Ketika Tuhan menakdirkan saya untuk memiliki anak, otomatis saya juga telah terdaftar di salah satu fakultas di Universitas Kehidupan. Artinya, mau nggak mau, saya harus belajar tanpa mengenal batas waktu untuk menjadi orang tua yang baik buat anak-anak saya. Untuk mengupdate ilmu tentang parenting saya biasanya membaca buku/ media lain, sharing dengan sesama ibu-ibu, dan mengikuti seminar/ talk show tentang parenting.

Salah satu seminar yang pernah saya ikuti dan memberi banyak manfaat untuk saya adalah Parenting Class yang diselenggarakan oleh Tabloid Nakita bekerja sama dengan Tulip Cipta Kreasi pada Sabtu, 19 Maret lalu. Nakita Parenting Class kali ini diadakan di Universitas MH Thamrin, Jl. Salemba Tengah No 5, Jakarta Pusat. Pesertanya kebanyakan dari komunitas ibu-ibu juga, seperti Wajah Bunda Indonesia dan Mom and Baby Community. Meski begitu, saya juga melihat para Ayah yang antusias mengikuti acara ini.

Nakita Parenting Class

Ada empat tema menarik yang diusung oleh Nakita Parenting Class yang bertajuk “Orang Tua Kompak” ini, yakni Mengenal I-Doser, Makanan yang Baik untuk Pertumbuhan Buah Hati, Mengenalkan Pendidikan Gender Anak Laki-laki dan Perempuan, serta Deteksi Dini Kelainan Tulang pada Balita. Acara ini juga dimeriahkan dengan lomba mewarnai untuk anak usia Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.

Mengenal I Doser

Sesi pertama mengusung tentang I Doser yang dipaparkan oleh dr. Gina Anindyajati dari Klinik Yayasan Angsa Merah. Akhir-akhir ini orang tua memang dibuat cemas dengan isu I Doser ini, yang ditenggarai sebagai narkoba digital yang berbentuk musik. Apakah benar I Doser ini berbahaya?

dr. Gina Anindyajati (berbaju batik) menyimak pertanyaan dari peserta.

dr. Gina menjelaskan bahwa I Doser merupakan sebuah aplikasi pemutar berkas suara yang berupa binaural beats. Apakah binaural beats itu? Yakni kondisi apabila sesorang mendengarkan musik dengan headset, namun gelombang suara yang ditangkap oleh telinga kanan dan kiri berbeda, akibatnya ada selisih gelombang yang diterima oleh otak kita. Selisih gelombang ini mampu mempengruhi keadaan mental seseorang.

Pada mulanya apliksi ini memang sengaja diciptakan untuk suatu riset klinik, kemudian berkembang menjadi terapi gangguan tidur dan kecemasan. Lama-kelamaan menjadi booming digital drug yang menyasar anak-anak muda yang memegang gadget. Disebut digita drug karena I Doser membawa pengaruh antara lain bisa mempengaruhi mental performance, bisa menjadi suplemen analgesik, bisa mempengaruhi mood dan persepsi penggunanya juga.

Untungnya, di Indonesia, Kementrian Komunikasi dan Informatika bertindak cepat dengan memblokir akses web maupun app store yang menyediakan fasilitas download I Doser. Badan Narkotika Nasional juga telah menyatakan bahwa I Doser tidak masuk golongan narkoba. Jadi, dr. Gina menyerukan supaya orang tua tidak terlalu mencemaskan I Doser ini, sebab tidak bisa diakses di Indonesia. Meski demikian, saran dr. Gina sebaiknya orang tua membatasi dan mengawasi penggunaan gadget untuk anak-anak.

Makanan yang Baik untuk Pertumbuhan Buah Hati

Sesi selanjutnya mengenai Makanan yang Baik untuk Pertumbuhan Buah Hati dibawakan secara interaktif oleh Konsultan Boga dan Gizi di Tabloid Nakita, Hindah Muaris. Wanita paruh baya ini dengan penuh semangat memberikan ilmu tentang bagaimana seorang ibu seharusnya dapat mengatur menu makanan dengan gizi seimbang untuk anak-anaknya, terutama balita.

Konsultan Boga dan Gizi Hindah Muaris (berbaju batik) menjelaskan tentang menu bergizi.

Hindah Muaris, yang juga penulis dan pakar di bidang Teknologi Pangan ini, makanan harus disiapkan dengan smart, fun, fresh, dan healthy. Latar belakang pemenuhan gizi seimbang ini tak lain adalah supaya tumbuh kembang bayi dan balita akan prima apabila pola makannya diatur sejak dini dengan baik dan benar, sesuai dengan kecukupan gizi yang dibutuhkan.

Pemenuhan gizi ini hendaknya dimulai sejak ibu hamil atau mengandung bayinya. Sebab menurut Hindah Muaris terdapat korelasi yang signifikan antara mutu makanan dengan siklus kehidupan manusia, mulai dari dalam kandungan hingga dia dewasa kelak. Prinsip dasar menyusun menu dijelaskan oleh Hindah Muaris harus mengandung kalori dari karbohidrat, protein, dan lemak. Tak lupa disempurnakan dengan vitamin dan mineral.

Kemudian Hindah Muaris juga menjelaskan kebutuhan kalori yang diperlukan oleh ibu hamil dan menyusui. Ibu hamil dan menyusui membutuhkan kalori tambahan sekitar 300 kalori per hari. Misal, jika sedang tidak hamil dan menyusui, seorang ibu mungkin hanya butuh 1800 kalori, maka jika sedang hamil dan menyusui butuh 300 kalori lebih banyak dari yang biasa dikonsumsi.

Ibu hamil dan menyusui juga membutuhkan tambahan vitamin, antara lain vitamin B1, B2, niasin, dan asam pantotenat untuk membantu proses metabolisme energi. Ibu hamil dan menyusui juga membutuhkan vitamin B6 dan B12 untuk membentuk DNA dan sel-sel darah merah. Plus yang terpenting adalah asam folat untuk proses perkembangan janin. Selain itu, kebutuhan vitamin A dan C juga meningkat. Begitu pula dengan kebutuhan mineral, perlu diperhatikan asupan mineral, terutama magnesium dan zat besi, yang sangat penting untuk menghindarkan ibu dari anemia. Hindah Muaris lalu menjelaskan makanan apa saja yang sebaiknya dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui, supaya kebutuhan gizinya bisa tercukupi.

Setelah menjelaskan kebutuhan gizi ibu hamil dan menyusui, berlanjut ke pembahasan tentang pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI). Hindah Muaris menjelaskan tahapan MPASI mulai start saat bayi pertama kali makan. Menurut Hindah Muaris usia 6-9 bulan adalah masa kritis, anak harus diajari makan dengan benar sesuai tahapannya, yakni pure, bubur susu, tim halus, hingga tim kasar. Di usia kritis ini anak harus diajari mengunyah dan menelan makanannya, sehingga ketika menginjak usia 10-12 bulan bayi bisa dipersiapkan untuk makan menu keluarga.

Hindah Muaris juga menekankan pentingnya sarapan untuk balita. Alasannya adalah sarapan berfungsi mencukupi sepertiga kebutuhan energi dalam sehari. Energi ini merupakan landasan supaya anak balita bisa memiliki daya tahan dan intelektualitas dalam beraktivitas. Hindah Muaris juga menyarankan sebaiknya sarapan untuk balita dibuat seimbang, penuh gizi, menarik, siap saji, bervariasi, dan berupa one dish meal.

Di sesi ini juga ada demo memasak melalui video plus bagi-bagi resep untuk balita oleh Hindah Muaris. Acara berlangsung seru karena setiap peserta yang bertanya diberi kenang-kenangan buku karya Hindah Muaris.

Mengenalkan Pendidikan Gender Anak Laki-laki dan Perempuan

Materi ketiga mengenai pendidikan gender pada anak dibawakan oleh CEO dan Managing Director Tulip Cipta Kreasi, Yohana Elizabeth H. Perempuan cantik ini menjelaskan bahwa orang tua memiliki peran sangat penting terhadap pengenalan gender anak. Sesi ketiga ini buat saya pribadi sangat menarik untuk disimak, sebab saya memiliki dua anak yang berbeda jenis kelaminnya.

Sebelumnya Yohana Elizabeth H. menjelaskan tentang kasus dimana ada seorang anak tunggal, yang kedua orang tuanya sibuk bekerja, lalu anaknya dititipkan kepada pengasuh. Pengasuhnya ini suka menonton acara televisi, dimana ada artis-artis yang bergaya kemayu. Maka, ditirulah perilaku kemayu ini oleh si anak. Orang tua dalam hal ini kecolongan, sebab minim pengawasan terhadap keseharian anaknya di rumah.

Yohana Elizabet H. menekankan pentingnya peran orang tua dalam memberikan penjelasan tentang gender.

Lalu kapan sebaiknya orang tua mendidik anaknya? Yohana Elizabet H. mengatakan saat The Golden Age atau enam tahun pertama. Tidak hanya setelah bayi dilahirkan, namun mulai sejak dalam kandungan. Pendekatan yang dilakukan adalah religi. Bagi yang muslim bisa diperdengarkan ayat Al Quran, bagi yang nonmuslim bisa dengan doa-doa sesuai ajaran agamanya. Ibu hamil juga disarankan untuk menghindari stress. Suami/ bapak juga memegang peranan dalam hal ini, menjaga supaya ibu tidak stress.

Berikutnya, Yohana Elizabet H. menjelaskan tentang periode sensitif, yakni periode dimana orang tua perlu mengajarkan kepada anak tentang empat hal yakni bahasa, sensorik, sosial, dan motorik. Bahasa disini adalah ucapan, ucapan adalah doa. Orang tua sebaiknya mengucapkan yang baik-baik tentang anak-anaknya. Jangan pernah menyalahkan anak jika mereka berbuat salah, karena anak sebenarnya hanya mencontoh perilaku orang tuanya. Oleh karena itu orang tua wajib introspeksi diri. Lalu sensorik disini bisa dilakukan mulai saat hamil, seperti membaca doa/ Al Quran, coba bermain senter di perut saat hamil. Motorik bisa diajarkan misalnya saat bayi mulai belajar berjalan, ketika anak jatuh maka jangan menyalahkan anak ataupun hal lainnya, namun usahakan untuk menyemangati anak supaya terus mau belajar. Terakhir adalah sosial, peran orang tua disini mengajarkan anak tentang perbedaan jenis kelamin. Kenapa laki-laki dan perempuan berbeda.

Lalu bagaimana strategi mengembangkan potensi anak? Yohana Elizabet H. menyebutkan empat macam aspek yang perlu diperhatikan:

  • Aspek Motoric: Mengembangkan pemahaman dan sikap positif terhadap kondisi fisiknya, mengembangkan kebiasaan untuk memelihara kesehatan dan kebersihan, menyediakan sarana untuk bermain/ tempat anak berkreasi.
  • Aspek Intelektual: Melatih anak berfikir sebab akibat, membiasakan anak berani mengungkapkan ide/ gagasan/ mengajukan pertanyaan, melatih problem solving, mendorong kemandirian anak untuk melakukan tugasnya sendiri, mengembangkan potensi imajinatif/ daya cipta anak, mengadakan program-program yang meberikan kesempatan kepada anak untuk berkompetisi dengan sehat, mengenalkan perkembangan teknologi tetapi tetap dengan pengawasan orang tua.
  • Aspek Emosi: Menciptakan suasana emosional yang kondusif (ramah dan kasih sayang), membicarakan tentang cara menyalurkan keinginan tanpa mengganggu perasaan orang lain, menghormati pribadi anak, memberi penghargaan terhadap anak saat anak melakukan tindakan terpuji, mengembangkan sikap positif, mengembangkn sikap dan kebiasaan saling menghargai dengan temannya.
  • Aspek Sosial: Menyusun tata tertib, mengembangkan sikap dan kebiasaan mematuhi tata tertib, mengembangkan sikap untuk saling menghormati, menolong, dan menalin persahabatan.

Untuk itu orang tua perlu menerapkan bahasa kasih. Bahasa kasih terdiri dari lima hal:

  • Word of affirmation.
  • Physical touch.
  • Receiving gifts.
  • Quality time.
  • Act of service.

Terakhir Yohana Elizabet H. menjelaskan sesuai teori pakar psikologi perkembangan anak asal Swiss Jean Piaget, bahwa dalam psikologi anak, si kecil perlu melakukan aksi tertentu atas lingkungannya untuk dapat mengembangkan cara pandang yang kompleks dan cerdas atas setiap pengalamannya, sehingga psikologi anak akan makin bertumbuh dengan baik. Maka, sudah menjadi tugas orang tua untuk memberi anak pengalaman yang dibutuhkannya agar mereka bisa mengembangkan kecerdasan, terutama perkembangan psikologi anak. Dengan orang tua memegang peran sepenting ini diharapkan anak akan tahu mana yang benar dan mana yang salah, utamanya dalam hal kejelasan gender.

Deteksi Dini Kelainan Tulang pada Balita

Sesi terakhir adalah mengenai deteksi dini kelainan tulang pada balita. Kali ini dr. Jaka Fatria Y Sp.OT dari RS MH Thamrin Salemba yang didaulat sebagai pembicara. Dr. Jaka menjelaskan bahwa tulang anak kecil berbeda dengan tulang orang dewasa. Apabila terjadi kelainan tulang pada anak kecil maka daya penyembuhan dan penatalaksanaan medisnya berbeda dengan orang dewasa. Apalagi tulang anak kecil masih dalam tahap pertumbuhan, anatomi belum sama dengan saat dia nanti saat dewasa.

dr. Jaka Fatria Y Sp.OT menjelaskan tentang macam-macam kelainan tulang pada balita.

Beberapa macam kelainan tulang pada anak/ balita antara lain:

  • Scoliosis: Kondisi dimana punggung bengkok, ada benjolan di punggung, bahu tidak sama. Penyebabnya adalah gangguan pertumbuhan saat minggu ke-4 hingga ke-6 kehamilan, biasanya karena genetik atau karena faktor ibu yang minum alkohol, memiliki riwayat dibates dll.
  • CTEV (Club Foot): Kondisi dimana kaki menekuk ke dalam seperti stick golf, kaki dan betis lebih kecil, garis kaki lebih dalam. Penyebabnya tidak diketahui pasti, bisa karena genetik, hormonal, atau neuromuscular.
  • DDH (Developmental Dysplasia of the Hip): Kelainan tulang dimana mangkok sendinya mendatar dysplasia dan kepala sendinya bergeser. Biasanya terjadi pada bayi sungsang. Ciri-ciri DDH antara lain kesulitan memakai popok, tungkai tidak sama panjang, pinggul tampak miring, tulang punggung lebih melengkung ke depan, jalannya seperti bebek.
  • Blount Desesase (kaki berbentuk O).
  • Genu Valgum (kaki berbentuk X).

Peran orang tua sangat penting dalam mendeteksi dini kelainan tulang pada balita. Orang tua harus tanggap membedakan apakah kelainan yang ada merupakan fisiologis (AbNormal/ AbN) ataukah patologis (Normal/ N). Makin cepat terdeteksi maka terapi penyembuhan pun bisa segera diupayakan dengan tingkat keberhasilan lebih besar.

Take home messages untuk para orang tua yang diberikan oleh dr. Jaka, antara lain:

  • Jika tulang punggung anak bengkok segera konsultasi dengan dokter spesialis.Bedah Orthopaedi dan Traumatologi (Sp.OT).
  • Jika kaki anak bengkok ke dalam pastikan dulu AbN atau tidak. Jika AbN maka segera ke Sp.OT.
  • Jangan membedong bayi.
  • Hindari obesitas pada anak.
  • Jangan memaksakan latihan berjalan terlalu awal.
  • Cukupi kebutuhan nutrisi protein, vitamin D, dan kalsium pada anak.

Dengan berakhirnya sesi dr. Jaka, maka acara inti parenting class pun selesai. Namun, sebelum acara ditutup, panitia mengumumkan pemenang lomba mewarnai dan membagikan doorprize kepada peserta Nakita Parenting Class.

Depok, 28 Maret 2016

Aprillia Ekasari

Categorized in: