Ini adalah sebuah acara Kompetisi Blogger ShopCoupons X MatahariMall. Yang diselenggarakan oleh ShopCoupons. voucher mataharimall dan hadiah disponsori oleh MatahariMall.

Ayah, hari ini pengeluaran kita over budget, neh. Mana gajian baru seminggu lagi. Wah, jadi nyesel tadi pakai acara mampir-mampir,” keluh sang istri sepulang dari acara jalan-jalan hari itu.

Tadinya, suami istri dan dua orang anaknya, cuma keluar rumah untuk kepentingan psikotest salah seorang anaknya di salah satu universitas swasta di selatan Jakarta. Eh, ndilalah, pulangnya mereka mampir dulu ke salah satu toko buku. Plus, karena hari sudah siang menjelang sore, anak-anak mereka yang masih balita belum makan, akhirnya mampir pula ke salah satu restoran.

Ya, nggak pa pa. Lagian kan ada duitnya. Kata Pak Ustad yang biasa ceramah di masjid, kalau istri sama anak-anakmu minta dibelikan makanan atau pakaian, jangan sampai bilang nggak punya uang, harus hemat, dan lain sebagainya. Sebaliknya, pas ada teman kantor cewek cantik minta ditraktir makan, eh, kita malah sukarela mengeluarkan uang. Mending uangnya buat nyenengin anak istri kan? Lagipula kalau anak istri seneng, rezeki insya Allah lancar terus.”

Hyaaaaah, jawaban suami bikin hati istrinya melted. Alhamdulillah, ya?

Percakapan suami istri dalam ilustrasi di atas adalah kisah saya dan pasangan (baca: suami) saya sendiri. Yup, baik di tanggal muda, maupun tua, sebenarnya sama saja bagi kami. Sama-sama duitnya ya segitu-segitu ajah, nggak nambah-nambah. Hahaha! Lho, bukannya tanggal tua biasanya tanggal yang menakutkan buat pasangan yang sudah berkeluarga ya? Kok, malah masih bisa ketawa?

Sejujurnya, saya penasaran, istilah “tanggal tua” itu apakah benar-benar ada atau tidak? Iseng mengecek di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, eh ternyata istilah itu beneran ada. Definisi “tanggal tua” menurut KBBI adalah akhir bulan. Lalu apa yang ditakutkan ya? Saya bingung, aseli! Justru, sebaliknya, saya kok malah bahagia kalau tanggal tua datang. Sebab, itu artinya, payday akan datang lagi. Yeaaaayyy!

Di keluarga saya, sebenarnya secara formal, hanya suami saya yang bekerja. Sedangkan saya, di sela-sela waktu mengurus rumah tangga dan kedua balita saya, alhamdulillah masih bisa bekerja di rumah sebagai freelance writer dan online seller. Jadi, meski tak besar, ada tambahan pemasukan untuk keluarga kami. Saya dan suami, juga sudah sepakat dari awal, bahwa urusan menafkahi keluarga adalah tanggung jawab suami. Sedangkan, jika saya menghasilkan uang, maka uang itu terserah saya mau diapakan. Dan, saya memilih mencari uang khusus untuk happy-happy sama keluarga kecil saya. Tujuannya, ya, supaya kehidupan keluarga saya nggak monoton dan bahagia terus.

Bukan berarti kami boros, lho, ya? Lalu, bagaimana dengan duit yang segitu-segitu ajah, saya sekeluarga masih bisa keluyuran tiap weekend ke mall, ke toko buku untuk memuaskan hasrat membaca kami, pokoknya, jalan-jalan lha intinya? Mau tahu bagaimana caranya? Sebenarnya, ini semua hanya masalah strategi dalam mengatur keuangan. Berikut adalah bocoran strategi keluarga kami:

  1. Membuat pos-pos anggaran. Setelah payday (gajian), biasanya kami langsung membagi-bagi dana segar yang diterima. Pertama transfer ke rekening yang memang khusus untuk tabungan. Oh, ya, rekening ini juga sengaja tidak kami pakai fasilitas i-net banking maupun ATM-nya, supaya tidak bisa sewaktu-waktu diambil. Kedua, bayar sejumlah tagihan. Kami, terutama suami saya, paling rajin membayar tagihan, setiap abis terima gaji. Meskipun, sebenarnya belum masuk tanggal 1 di awal bulan berikutnya. Ketiga, masukkan uang ke pos-pos anggaran, mana yang dipakai belanja, mana yang dipakai buat beli cemilan anak-anak, dan lain sebagainya.

  2. Belanja kebutuhan rumah tangga untuk satu bulan. Kami, terbiasa belanja bulanan dua minggu setelah gajian. Selain untuk memenuhi kebutuhan produk, sekaligus supaya punya alasan jalan-jalan keluar rumah dan membuat anak-anak gembira. Kenapa harus menunggu dua minggu setelah gajian? Pertama, biasanya pusat perbelanjaan nggak seramai minggu-minggu pas orang-orang gajian. Kedua, supaya kami nggak ikutan kalap melihat orang-orang belanja ini itu, eh, lalu tergiur belanja barang-barang yang sebenarnya nggak kami butuhkan.

  3. Mencari tempat belanja yang murah. Kami biasa membanding-bandingkan tempat belanja bulanan yang menjual harga lebih murah. Tidak semua kebutuhan kami dapatkan di satu tempat. Kami suka mengecek juga harga-harga di supermarket/ mall online dan membandingkan dengan iklan-iklan yang kami terima di email. Jika via online lebih murah, maka kami akan membelinya di sana.

  4. Mencari diskonan atau promo di tanggal tua. Ada kalanya stock persediaan belanja, habis sebelum waktunya, sementara mau beli lagi, dana segar dari payday belum ada. Maka, saat tanggal tua kami rajin mencari diskonan atau promo. Salah satu tempat belanja online yang biasa kami singgahi di sekitar minggu ketiga tiap bulannya adalah MatahariMall.com. Sebab, Matahari Mall menyediakan Promo Tanggal Tua Surprise (TTS) tiap tanggal-tanggal segitu. Promo dengan diskon hingga 80% itu berlaku untuk semua produk, antara lain produk fashion, groceries, HP & tablet, perlengkapan anak & bayi, buku & hobi, elektronik, kesehatan & kecantikan, dan lain-lain.

    Saya sebagai emak-emak, yang memang udah fitrahnya doyan promo/ diskon apalagi gratisan, menyambut gembira Promo TTS ini. Nggak mau kalah donk sama Si Budi yang ada dalam video berikut:

  5. Tetap istiqomah atau konsisten untuk tidak boros. Saya dan suami berkomitmen untuk tidak membeli barang yang tidak kami butuhkan. Supaya tetap konsisten di “jalur yang benar” setiap akan membeli barang, di luar kebutuhan bulanan, kami akan mempertimbangkan matang-matang, apa keuntungan dan kerugian kalau membeli barang tersebut.

  6. Memasak makanan sendiri. Saya berusaha memasak setiap hari. Meski demikian, ada satu hari dalam seminggu dimana saya bebas tidak memasak. Biasanya kalau nggak Sabtu, ya, Minggu. Untuk belanja sayuran, biasanya kami berbelanja kebutuhan sayur dan lauk untuk seminggu, di pasar/ supermarket dekat rumah. Membeli bahan baku di dapur, lebih murah jika langsung dalam jumlah banyak. Setelah dibersihkan, lalu disimpan di kulkas supaya awet. Sedangkan untuk hari dimana saya libur memasak, biasanya saya cuma memasak nasi. Untuk sayur dan lauk, kami membelinya di warteg. Atau kami makan di rumah makan/ restoran. Biasanya sih saat makan siangnya pas bepergian. Lalu, saat kembali ke rumah di sore/ malam hari, karena sudah memasak nasi sebelumnya, kami tinggal ceplok telur saja. Kalau sedang tidak malas, ya, masak sayur yang praktis, seperti tumis-tumisan. Ibarat kata siangnya abis makan enak, malamnya makan biasa lagi. Jadi perutnya, juga bisa ikutan rekreasi. Hehe. Oh ya, suami saya juga setiap berangkat kerja selalu membawa bekal masakan saya. Jadi, cukup menghemat pengeluaran untuk makan siang, sehingga uang makannya bisa dialihkan untuk yang lain.

    Jika libur memasak, kami makan di restoran yang menyediakan promo atau paket hemat.

  7. Jalan-jalan yang tak mahal. Tak perlu ke destinasi wisata terkenal untuk jalan-jalan. Kami biasa jalan-jalan ke mall dekat rumah dua minggu setelah gajian, sekalian untuk belanja bulanan. Jalan ke mall-nya di pagi hari sekitar jam 10 atau 11-an. Jadi, pas makan siang, kami sudah di rumah dan makan masakan sendiri. Kalaupun makan di restoran yang ada di mall, kami memilih yang ada promo diskon atau paket hematnya. Kadang kami, ke toko buku juga, meski tak membeli apa-apa, tapi puas bisa membaca buku gratis dan cuci mata. Jika tidak ke mall atau toko buku, kami biasa jalan pagi saat weekend ke taman dekat rumah. Kebetulan ada taman ruang terbuka hijau yang cukup layak untuk rekreasi kami sekeluarga. Menuju, ke sana cukup naik angkutan umum saja. Sambil membiasakan anak-anak menikmati serunya naik angkutan umum.

    Rekreasi murah meriah ke taman dekat rumah.

  8. Mencari penghasilan tambahan. Alhamdulillah, suami adalah seorang yang family man banget. Rela lembur, begadang bahkan pulang pagi, demi memenuhi kebutuhan anak istri. Alhamdulillah, saya juga bisa dapat sedikit pendapatan tambahan dari menulis dan berjualan via online.

  9. The power of Rp. 20.000,-. Kami terbiasa menimbun uang ijo. Ngarepnya sih dollar ya, tapi, sementara ini berpuas diri dulu dengan menimbun Rp. 20.000,-an. Jika mendapat kembalian berupa Rp. 20.000,- tidak akan kami pakai, melainkan akan kami simpan di amplop khusus. Lumayan lho, sebulan kami bisa dapat mengumpulkan sekitar Rp. 500.000,-an bahkan lebih. Uang ini biasa kami pakai jika ada kebutuhan mendesak (prioritas utama) atau jika mendekati payday lagi nggak ada kebutuhan mendesak, kami pakai buat dana rekreasi. Jika, masih ada sisanya (alhamdulillah selalu ada), maka akan kami masukkan ke pos tabungan atau investasi kecil-kecilan seperti menabung emas.

  10. The power of sedekah. Kami sangat percaya dengan matematika Tuhan, semakin banyak kami mengeluarkan uang di jalan-Nya, makin banyak lagi yang akan diberi sama Tuhan kepada kami. Bukannya kami itung-itungan sama Tuhan, tapi justru sombong bukan, kalau nggak ngarep ke Tuhan? Wong, Dia Maha Segalanya, kok! Percaya deh, saat kita bersedekah, bakalan ada ajah yang namanya rezeki muncul tiba-tiba, bahkan saat kepepet sekalipun.

Begitulah strategi keluarga saya dalam mengatur duit yang segitu-segitu ajah supaya tidak terjebak istilah “tanggal tua”. Bagi yang tertarik mempraktekkan, monggo silahkan dicoba! Jadi, keep happy, ya! Jangan biarkan istilah “tanggal tua” membuatmu meratap! 😀

April Hamsa