Postingan ini masih berhubungan sama reuni dengan teman-teman SMP saya, saat liburan tahun baru lalu. Jadi, saat reunian kemarin, kami memilih Marche Restaurant di Grand Indonesia (GI) untuk hangout dan catch up. Tadinya mau ke Magnum supaya anak-anak bisa makan es krim. Tapi, karena di Marche juga ada es krim dan tempatnya sepertinya asyik buat ngobrol, maka kami kesana.

Marche mungkin nggak asing buat Mary, teman saya yang memilih restoran ini buat kami. Namun, restoran yang katanya berasal dari Swiss ini masih baru buat saya dan keluarga. Awalnya ragu, restoran ini halal apa nggak, namun karena saya melihat ada juga pengunjung yang berjilbab, bismillah deh, masuk. Toh, saya sudah makan di food court tadi. Ntar paling banter di Marche pesen air putih buat minum. Kebetulan teman-teman reuni saya adalah nonmuslim jadi mereka nggak terlalu mempermasalahkan tempatnya. Belakangan, saya browsing ada yang bilang halal. Katanya Marche di Indonesia pork free. Tapi sebaiknya untuk lebih jelasnya bisa ditanyakan langsung ke pihak Marche.

Ketika masuk, kami diberi kartu oleh petugasnya. Maxy dan Dema yang masih bayi pun masing-masing dapat satu kartu. Oh ya, ada juga balon-balon yang boleh diambil sebagai souvenir untuk anak-anak.

Saat sudah di dalam, kami yang ndeso ini takjub dengan desain interiornya. Suasananya seperti di pasar tradisional ala-ala Eropa sana. Konsep restoran ini seperti menggabungkan tempat makan dengan pasar yang isinya stall-stall makanan, dimana pengunjung bisa langsung memesan makanan sesuai yang diinginkan. Ada stall makanan Italia yang menyajikan menu pizza dan pasta. Ada juga yang menyediakan salad, rosti, es krim, juga aneka homemade drink. Tadinya mau pesan rosti, tapi karena kekenyangan makan soto di food court, rostinya pending dulu, meski entah kapan kesana lagi πŸ˜› . Akhirnya kami memesan wafel dan es krim buat anak-anak aja. Dema dan Maxy kebetulan penggemar wafel dan es krim.

Suasana Market dan Outdoor Marche. Kedua Foto Ini Saya Ambil dari Web Marche.

Oh iya, di Marche tempat makannya terbagi dua, indoor dan outdoor. Namun, semua mejanya cukup family friendly kok. Kami sengaja memilih di dalam ruangan, di pojokan, alasannya supaya nggak canggung menyusui Dema hehe.

Favorit saya di Marche adalah play area buat anak-anak. Maxy nampak senang bermain di sana. Padahal sebelum-sebelumnya dia nggak terlalu suka naik turun tangga dan main perosotan. Tapi di Marche dia nampaknya bergembira, bahkan Maxy ngambek nggak mau diajak pulang gara-gara keasyikan main di sana.

Children Play Area di Marche.

Maxy, Betah Main.

Selain area bermain anak-anak, Marche juga menyediakan kertas gambar dan pensil mewarnai buat anak-anak yang senang menggambar.

Saya dan Teman-teman SMP yang Bereuni.

Oh ya, saat di Marche GI, yang saya sebelin adalah pada saat saya mau sholat, saya merasa nggak bebas keluar restoran untuk ke mushola. Saat hendak keluar mbak-mbak kasirnya meminta saya meninggalkan kartu Marche yang diberikan di pintu masuk tadi beserta ID card saya. Saya yang saat itu hendak keluar nggak bawa ID card terpaksa kembali ke meja hanya untuk mengambil ID card. Ribet amat, mau keluar bentar aja, batin saya. Tapi emang ada peraturan yang nggak saya baca sebelumnya ditulis di blackboard deket kasir, bahwa tiap pengunjung yang keluar area restoran harus menunjukkan ID cardnya. Tidak tahu apa tujuannya begitu.

Makanan di Marche, dari apa yang saya pesan yakni wafel dan es krim harganya a lil bit pricey ya. Wafel plain dengan saos coklat harganya Rp. 27.000,-. Sedangkan es krim vanila, satu scoopnya dibandrol Rp, 35.000,-. Hitung sendiri kalau pesan dua atau lebih dari satu scoop es krim. Tapi emang sih ya, ada harga ada rupa. Wafel dan es krim Marche, enak.

Sayang sekali, saya belum berkesempatan mencicipi rostinya, padahal kepengen hihihi. Mungkin nanti, jika ada kesempatan kesana lagi.

-Aprillia-

Categorized in: