Jika wanita diberi kesempatan untuk bekerja dan berdikari sehingga mendapatkan posisi yang setara dengan laki-laki, maka keluarganya dapat berkembang dengan baik. Dan ketika keluarga dapat berkembang dengan baik, akan membawa efek positif pada masyarakat dan negara.”

Kutipan yang diucapkan oleh Hillary Clinton dalam pidatonya di Beijing tersebut terdapat dalam kata pengantar penulis buku “Working Mom is Super Mom: Bagaimana Membagi Antara Keluarga dan Karier” (Working Mom is Super Mom). Sesuai judul bukunya, buku ini memang dihadirkan untuk para ibu, khususnya working mom atau ibu bekerja.

Cover depan buku Working Mom is Super Mom.

Zaman sekarang, ibu bekerja di luar rumah memang bukan lagi hal aneh. Ibu bekerja sudah mendapat posisi yang dipandang positif dalam masyarakat. Meski demikian, menjadi ibu bekerja bukanlah hal yang mudah. Konflik yang paling sering dihadapi oleh seorang ibu bekerja adalah perhatian ibu yang menjadi terbagi-bagi.

Sebelum saya mengulas lebih jauh mengenai buku ini, saya mau menjawab pertanyaan sebagian teman-teman yang membaca artikel ini. “Mengapa saya membaca buku Working Mom is Supermom ini padahal saya enggak ngantor?” Jawabannya, dulu, memang ada masa dimana saya ingin kembali bekerja di luar rumah. Cuma, lagi-lagi masih sebatas niat, hehe.

Eh, tapi, sebenarnya, buku ini tuh enggak hanya cocok dibaca oleh ibu yang bekerja di luar rumah saja, lho. Ibu-ibu yang bekerja dari rumah, misalnya yang berprofesi sebagai freelancer, seperti yang saya jalani saat ini, juga cocok membaca buku ini.

Sebab, yang namanya bekerja, meski dari rumah pasti ada waktu nyuekin anak dan pekerjaan rumah tangga yang “normalnya” dikerjakan oleh seorang ibu, bukan? Nah, bagaimana caranya seorang ibu bekerja membagi antara perannya sebagai ibu dengan melakoni pekerjaannya dikupas dalam buku setebal 164 halaman ini.

Secara garis besar, buku Working Mom is Super Mom ini terdiri dari enam bab. Bab pertama membahas mengenai Model Pengasuhan Bunda. Dalam buku ini sebutan ibu adalah “bunda”.

Saat membuka halaman bab pertama, pembaca akan langsung disuguhi dengan gambar-gambar lucu yang menggambarkan satu anggota keluarga lengkap. Ada ayah, ibu, dan kedua buah hatinya.

Begitu membuka lembaran bukunya lagi, akan ada gambar ibu dan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada ibu (pembaca). Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa menggambarkan kedekatan ibu dengan buah hatinya. Apakah terjalin harmonis, atau justru sebaliknya, renggang.

Bab pertama juga menjelaskan mengenai beragam pola asuh orang tua terhadap anak-anak. Nanti, pembaca dapat menyimpulkan sendiri bagaimana pola asuhnya selama ini. Setelah, membahas mengenai pola asuh, penulis kemudian menjelaskan tentang karakter anak.

Sepertinya, penulis berharap para pembacanya bisa merenungi mengenai pola asuh dan kepribadian anak ini. Sebab, pola asuh ini berkaitan erat dengan kepribadian anak. Penulis juga menyisipkan mengenai beberapa perlakuan khas orang tua kepada anaknya yang cenderung “berlebihan”.

Lanjut ke bab dua yang menurut saya adalah inti dari buku ini, yakni mengenai cara ibu bekerja bersahabat dengan konflik. Konflik umum yang melanda ibu bekerja biasanya adalah anak yang kurang mendapat perhatian, akibat orang tua sibuk dengan pekerjaannya.

Dalam buku ini, penulis menyarankan ibu bekerja untuk mengatasi konflik dengan pelatihan emosi. Penulis menjelaskan bagaimana proses-proses pelatihan emosi yang sebaiknya dilakukan. Penulis juga memberikan jenis pelatihan emosi yang biasanya diterapkan oleh ibu bekerja.

Selanjutnya ada semacam kuis atau tes berupa pertanyaan-pertanyaan lagi yang bisa mengetahui gaya seorang ibu bekerja dalam mengelola konflik. Nanti, pembaca bisa menyimak semua teorinya dan mungkin bisa melakukan koreksi apabila selama ini caranya mengelola konflik keliru.

Menginjak bab tiga, penulis seolah berusaha membesarkan hati pembacanya bahwa menjadi ibu bekerja bukanlah sesuatu yang buruk. Bahkan, dampak-dampak positif terkait dengan keluarga dan anak-anak, apabila ibunya bekerja, ditulisk di bab ini.

Meski demikian, pada bab empat, penulis kembali mengingatkan bahwa ibu bekerja hendaknya tetap menomorsatukan keluarga, khususnya anak-anaknya. Penulis menyarankan berbagai cara kepada ibu bekerja untuk senantiasa memantau dan mendukung prestasi buah hatinya.

Pada bab lima, penulis memberikan beberapa saran untuk pembaca, mengenai apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan oleh ibu bekerja ketika buah hatinya meminta perhatiannya. Sedangkan bab terakhir, yakni bab enam, merupakan kumpulan cerita dari beberapa ibu yang mendedikasikan dirinya dalam beberapa peran. Antara lain sebagai working mom, seorang istri, dan seorang ibu.

Hal yang saya suka dari buku ini, penulis menggambarkan dengan jujur mengenai potensi-potensi konflik apa saja yang akan terjadi pada saat ibu bekerja. Jadi, peran ibu bekerja tidak disanjung atau dibela sedemikian rupa, melainkan ditulis pula aspek-aspek negatifnya. Cukup berimbang menurut saya. Selain itu, saya juga menyukai beberapa kuis untuk mengetahui tentang tipe orang tua seperti apa sih pembaca dalam mengatasi konflik.

Meskipun pada beberapa halamannya terdapat beberapa teori psikologi, namun cukup mudah dimengerti oleh pembaca yang awam. Selain itu, gambar-gambar animasi yang digambar seperti coretan tangan sangat membantu penulis mendeskripsikan isi bukunya.

Sayangnya, dalam buku ini kurang dijelaskan bagaimana sebaiknya action atau tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua atau ibu bekerja apabila ternyata pola asuhnya atau caranya mengatasi konflik keliru. Penulis sepertinya sengaja membuat pembaca merenungi sendiri tindakannya selama ini.

Tapi, secara keseluruhan, buku ini bagus buat dibaca oleh ibu yang memiliki segudang aktivitas. Selain bagus untuk bahan interospeksi perannya sebagai seorang ibu, juga sangat baik untuk bahan pengembangan diri.

Jika teman-teman berminat membaca buku ini, informasinya ada di bawah ini ya:

Informasi Buku:

  • Judul Buku: Working Mom is Super Mom: Bagaimana Membagi Antara Keluarga dan Karier.
  • Penulis: Zizousari dan Yuna Chan.
  • Penyunting: Eista Swaesti.
  • Penerbit: Trans Idea Publishing.
  • Tebal: 164 halaman.
  • ISBN: 978-602-0808-20-8.
  • Cetakan I, 2016.

April Hamsa

#ODOP #Day7 #BloggerMuslimahIndonesia