Seorang teman, di salah satu grup WhatsApp (WA) yang saya ikuti, pernah bercerita bahwa dirinya akan melakukan pap smear. Lalu, kami berdiskusi tentang hal ini. Terus terang saya agak parno buat pap smear, karena nggak nyaman bagian bawah diobok-obok. Rasanya baru 14 bulan lalu, terakhir saya berhubungan dengan hal itu, saat saya melahirkan anak kedua saya. Rasa nggak nyaman diobok-obok bagian bawah masih ada sampai sekarang. Jadi, saya enggan melakukan hal-hal yang berhubungan dengan hal itu, termasuk pap smear.

Eh, ndilalah Sabtu kemarin (12 Maret 2016) saya dapat pencerahan bahwa pap smear itu penting, terutama buat wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Pencerahan itu saya dapatkan ketika saya berkesempatan mewakili Blogger Reporter ID mengikuti Talkshow Kesehatan bertajuk “Love Your Body Without Cervical Cancer” yang diselenggarakan oleh Brawijaya Clinic di Mal FX Sudirman lt. F5. Acara ini memang diselenggarakan dalam rangka memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat tentang bahaya kanker serviks.

Kanker Serviks

Sebenarnya apa sih kanker serviks itu? Dari acara talkshow tersebut saya mengetahui ternyata kanker serviks adalah penyakit pembunuh wanita nomor satu di Indonesia. Data menunjukkan bahwa tiap hari satu dari dua wanita di Indonesia yang didiagnosa kanker serviks, meninggal dunia. Bahkan, menurut Data Globocon 2008, Indonesia berada di peringkat nomor satu untuk kasus kanker serviks dibandingkan dengan negara-negara di South East Asia lainnya, seperti Filipina, Vietnam, Thailand, dan yang lain.

Acara yang dipandu oleh dr. M. Haekal, SpOG dari Brawijaya Clinic ini juga memberi informasi baru kepada saya, bahwa ternyata kanker serviks bukan karena keturunan. Melainkan disebabkan oleh tipe-tipe tertentu dari Virus Human Papillomavirus (HPV). Sebenarnya HPV ini adalah virus yang umum. Jenisnya ada 100 tipe, namun ada beberapa di antaranya yang menginfeksi daerah kelamin dan menyebabkan kanker serviks khususnya HPV 16 dan 18. Jika seorang wanita positif terinfeksi HPV 16 atau HPV 18 maka bisa berkembang menjadi pra-kanker serviks.

dr. M. Haekal SpOG tengah menjeaskan tentang kanker serviks.

Lalu, bagaimana cara seseorang terkena HPV? Paling banyak adalah melalui kontak seksual. Maksudnya, kontak kelamin dengan orang yang terinfeksi, tidak hanya melulu karena hubungan seksual. Selama ini di masyarakat tahunya bahwa kanker serviks adalah indikasi dari praktek seksual yang tidak sehat. Padahal bukan hanya itu penyebabnya, bisa kontak seksual yang lain. Misalnya saat seorang bapak yang kena HPV menceboki anak perempuannya, lalu anak perempuannya akhirnya kena juga. Kasus ini memang langka tapi beneran ada, kata dr. Haekal.

Dr. Haekal menyatakan bahwa jika seseorang terkena pra-kanker serviks maka masih ada harapan untuk sembuh. Sedangkan, jika sudah divonis kanker serviks maka yang dibicarakan bukan lagi sembuh total, melainkan usia harapan hidup hingga lima tahun ke depan. Ya, Tuhan, sereeeem! Jadi, bisa kebayang bukan? Betapa bahayanya kanker serviks ini? 🙁

Pencegahan Kanker Serviks

Setelah mengetahui bahayanya kanker serviks ini, memang sebaiknya sih mencegahnya, sebelum terlambat. Dr. Haekal menyebutkan ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks ini, antara lain rutin cek pap smear setahun atau dua tahun sekali. Tujuan pap smear supaya jika ada sel abnormal bisa segera ketahuan. Bisa juga melakukan Visual Asam Asetat (VIA) jika di puskesmas. Kalau ke dokter kandungan sebaiknya lakukan vaksin HPV. Vaksin ini diyakini dapat mencegah kanker serviks.

Dalam acara ini juga diumumkan bahwa Brawijaya Clinic tengah memberikan promo vaksin HPV/ kanker serviks, yakni:

  • Vaksin Gardasil Rp. 2.700.000,- (3x vaksin dengan dokter umum).
  • Vaksi Gardasil Rp. 2.990.000,- (1x dengan dokter Obsgyn, 2x dengan dokter umum).

Promo vaksin ini katanya berlaku di seluruh Brawijaya Clinic (FX Sudirman, Oktroi Plaza Building, dan UOB Plaza) hingga 31 Maret 2016.

Infeksi Vagina

Oh ya, saat menjelaskan mengenai kanker serviks, dr. Haekal juga menyelipkan bahasan tentang infeksi vagina, salah satunya adalah keputihan. Keputihan memang kondisi yang sering dialami oleh wanita. Untuk itu, dr. Haekal mengingatkan supaya wanita tidak lupa menjaga kebersihan area kewanitaannya atau vagina.

Pada vagina yang sehat sebenarnya ada berbagai mikroorganisme terutama jenis Lactobacillus (LG) yang sebenarny adalah bakteri jinak yang menjaga vagina tetap asam. Apabila terjadi perubahan lingkungan pada vagina, maka akan muncul bakteri patogen yang menyerang bakteri jinak sehingga menyebabkan keputihan. Keputihan ini tentu saja suatu kondisi yang sangat tidak nyaman buat kaum wanita.

Keputihan juga tidak bisa dianggap remeh, karena jika kambuh dan berulang dapat mengakibatkan komplikasi ginekologi yang serius seperti keguguran dan kelahiran prematur. Jaman dulu, untuk menyembuhkan keputihan yang tidak terlalu parah, vagina dicuci dengan larutan prebiotik. Larutan prebiotik itu seperti minuman “Y” yang ada di iklan-iklan itu lho, yang tagline-nya berbunyi, “Saya minum dua!” Sedangkan terapi konvensional untuk penyembuhan keputihan yang parah adalah dengan pemberian antibiotik dalam bentuk sediaan oral maupun tropical. Tujuan pengobatan tersebut adalah mengembalikan pH Vagina pada kisaran 4,5.

Namun, di Indonesia sekarang sudah ada gel laktat/ pelembab yang terbukti mampu menurunkan pH Vagina. Salah satu contoh produknya adalah Relactagel. Relactagel bisa memulihkan dan memelihara pH alami vagina dengan menciptakan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan lactobacilli. Selain itu obat ini bermanfaat untuk menyembuhkan keputihan yang berbau abnormal. Obat ini juga aman digunakan selama masa kehamilan. Penggunaan obat ini adalah secara intravaginal. Namun, tentu saja penggunaannya harus atas rekomendasi dokter.

Salah satu produk gel lactat untuk vagina. Sumber foto dari google.com.

Q dan A Saat Talkshow Berlangsung

Dari talkshow ini saya benar-benar mendapat banyak pencerahan akan pentingnya menjaga organ kewanitaan. Oh iya, berikut beberapa pertanyaan oleh peserta yang berhasil saya rangkum, siapa tahu bermanfaat:

Q: Dok, saya belum haid semenjak lahiran, apakah boleh papsmear/ vaksin?

A: Nggak pa pa, sekalian aja cek HPV.

Q: Dok, beda papsmear dengan cek HPV apa ya?

A: Kalau pap smear, mulut jalan lahir diusap, lalu dilihat dengan mikroskop apakah ada sel yang abnormal.

Q: Apabila sudah pap smear dan hasilnya normal, apakah boleh langsung cek HPV/ vaksin?

A: Langsung saja cek. Pap smear jangan lupa minimal dua tahun sekali.

Q: Dok, jika keputihan saya biasa memakai panty liner, apa boleh?

A: Jika terpaksa pakai panty liner, pakai yang biasa saja (tidak mengandung mint/ wangi-wangian) dan ber-pH sama antara 3,8-4,5.

Q: Dok, kalau untuk perempuan yang sudah menopouse boleh tidak memakai pelembab seperti Relactagel?

A: Boleh tapi harus cek diperiksa oleh dokter dan pemakaiannya sesuai saran dokter.

Q: Vaksin kanker serviks diulang berapa lama periode waktunya?

A: Ada yang 5 tahun, ada yang 9 tahun. Penelitiannya masih berlanjut. Tapi disarankan 8 tahun sekali vaksin.

Q: Apakah ada efek samping dari vaksin kanker serviks?

A: Efek samping kemungkinan ada, tapi sangat jarang terjadi. Ada beberapa yang mengalami hipersensitif, namun sangat jarang.

Q: Dok, kanker serviks kan tidak menurun, tapi tadi dijelaskan kalau kemungkinan besar yang ibunya kena kanker, reskionya juga besar. Bagaimana kemungkinannya?

A: Kanker serviks tidak menurun, karena kan disebabkan oleh virus HPV, namun kemungkinan kenanya lebih besar jika keluarganya pernah kena, sebab biasanya daya tahan tubuhnya sama kondisinya.

Q: Jika sudah tidak pernah lagi melakukan hubungan seksual apakah masih perlu pap smear?

A: Perlu, dua tahun sekali.

Q: Dok saya biasa naik gunung. Biasanya supaya praktis saya mengenakan panty liner atau celana dalam dari kertas. Sebaiknya berapa lama batas pemakaiannya?
A: Batas pemakaiannya, jika merasa lembab, basah ya langsung ganti. Sebaiknya kalau dalam kondisi normal, sebaiknya memakai celana dalam katun minimal tiga kali ganti dalam sehari.

Q: Meski nggak keputihan, apakah boleh memakai panty liner?

A: Sebaiknya tidak.

Bersama dr. M. Haekal SpOG dan teman-teman dari Blogger Reporter ID seusai talkshow.Foto diambil oleh panitia, minjem kamera Mbak Ria, teman Blogger 🙂

Mungkin buat teman-teman yang mau bertanya soal kanker serviks dan keputihan atau masalah kewanitaan lainnya dengan dr. Haekal bisa menghubungi beliau melalui email: Haekal_dr@yahoo.com atau via IG: @haekalmo.

Atau jika ingin berkonsultasi/ vaksin, bisa juga langsung datang ke Brawijaya Clinic, berikut alamatnya:

  • Brawijaya Clinic FX Sudirman lantai 5 | Jl. Jenderal Sudirman K8A-8B, Jakarta | Telp. 021-25554099, 25554154.
  • Brawijaya Clinic Oktroi Plaza Building | Jl. Kemang Utara Raya No. 1 Jaksel | Telp. 021-71792074. 71792101.
  • Brawijaya Clinic ANZ Square -UOB Plaza, Podium Thamrin Nine | Jl. MH Thamrin No. 10 Jakpus | Telp. 021-29261880.

Nah, sudah tahu betapa menakutkannya kanker serviks bukan? (self talk and plak, juga, iniiiiii!). Kalau gitu, yuk, kita sama-sama memerangi kanker serviks dan penyakit kewanitaan lainnya dengan selalu menjaga kesehatan dan melakukan deteksi dini!

Aprillia Ekasari

Categorized in: