Jurnalis adalah salah satu profesi yang tak asing buat saya. Bapak saya dulu bekerja di salah satu media cetak terbesar di Jawa Timur. Jadi, sejak kecil saya juga banyak bergaul dengan profesi yang satu ini. Saya paling kagum kalau ketemu dengan jurnalis perempuan. Dulu, ada seorang jurnalis perempuan yang tinggal di sebelah rumah kami. Orangnya kebetulan saat itu masih single. Hampir tiap hari pergi pagi, pulangnya tengah malam. Jarang berada di rumah. Lebih sering tugas liputan keluar kota atau ke negara lain. Waktu itu saya masih kecil dan berpikir, asyik ya jadi jurnalis, bisa travelling gratis. Cita-cita saya akhirnya mantab menjadi jurnalis, meski akhirnya takdir memutuskan lain 😀 .

Hingga sekarang, saya masih kagum kepada perempuan yang berprofesi jurnalis. Apalagi jika perempuan itu sudah menjadi seorang ibu. Beberapa teman saya yang jurnalis perempuan, memilih mundur dari pekerjaannya, ketika menjadi ibu. Namun, tak sedikit juga yang tetap memilih profesi yang tak mudah ini sebagai jalan hidupnya. Salah satunya, Rachmawati Alida Bahaweres atau lebih dikenal dengan Rach Alida Bahaweres.

Alida, begitu Rach Alida Bahaweres biasa dipanggil, merupakan alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA-AWS) Jurusan Jurnalistik Angkatan 2001. Menjadi Jurnalis, memang sudah menjadi impiannya sejak kecil. Profesi yang dipilihnya ini, sebenarnya tak jauh dari kegemaran Alida membaca buku. Sebab menulis itu berbanding lurus dengan membaca.

Alida Bahaweres saat beribadah umroh beberapa waktu lalu.

Qodarullah, sebelum lulus kuliah, tepatnya saat duduk di semester tiga, Alida ditawari pekerjaan sebagai jurnalis freelance di sebuah tabloid di Jawa Timur. Waktu itu, satu artikel dihargai Rp. 150.000,-. Jumlah yang cukup wow buat anak kuliahan pada masa itu. Sayangnya tabloid itu kemudian tutup. Namun, berkat ketekunannya, Alida mendapat kesempatan lain. Kali ini menjadi Kontributor Majalah Gatra. Wilayah peliputan yang dipegangnya berada di seluruh Jawa Timur. Seringkali, Alida mendapat tugas di dua atau lebih kota yang berbeda dalam waktu hampir bersamaan. Namun, Alida sangat enjoy dengan pekerjaannya. Kerja kerasnya berbuah manis. Begitu lulus kuliah, Alida dipanggil ke Kantor Pusat Gatra di Jakarta. Sejak itu, dia resmi menjadi jurnalis perempuan yang bekerja di Gatra.

Baca juga: Anita Carolina, Bidan yang Banting Setir Jadi Writerpreneur.

Selama bekerja di Gatra, perempuan yang berulang tahun setiap tanggal 21 Maret ini, sering menulis isu perempuan. Mulai dari profil tokoh perempuan, hingga segala pembahasan mengenai perempuan. Selain sebagai jurnalis di Gatra, Alida juga aktif di Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Karena “kegemarannya” menulis isu perempuan, Alida ditunjuk sebagai Koordinator Divisi Perempuan AJI Indonesia selama dua periode berturut-turut. Tugasnya lebih banyak terkait pengawasan serta pelatihan pemberitaan terkait perempuan.

Aktif di AJI menuntut Alida kerap bepergian ke luar kota. Tentu saja untuk memberikan materi terkait pelatihan jurnalistik dan seminar/ diskusi mengusung isu perempuan. Namun, seperti yang sempat saya singgung sebelumnya, bahwa tak mudah menjadi jurnalis yang juga seorang ibu, kegiatan Alida pun menuai protes dari anaknya. Akhirnya, Alida pun mengalah, dengan mengurangi aktivitasnya di AJI.

Tahun 2013, Alida kemudian resign dari Gatra yang membesarkan namanya. Kali ini, perempuan berjilbab yang baru saja pulang dari ibadah umroh ini, berlabuh ke Kompas TV. Alumnus Pascasarjana Jurusan Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) ini awalnya menajadi sebagai Koordinator Liputan untuk Wilayah Jabodetabek. Tapi, setahun kemudian, perempuan yang menyukai makanan pedas ini, diamanahi jabatan Koordinator Peliputan Daerah Kompas TV.

Di sela-sela waktunya menjadi jurnalis TV, Alida menyempatkan diri untuk menulis di blog. Sebenarnya, kegiatan menulis blog ini sudah dilakukan perempuan, yang menghabiskan masa kecilnya di Ambon ini, sejak tahun 2007. Waktu itu Alida menggunakan Blogspot. Namun pada saat itu, fungsi blognya hanya untuk menyimpan materi tulisannya di Gatra. Alida juga sempat menjadi Blogger Multiply hingga akhirnya platform blog ini mati. Sayangnya, saat itu Alida tak sempat memindahkan tulisan-tulisannya. Setahun terakhir, Alida mulai menikmati ngeblog di blog personalnya yang beralamat di www.lidbahaweres.com.

Blog personal Alida Bahaweres.

Blog yang memiliki tagline “Keabadian itu diperoleh dari menulis. Maka, menulislah…” ini banyak membahas tentang pengasuhan anak atau parenting. Meski demikian, Alida menolak jika blognya disebut ber-niche parenting. Alida hanya membiarkan apa yang ada dalam kepalanya, dituangkan ke blog, secara mengalir. Baik itu parenting, gaya hidup, maupun tentang aktivitas kesehariannya.

Buat yang penasaran bagaimana cara Alida membagi waktunya antara menjadi jurnalis, ibu, dan juga blogger bisa menyapanya di:

  • Facebook: /rach.bahaweres (Rach Alida Bahaweres)
  • Twitter: @lidbahaweres
  • Instagram: @lidbahaweres

Selamat berbincang dengan sosok jurnalis yang juga blogger ini, ya!

Depok, 30 Mei 2016

April Hamsa

Foto: dokumen pribadi Rach Alida Bahaweres

Categorized in: