β€œTernyata dirimu gesit juga ya nyetirnya,” kata saya kepada seorang teman yang mobilnya saya tumpangi sepulang dari suatu acara bersama.

β€œMau enggak mau, nih. Bisa karena terpaksa. Soalnya kan Aku antar anak sekolah,” katanya.

β€œAku selama di Jakarta enggak berani bawa kendaraan sendiri. Bahkan SIM-ku pun mati. Sekarang enggak punya SIM lagi,” kataku curcol.

Yeah, sudah dua tahun ini saya emang enggak punya SIM. Jadi, KTP saya itu alamatnya di Jakarta, sementara saya tinggal di Depok. Saat itu bingung lha kalau mesti perpanjang SIM ke Jakarta. Punya bayi, enggak ada yang bisa dititipin, jauh, endebre endebre, pokoknya banyak alasan.

Enaknya zaman sekarang, cari kendaraan tinggal nutul handphone.

Eh, belakangan baru tahu kalau cuma perpanjangan bisa kok di alamat domisili ajah (entah bener apa enggak, belum mastiin). Tapi, masalahnya SIM saya itu masih pakai alamat Surabaya. Jadi, saya enggak yakin, beneran bisa diproses di Depok yang tidak sesuai dengan alamat KTP saya apa enggak ya?

Yoweslah, intinya sekarang saya SIMless πŸ˜› . Untungnya, saya tinggal di area yang mudah mengakses angkutan umum. Selain itu, dengan maraknya kendaraan berbasis aplikasi online (kendaraan online), saya pun enggak mengalami kesulitan untuk bepergian kemana-mana.

Saya punya beberapa kisah lucu dengan kendaraan online. Kendaraan online yang pertama kali saya kenal adalah ojek. Jadi, waktu itu saya mengikuti workshop di SCTV Tower. Saat itu (ngakunya β€œsaat itu” padahal sih sampai sekarang hehe) saya masih asing dengan Jakarta.

Suami berpesan pokoknya nanti naik Commuter Line (KRL) trus naik metromini sampai Plaza Sudirman. Nah, lalu bisa sambung naik ojek online dari sana. Sialnya, saya kelewatan. Kemudian, saya memutuskan turun di halte di bawah jembatan penyeberangan Ratu Plaza.

β€œAh, tak apa. Toh Ratu Plaza dan Sudirman enggak jauh,” pikir saya waktu itu. Kemudian, saya memesan ojek online. Saya pikir dengan mengetik Ratu Plaza langsung otomatis keluar nama lokasi penjemputan. Ternyata, ada yang error. Enggak tahu kenapa, kepencetlah lokasi yang lain dan saya enggak merhatiin lagi πŸ˜› .

Saya duduk di halte sekitar 30 menitan dan bapak driver enggak datang-datang. Sampai akhirnya si driver menelepon saya kalau lokasi saya kejauhan. Bukan Ratu Plaza di area Sudirman itu yang saya masukkan di aplikasi, melainkan Ratu Plaza di daerah yang lain, katanya. Hedeh, mumet.

Akhirnya, saya memutuskan menyeberang ke Ratu Plaza. Dari sana saya mencoba order ojek online lagi. Kali itu dapat driver yang sama-sama buta area sana. Saya pasrah aja dah. Meski pada akhirnya saya sampai juga dengan selamat di SCTV Tower.

Bagian yang bikin bete tapi sekaligus ngakak adalah ketika pulang dari workshop. Waktu itu, saya keluar bareng teman yang kebetulan sudah lama tinggal di Jakarta. Dia bilang sebaiknya jalan kaki saja. Nanti, lewat mall atau entahlah bangunan apa itu, saya lupa, yang letaknya di seberang Senayan City.

Ternyataaa, itu tembus Ratu Plaza. Ya ampun, jadi saya 30 menit tadi ngapain capek-capek nungguin driver ojek onlien, kalau ternyata bisa jalan kaki saja ke SCTV Tower? Grrrhhh, gemes pada diri sendiri πŸ™ .

Meski demikian saya enggak kapok naik kendaraan online. Soalnya memang lebih menguntungkan buat emak-emak seperti saya yang enggak punya SIM. Selain lebih murah dari segi biaya, juga lebih privat dan nyaman gitu. Makanya kalau pas lagi kesasar di daerah antah berantah yang enggak ramah kendaraan online saya suka sedih (lebay, haha).

Pengalaman lucu lainnya dengan ojek online adalah saat saya dapat undangan acara di salah satu rumah makan di area Cibubur. Kalau cek lewat aplikasi ojek online dari rumah saya yang deket Margonda Raya ke lokasi biayanya sekitar Rp. 20.000,-. Saya pikir enggak terlalu jauh. Ternyataaa, adoh!

Awalnya saya dan driver ojek online ngobrol ngalor ngidul. Mulai cerita biasa, sampai abang driver-nya curhat. Tapi, lama-lama kelamaan tiba masa dimana kami sama-sama berhenti ngoceh. Saya mikir, β€œKok enggak nyampe-nyampe. Dimanaaa iniiii?” Sementara abang driver mungkin mikir, β€œHedeh, salah ambil penumpang, jauh amat tujuannya,” kali ya? Hahaha.

Kalau sama mobil online, saya juga punya kisah kocak. Jadi, saat itu saya juga baru menghadiri suatu acara. Saat itu weekday, jadi anak-anak saya titipkan di daycare. Supaya anak-anak senang, maka saya janji sama mereka, abis dari daycare, kami akan langsung ke mall.

Maka, setelah pamitan dengan mbak-mbak pengasuh yang menjaga anak-anak, saya pun memesan mobil online lewat handphone saya yang berjaringan internet XL. Karena internet XL memang cepet banget, tak lama kemudian saya langsung dapat driver.

Ternyata dapat driver cewek. Namanya bagus. Saya pikir anak muda, ya, usia-usia mahasiswa gitu lah. Ternyata, neli-neli alias nenek lincah alias sudah sepuh.

Trus, si ibu saat belok, maju, mundur di gang yang sempit agak-agak memprihatinkan cara nyetir-nya. β€œLho, Mbak, itu kalau lurus sempit ya kayaknya?” Lalu dia balik arah lagi. Pas nemu jalan yang kurang meyakinkan lagi, dia balik arah lagi. Saya ndredeg, β€œIki iso opo ora bawa mobilnya?” Pengen njawil ngegantiin, tapi kok yo saya sendiri enggak yakin. Lha, terakhir nyetir kapan? Hahaha πŸ˜›

Akhirnya saya cuma komat-kamit baca doa selamat sampai tujuan, setelah sebelumnya bilang, β€œLewat situ aja Bu, nanti langsung tembus jalan besar.” Si ibu menuruti saran saya. Alhamdulillah sih, nyetir-nya di jalan besar enak-enak aja πŸ˜› .

Sepanjang jalan kami juga ngobrol. Ndilalah, si ibu juga berasal dari Surabaya, sama seperti saya. Udah gitu, rumahnya di kampung halaman enggak jauh dari rumah orang tua saya di Surabaya. Dari yang semula ngobrol pakai Bahasa Indonesia berubah deh jadi Suroboyoan.

β€œMbak, saya tuh paling suka makan soto depannya Telkom itu,” kata si ibu.

β€œLha, Bu, itu soto langganan saya sejak kecil. Tiap saya ulang tahun, orang tua saya mesti ngajak makan di sana,” kata saya menanggapi.

Yup, itu salah satu topik obrolan kami. Depot soto. Hahaha.

Ketika sampai mall, si ibu berpesan, β€œMbak ayo kapan-kapan mampir rumah yo. Save nomor saya ya! Podho-podho wong Suroboyone anggep ae dulur dewe.” Rumah si ibu juga di Depok. Si ibu mengaku hanya terima orderan yang seputar Depok aja, katanya. Saya pun nyengir sambil mengucapkan terima kasih dan salam perpisahan.

Ya, ya, gitu, deh. Beberapa kejadian yang bikin saya senyum-senyum sendiri saat saya naik kendaraan online. Kalau teman-teman pernah punya pengalaman lucu selama naik kendaraan online juga tidak? Yuk, sharing! πŸ˜€

April Hamsa