Seharian ini, handphone mendadak sepi. Baik grup di WhatsApp maupun Telegram, terutama grup-grup blogger sepi. Padahal biasanya, kalau enggak rajin ngecek, percakapan sudah nyampe ratusan bahkan ribuan. Mungkin semua orang sedang menyiapkan tusuk sate dan panggangannya buat perayaan Lebaran Idul Adha besok, hehe. Saya pun seharian ini ngider silaturahim ke beberapa teman, sebelum saya balik ke Depok, insyaAllah Hari Kamis, nanti.

Saat sampai rumah, saya membuka media sosial, eh, nemu colekan dari Mbak Avy dan Mbak Nchie tentang Korban Blogger. Saya kira tadi maknanya negatif, berhubungan sama yang jelek-jelek lha tentang dunia blogging. Hehehe, sungkem karena suudzon duluan. Ternyata, Korban Blogger merupakan ajang silaturahim ala-ala blogger.

Mendadak saya teringat jaman ngeblog dengan platform Multiply (MP). Dulu sepertinya sering banget juga mengadakan “kuis-kuis” buat seru-seruan semacam Korban Blogger ini. Cara mainnya, kita diminta menjawab beberapa pertanyaan, kemudian menimpuk dan menantang beberapa teman lain untuk menjawab pertanyaan yang sama. Teman-teman ini pun meneruskan tantangannya ke teman-temannya yang lain. Begitu seterusnya, sampai pertanyaan itu ada di banyak blog teman-teman. Korban Blogger ini kalau di masa sekarang seperti refreshing supaya kita enggak mumet mikirin invoice yang enggak cair-cair (eh 😛 ).

Wes, enggak banyak preambul lagi, langsung aja saya mau menjawab beberapa pertanyaan:

Siapakah nama guru Sekolah Dasar-mu yang teringat pertama kali dan ceritakan kenangan asyik dengan beliau.

Pak Kasipan. Pak Kasipan ini dulu saat saya SD, sudah sangat sepuh. Dulu, tinggalnya di dalam lingkungan sekolah. Istrinya mengelola kantin di sekolah. Pak Kasipan orangnya penyabar dan Njawani banget. Setiap pagi, beliau lah yang menyiapkan peralatan untuk senam pagi. Jaman dulu, kalau enggak salah, hampir tiap hari, kecuali Senin, kami senam SKJ. Pak Kasipan suka memberi pengumuman dengan pengeras suara supaya murid-murid berkumpul. Pak Kasipan suka sekali menyelipkan kalimat “Suro diro joyo ningrat, lebur dening pangastuti” di setiap woro-woro-nya. Artinya kurang lebih: semua keberanian, kekuatan, kemewahan (hal-hal duniawi lah pokoknya) akan dikalahkan oleh kebaikan, kasih sayang, dan kebijaksanaan.

Siapakah nama teman SMP-mu yang teringat pertama kali, apa cerita asik dengannya?

Adi (Pssstt, sebenarnya ini nama tengahnya sih, biar enggak ketahuan aja siapa dia hahaha 😛 ). Jadi, waktu itu saya dan dia sama-sama murid baru di SMP. Tapi kami beda kelas. Di kelasnya, Adi menjadi ketua kelas. Sedangkan saya di kelas menjadi bendahara. Suatu hari, Adi diminta untuk mengumpulkan semua bendahara dari kelas 1-A hingga 1-I. Waktu itu karena lokasi kelas saya jauh, Adi memanggil saya belakangan. Sepanjang jalan dari kelas saya ke kelasnya dia mengajak berkenalan dan bercerita banyak hal (lupa apaan). Saya enggak fokus mendengar ceritanya, malah fokus ke deretan gigi putihnya yang terlihat setiap dia tersenyum (eaaaaaaa 😛 ). Semenjak saat itu, kami sering ketemu (ya eyaaaahh pan satu sekolah). Eh, tapi ketemunya enggak sengaja. Saya paling seneng kalau ketemu dia di masjid, keinget dia selalu pakai sarung kotak-kotak warna merah. Gara-gara Adi ini kalau ada kegiatan Sholat Jumat di sekolah, saya rajin datang hahaha. Bisa dibilang dia cinta monyet saya, tapi sampai kami lulus dia enggak tahu. Lagian saya cuma suka bagian naksir-naksirannya doank, enggak niat pacaran, hehe.

Apakah kuliner di luar kota mu yang teringat pertama kali, dimana lokasinya (enggak perlu dipastikan pakai GPS) dan apa sih keistimewaannya?

Nasi Becek Nganjuk. Lokasinya ya di Nganjuk, hehe. Dulu, sebelum eyang saya pindah ke Surabaya, kami sekeluarga tiap lebaran mudiknya ke Nganjuk. Nasi Becek adalah semacam gulai kambing dengan banyak jeroan. Rasanya mantab. Kangen rasanya karena sudah bertahun-tahun saya enggak pernah ke Nganjuk lagi.

Pernah baca koran edisi cetak dalam sebulan terakhir ini? Kalau pernah, apa nama korannya dan dimana sih mbacanya (pinggir jalan, angkot, perpustakaan, dll)?

Jawa Pos. Kebetulan saya sedang di Surabaya, jadi koran yang ketemu ya itu. Bacanya di rumah ortu saya 😀 .

Jika kamu sempatkan meletakkan gadget mu, kemudian melihat sekeliling di tempat umum, apakah kamu melihat keberagaman (manusia) yang ada? Apapun jawabannya, maka apakah yang ada dibenak mu melihat hal ini?

Saya sering bepergian tanpa gadget. Terutama jika bepergian lengkap denga suami dan anak-anak. Saya suka memperhatikan banyak orang maupun sekeliling lokasi yang saya datangi. Saya suka berpikir, menikmati dunia nyata ternyata menyenangkan. Apalagi kalau berinteraksi dengan keluarga (anak-anak terutama) dan juga dengan orang-orang yang baru dikenal. Kita bisa mendapatkan banyak informasi berharga dari interaksi yang terjadi.

Apakah angkutan umum terakhir yang kamu naiki? sebelum menjawab pertanyaan ini, Asik nggak sih perjalanan mu?

Bemo. Di Surabaya angkot disebutnya bemo. Terakhir saya naik bemo kemarin, sepulang dari pelatihan Ilmu Grafologi yang diadakan teman-teman Kompasiana Surabaya. Saya naik bemo lyn V. Bemo ini merupakan bemo yang bersejarah karena saya sering naik bemo ini dari sekolah SMA saya menuju rumah. Jadi bisa dibilang, asyik dan saya menikmati perjalanan saya pulang ke rumah sambil bernostalgia mengenang masa-masa SMA hehe.

Apakah pagi ini kamu sempat melihat matahari terbit? Kenapa?

Pagi ini, jujur enggak. Soalnya anak saya Dema mengajak saya bangun jam dua pagi, lalu dia enggak bobo-bobo lagi. Sampai akhirnya jam setengah lima dia minta dikelonin dan bobo lagi. Kebetulan juga sedang tidak sholat. Jadi, saya terbangun lagi jam setengah 8 hahaha. Mumpung mudik jadi bisa puas-puasin mbangkong.

Alhamdulillah done.

Sekarang mau nimpuk sahabat-sahabat blogger saya dari jaman MP Ihwan Keluarga Biru, Mbak Arni, Mbak Maya, Mas Priyo, Om Ali, Mbak Avi. Yuk, nostalgia masa lalu! 😀

Surabaya, 11 September 2016

April Hamsa

Categorized in: