Sabtu, 16 April kemarin Forum Liputan 6 SCTV mengadakan community meet up dengan menggandeng Komunitas Blogger Crony. Community meet up kali ini dikemas dalam bentuk workshop yang mengusung tema Personal Branding. Sebelum materi utama, Tommy Hutomo, salah seorang pengelola Forum Liputan 6 SCTV, membuka acara ini dengan menjelaskan tentang Forum Liputan 6 SCTV yang memfasilitasi workshop hari itu.

Dilanjutkan dengan acara inti, yakni materi tentang Personel Branding oleh Dya Loretta. Dya Loretta adalah Dosen Komunikasi dan Marketing Communication Ekspert, yang juga penulis buku berjudul “It’s Me! Superbrand Diri untuk Jadi Beda”. Dalam workshop yang berlokasi di lantai 14 Tower SCTV tersebut, Dya Loretta mengemukakan bagaimana pentingnya sebuah personal brand bagi seorang blogger. Bagaimana seorang blogger sebaiknya membangun reputasi diri dan blog yang dikelolanya, supaya bisa mengeluarkan potensi yang dimilikinya secara maksimal.

Baca juga: Cara Membuat Blog Naik ke Level yang Lebih Tinggi

Nah, apakah yang dimaksud dengan personal brand itu? Dya Loretta menjelaskan bahwa personal brand adalah diri pribadi dengan segala kekuatan yang dimiliki diri yang memiliki nilai bagi diri sendiri, dan tersampaikan dengan serangkaian kegiatan, serta mampu meraih hati khalayak dengan harapan mendapatkan nilai, citra, dan pengakuan di masyarakat luas, tentu dengan arahan dan motivasi positif.

Dya Loretta saat menyampaikan materi dan sharing dengan peserta.

Dya Loretta kemudian memberikan contoh tentang seorang gadis cilik bernama Aisyah Lala atau yang biasa dipanggil Icha. Icha ini membangun personal brand-nya sejak usia masih sangat muda, 7 tahun, sebagai seseorang yang sangat menyukai fashion dan make up. Saat itu, ibunya sangat khawatir, kenapa anak ini suka sekali make up, bahkan melarang Icha untuk memainkan alat-alat make up-nya. Namun, yang terjadi, justru Icha membeli sendiri alat-alat make up-nya. Kemudian orang tuanya berkonsultasi pada Dya Loretta, oleh Dya justru orang tua Icha didorong untuk mendukung anaknya. Akhirnya, ditemukan institusi pendidikan yang cocok buat Icha yang ketika itu sudah tidak mau bersekolah formal, yakni LaSalle College. Di sana Icha belajar menjadi profesional make up artist. Sekarang Icha sudah lulus dari LaSalle dan melanjutkan lagi pendidikan formalnya dengan homeschooling. Menurut Dya Loretta, cara Icha membranding personalnya ini cukup unik. Dimulai dari usia kanak-kanak, dengan sekedar iseng selfie di media sosial, hingga orang-orang mengenalnya sebagai seseorang yang pintar dalam hal fashion dan dandan (make up).

Untuk blogger, maka sangat penting mengenali diri kita sendiri. Apa yang perlu kita lakukan? Pertama-tama, cari sisi perilaku yang kita ketahui sendiri. Kedua, cari tahu apa sisi perilaku kita yang telah diketahui oleh orang lain. Posisi kita dalam mengenali diri kita sendiri dapat digambarkan dalam Johari Window. Kadang kita merasa cukup yakin sudah tahu tentang diri sendiri, namun ternyata ada orang lain yang mendorong kita untuk lebih menggali lebih lagi tentang diri kita sendiri. Untuk itu kita perlu membuka diri untuk mengetahui diri sendiri. Jika sudah tahu, maka saatnya membangun personal brand.

Johari Window. Gambar saya ambil dari Buku It’s Me!

Sebuah personal brand sebaiknya memiliki beberapa unsur atau elemen, yakni:

  • Attribute: personal brand yang kita miliki sebaiknya punya suatu atribut tertentu yag dapat memberi kita suatu idetitas asehingga bisa membuat orang teringat akan sesuatu.
  • Personality: personal brand harus mengandung citra kepribadian dari kita.
  • Value and Benefit: personal brand sebaiknya mengandung nilai-nilai dari pemiliknya, entah itu berupa keahlian, pengetahuan, prestasi dan juga mengandung manfaat untuk orang lain.
  • Uniqueness: personal brand hendaknya yang mampu memberikan keunikan, sehingga orang lain akan mengingat bahwa kita unik, berbeda dari yang lainnya.
  • Outlook: personal brand bisa juga dicirikan dengan kemasan luar kita. Bagaimana cara kita berpakaian, warna pakaian, dan lain-lain.
  • Consistence: personal brand sebaiknya dikembangkan secara konsisten, terus menerus dan berkelanjutan.

Personal branding bisa kita lakukan melalui berbagai macam media.Ketika kita berbicara tentang media-media ini, sebenarnya ada dua pemahaman:

  1. Media sebagai sebuah sarana: media ini adalah sarana kita memaksimalkan proses mengkomunikasikan personal brand kita. Dalam hal ini kita bisa menggunakan media sosial, blog, vlog, menulis buku, dll.
  2. Media sebagai penyiar berita: media bisa mengangkat inspirasi kita, contohnya seperti media online, media cetak, dan media elektronik.

Dya Loretta kemudian menyarankan melakukan riset kecil-kecilan misal dengan cara “iseng-iseng” mengetik nama kita sendiri di search engine. Nanti dilihat, apa yang keluar. Biasanya kalau tidak nama, ya domain blog kita. Nanti bisa ketahuan, tema-tema apa yang biasa kita tulis di blog, yang cepat dikenali oleh mesin pencari. Maka itulah kekuatan kita. Kalau misal keluarnya tentang cara kita dandan, kemungkinan besar orang mengenal kita sebagai beauty blogger, misalnya.

Hal terpenting adalah kita harus selalu fokus! Fokus pada dua hal, tujuan dan keinginan. Untuk itu maka setiap dari kita harus memiliki ukuran/ target yang ingin diraih, sebesar apa. Bagaimana caranya? Menurut Dya Loretta blogger harus terus mengembangkan, makin mengkomunikasikan diri, dan membuat hubungan baik dengan para followers. Sarannya, ciptakan gaya komunikasi yang baik dengan siapa saja supaya kita memiliki citra diri yang baik pula.

Setelah Materi dari Dya Loretta selesai, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan sharing dengan peserta. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang berhasil saya rangkum:

Q: Bagaimana cara menjaga konsistensi dalam personal branding?

A: Cara supaya bisa konsisten terletak pada manajemen. Kemudian yang paling penting, kita harus memiliki planning dan target. Coba untuk selalu rutin mengevalusi rencana-rencana tersebut.

Q: Dalam melakukan personal branding, sampai sejauh mana kita membiarkan orang lain mengetahui dapur kita sebagai seorang personal?

A: Kalau saya biasanya kalau orang lain bertanya saya Dya Loretta sebagai dosen maka akan saya suruh gugling memakai nama asli saya. Maka yang mereka temukan adalah tesis, makalah dll yang serius-serius sifatnya. Lain halnya jika mereka bertanya tentang Dya Loretta maka saat gugling yang ditemukan pasti warna-warni, foto lucu-lucuan. Seperti halnya dengan BCL (Bunga Citra Lestari) yang kebetulan adik kelas saya. Di kampus tidak akan ada yang mengenali BCL sperti sekarang ini, sebab dulu dia dikenal sebagai seseorang yang sangat tomboy. Namun, begitu dia masuk ke dunianya yang sekarang, mau tidak mau dia ikut memposisikan diri, membranding diri sebagai BCL yang sekarang. Jadi, pilihannya, tergantung konteks kita mau dikenal seperti apa.

Q: Blog saya memiliki target audience, namun kenyataannya viewers saya kebanyakan usianya di bawah target saya. Apakah saya harus menyesuaikan gaya bahasa/ tulisan saya dalam blog dengan viewers tersebut?

A: Tidak bisa dihindari hal-hal semacam itu. Sebab jaman sekarang memang ada pergeseran, misal anak-anak SMP sudah mengenal make up dll. Maka cara menyiasatinya adalah berikan konten/ tulisan yang tersegmentasi, misalnya: “Make up untuk wanita karier” dll.

Demikianlah sharing seputar Personal Branding yang dikemukakan oleh Dya Loretta. Bagi teman-teman yang masih bingung dengan catatan saya tentang Personal Branding, bisa melihat video di bawah ini:

Dya Loretta menjelaskan tentang Personal Branding. Sumber: N3 Channel – Youtube.
Atau, kalau belum puas juga, bisa membaca buku Dya Loretta yang berjudul “It’s Me! Superbrand Diri untuk Jadi Beda”. Dalam buku ini dibahas lengkap mengenai cara membranding diri.

Buku karya Dya Loretta.

Saya berpose dengan Dya Loretta.

Foto bersama panitia dan peserta workshop.

Depok, 18 April 2016

Aprillia Ekasari

Categorized in: