Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM mengatakan bahwa sebaiknya kita melakukan pencegahan terhadap diabetes. Caranya dengan mengidentifikasi gejala diabetes. Ada tiga gejala diabetes yakni: sering merasa lapar, sering kehausan meski sudah minum banyak, dan banyak buang air kecil. Dr. Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM juga berpesan supaya masyarakat menjalankan Prinsip Makan Sehat 3J, yakni:

  • Jumlah: usahakan kurang lebih 1500 kalori/ hari.
  • Jenis: makanan dengan karbohidrat lepas, lambat, lema tidak jenuh, protein, serta serat.
  • Jadwal: tiga kali makan besar dan tiga kali makan kecil.

Lakukan pula CERDIK untuk pencegahan diabetes CERDIK adalah:

  • C: cek kondisi secara berkala.
  • E: enyahkan asap rokok dan alkohol.
  • R: rajin aktivitas fisik/ olahraga.
  • D: diet sehat kalori berimbang.
  • I: istirahat yang cukup.
  • K: kelola stress dengan baik.

Prof. Sidartawan Soegondo, MD, PdD, F.A.C.E mengatakan bahwa penyakit diabetes dapat menyerang siapa saja. Hal yang dapat kita lakukan adalah melakukan pengecekan dan usahakan untuk banyak bergerak/ berolahraga. Mulailah dari hal kecil seperti memindahkan channel televisi dengan bergerak ke televisi, kurangi penggunaan remote control.

Tak hanya orang dewasa, remaja dan anak-anak pun dapat terkena penyakit diabetes. Data dari Studi Diet Total (SDT) tahun 2014 menunjukkan dalam angka yang cukup tinggi bahwa remaja dan anak-anak telah banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak jenuh. Tak heran jika kita banyak menjumpai remaja dan anak-anak mengalami masalah obesitas. Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., M.Kes., Sp.PD,K-EMD., FINASIM sesuai dengan data tersebut menjelaskan bahwa khusus untuk anak-anak, barangkali kita pernah melihat anak yang sangat gemuk sekali, lalu di lehernya ada lingkaran hitam-hitam seperti daki. Sebenarnya, itu bukan daki karena tidak akan hilang apabila dibersihkan. Sebenarnya tanda di leher (atau ada juga yang ditemukan di ketiak) menunjukkan bahwa anak tersebut berpotensi menderita diabetes. Tanda seperti daki itu sebenarnya adalah penebalan kulit yang terjadi karena kadar insulin yang tinggi. Jadi, yang memiliki anak atau saudara dengan tanda di leher atau ketiak semacam itu, wajib berhati-hati, ya!

Dini Elvirany menjelaskan bahwa kampanye ini per tanggal 15 November 2016 telah mencapai lebih dari 48.000 peserta dan jumlahnya diprediksi akan terus bertambah sampai dengan akhir November 2016. Target program ini adalah 50.000 aksi, yang nantinya akan dik  onversi dalam bentuk dukungan berupa pengecekan gula darah dan pangan nutrisi untuk kemudian didonasikan kepada layanan kesehatan di berbagai wilayah di Indonesia yang memiliki prevalensi diabetes tinggi.

Jadi mari kita dukung program pemerintah bersama Kalbe Farma dalam melawan penyakit diabetes!Salah satunya yang bisa kita lakukan adalah menjalankan gaya hidup sehat supaya terhindar dari dibetes. Dengan demikian, kita juga ikut membantu mengurangi beban pemerintah dan menghindari membebani masyarakat dan keluarga terdekat pula.

April Hamsa

Categorized in: