Ada kalanya seorang ibu membutuhkan me time untuk rehat sejenak dari aktivitas sehari-harinya. Ibu bisa bepergian seorang diri tanpa mengajak keluarganya, entah itu bertemu dengan kawan lama atau sekedar cuci mata di mall selama beberapa jam. Tapi, hal yang paling dikhawatirkan seorang ibu ketika meninggalkan rumah biasanya adalah anak-anaknya, terutama yang masih balita. Apalagi, jika tidak ada support family atau asisten atau pengasuh yang bisa dimintai tolong untuk mengawasi anak-anak selama bepergian. Alasan tersebut seringkali membuat seorang ibu mengurungkan niatnya untuk me time. Padahal sebenarnya, masih ada satu orang yang bisa diandalkan untuk menitipkan anak, yakni ayahnya.

Mengapa menitipkan anak pada ayahnya bisa menjadi alternatif ketika ibu ingin me time? Alasan pertama adalah karena anak-anak sudah familiar dengan sosok ayahnya, jadi tidak akan mengalami kesulitan dalam hal beradaptasi. Kedua, untuk membangun bonding antara ayah dengan anak. Ketiga, tentu saja pilihan ini termasuk murah, karena tidak membutuhkan biaya, sebagaimana jika kita menyewa seorang pengasuh atau menitipkan anak ke daycare. Keempat, anak-anak bisa dipastikan berada di tangan yang tepat dan bisa dipercaya, jadi mengurangi kekhawatiran ibu tentang penculikan anak, penganiayaan anak, dan lain sebagainya. Terakhir, supaya para ayah merasakan bagaimana kerepotan seorang ibu ketika mengurus anak-anaknya, sehingga diharapkan bisa menimbulkan rasa empati atau pengertian.

Lalu bagaimana supaya menitipkan anak pada ayahnya ini bisa sukses? Mengingat, ada kalanya anak begitu terikat kepada ibunya, sehingga yang terjadi ketika ibu bepergian, anaknya rewel? Berikut tips menitipkan anak pada ayahnya yang mungkin bisa dipraktekkan:

  • Lakukan latihan sebelumnya: sebaiknya jangan langsung meninggalkan anak dalam waktu yang lama dengan ayahnya, apalagi jika ayahnya hampir tidak pernah membantu mengurusi anak dalam kesehariannya akibat sibuk bekerja. Khawatirnya ayah dan anak sama-sama kaget dengan kondisi tersebut. Sebaiknya, lakukan latihan secara bertahap. Misalkan hari ini kita tinggal belanja ke minimarket dekat rumah atau pergi ke rumah kawan yang rumahnya tidak terlalu jauh. Coba dulu, selama sejam atau dua jam, namun rutin, tiap weekend, misalnya. Apabila ayah dan anak sudah mulai terbiasa, ibu bisa pergi meninggalkan rumah agak lama, sekitar lebih dari lima jam. Namun, lain halnya jika ayah sudah biasa dan terbukti telaten membantu tugas ibu mengurusi anak sehari-hari, maka ibu bisa langsung mengambil waktu lama untuk pergi meninggalkan rumah tanpa latihan bertahap.
  • Sounding anak: lakukan sebelum ibu meninggalkan anak. Katakan selama beberapa hari sebelum hari H, bahwa anak akan tinggal di rumah sama ayah, sementara ibu akan pergi. Katakan pula bahwa ibu pasti akan pulang dan tidak pergi meninggalkan anak berlama-lama. Dengan sounding ini, diharapkan anak tak kaget ketika ditinggal pergi ibunya.
  • Siapkan segala kebutuhan anak: penting untuk menyiapkan segala kebutuhan anak, seperti pakaian, makanan berat dan cemilan, susu formula atau ASI perah, mainan anak, dan lain sebagainya. Sebab apabila tidak dibantu disiapkan, akan membuat para ayah yang dititipi anak bakal kerepotan. Ayah biasanya kurang tahu dimana mencari barang-barang anaknya dan makanan apa yang disukai anaknya.
  • Buat jadwal: buatlah jadwal serapi dan sedetail mungkin, yang mengatur waktu makan, waktu bermain, waktu mandi, waktu bermain, bahkan kapan biasanya anak pipis ataupun buang air besar kalau bisa ditulis.
  • Buat list tentang do and don’t: buat semacam list apa saja yang sebaiknya perlu dilakukan ayah, apabila kondisi tidak berjalan sesuai rencana. Misal ketika anak tidak mau makan, tulis, “Jangan diberi susu dulu, tapi berikan cemilan berat.” Atau jika anak rewel tidak mau mandi, bisa kita beri saran lewat list tadi, “Jika tidak mau mandi, jangan boleh menonton televisi.” List tentang do dan don’t ini disesuaikan dengan karakter anak sehari-hari, sesuai pengalaman ibu.
  • Beritahu ayah yang dimintai tolong untuk menjaga anak-anak strategi andalan dalam meluluhkan hati anak: hal ini penting, supaya para ayah bisa merayu anak-anak apabila anak-anak rewel atau ngambek.
  • Sempatkan untuk berkomunikasi: sangat penting buat ibu mengecek kondisi anak-anak dan ayahnya di rumah, seperti menelepon atau mengirimkan pesan pendek. Hal ini penting untuk memberi dukungan kepada ayah bahwa si ayah bisa melakukan tugasnya dengan baik. Hal ini dapat membangun kepercayaan diri si ayah juga. Selain itu dengan berkomunikasi dengan mereka yang di rumah, ibu bisa menghubungi anak-anak di rumah dan memberi pernyataan bahwa ibu hanya pergi sebentar lalu akan pulang. Dengan demikian anak tidak merasa terlalu lama diabaikan atau tidak diperhatikan oleh ibunya.
  • Bawa buah tangan ketika pulang: buah tangan atau oleh-oleh yang dibawa saat pulang ke rumah oleh para ibu bertujuan sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada si ayah karena sudah mau menjaga anak-anak, selama ibu bepergian. Syukur-syukur kalau sebelumnya, si ibu menawari ayah mau dibelikan apa ketika pulang nanti, jadi sesuai request. Sedangkan bagi anak-anak, buah tangan dari ibu dianggap sebagai bentuk perhatian, bahwa kemanapun ibu mereka pergi, ibu selalu mengingat mereka. Buktinya si ibu pulang membawa oleh-oleh jajanan kesukaan, misalnya.

Sekian tips menitipkan anak kepada ayahnya dari saya. Semoga bermanfaat untuk para ibu yang mau me time atau terpaksa bepergian karena kondisi yang mendesak/ tak terduga. Semoga bermanfaat, ya!

Depok, 15 April 2016

Aprillia Ekasari

Categorized in: