I always had a fantasy of being a chef, because I like kitchen life.” (Geoffrey Rush)

Hahaha, entah sejak kapan saya tertarik dengan “kitchen life”. Padahal, saat masih gadis dulu, saya termasuk tipe orang yang sangat jarang masuk ke dapur.

Saya dan ruangan bernama dapur

Keaktifan saya di dapur baru saja dimulai sekitar enam tahun lalu. Tepatnya, setelah saya menikah dan tinggal di rumah kontrakan berukuran 4 x 6 m2 di pinggiran Jakarta. Meski kecil, tapi rumah kontrakan tersebut punya dapur yang cukup fungsional.

Meski masih berstatus pengantin baru kala itu, tapi kami sudah punya kompor dua tungku. Kompor tersebut adalah hadiah pernikahan dari Oma-nya suami. Entah mengapa Oma kok memberi kami hadiah berupa kompor. Dugaan saya sih supaya cucu menantunya ini mau belajar memasak, eaaaa 😛 .

Tapi, memang kehadiran kompor itu membuat saya semangat belajar memasak. Awalnya cuma memasak sayur yang bening-bening aja, plus goreng-goreng lauk. Lama-kelamaan, petualangan saya di dapur meningkat levelnya. Saya jadi suka menguji coba resep-resep lain yang lebih rumit, hasil browsingan di internet.

Apalagi, semenjak anak pertama saya Maxy lahir, lalu mulai makan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI), dapur menjadi tempat saya bereksperimen menghasilkan makanan yang saya harap akan disukai oleh bayi. Saya pun makin intim dengan area di rumah yang bernama dapur.

Hingga pada tahun keempat pernikahan, saya berkesempatan memiliki dapur yang lebih besar, karena kami sekeluarga pindah ke rumah kontrakan yang lebih luas. Meski demikian, tetap saja, besar harapan saya untuk memiliki dapur sendiri.

Soalnya beda kan dapur kontrakan dan dapur milik sendiri? Kalau dapur sendiri, kepengennya bisa saya desain sesuai keinginan. Desain seperti apa? Ya, desain yang kayak dapur-dapur di tayangan televisi itu, lho.

Dapur impian saya. Sumber foto: website Teka.com.

Beberapa kali saya menengok area dapur di rumah beberapa sahabat dan terbersit rasa “iri”. Eitss, bukan “iri” yang gimana-gimana gitu sih, melainkan harapan untuk memiliki dapur yang serupa, kelak.

Suatu siang…

Wah, dapurnya bagus banget, Mbak,” puji saya kepada seorang teman. Sebut saja namanya A.

Aku baru punya dapur seperti ini setelah 17 tahun pernikahan, April. InsyaAllah nanti April punya juga, lebih cepat dari aku,” kata A.

Aaaamiiinn!” teriak saya kegirangan didoakan seperti itu.

Lain waktu…

Selamat ya atas dapur barunya,” saya memberi selamat kepada seorang teman yang baru saja merenovasi dapur rumahnya. Sebut saja namanya B.

Ini hasil aku menabung selama dua tahun, April. Jadi, setiap bulannya aku sisihkan uang hasil honor menulis minimal satu juta rupiah. Hasilnya jadi seperti ini. Kalau kamu mau, kamu pasti juga bisa bikin dapur seperti ini,” kata Si B memotivasi saya.

Iya, sih. Tapi harus beli rumahnya dulu, baru punya dapur impian, haha,” kata saya.

Aamiin insyaAllah segera ya!’ doa Si B untuk saya.

Hadiah ulang tahun pernikahan yang istimewa

Sampai akhirnya, pada suatu siang di bulan September 2017…

Hallo, Bu April ini saya Si C marketing rumah yang ibu dan bapak beli. Tadi saya mencoba menelepon bapak tapi tidak diangkat,” kata Si C.

Oh, iya mungkin sedang sibuk Pak di kantor. Ada apa ya?” tanya saya.

Rumahnya sudah siap, Bu. Kalau mau serah terima nanti kita bisa jadwalkan,” kata Si C.

Akhir tahun 2016 lalu, kami memang membeli sebuah rumah di pinggiran Kota Bogor. Sebenarnya enggak ada harapan muluk-muluk bisa menempati rumah itu saat ini. Pembangunan rumah itu sempat molor beberapa bulan lamanya. Begitu pula proses pemolesan rumah itu, supaya bisa layak huni, dalam artian enggak ada lagi kebocoran, kusen-kusen pintu dan jendela udah oke semua, dan lain-lain juga sempat agak lama. Jadi, yawes kami putuskan untuk tetap stay di rumah kontrakan saja.

Surprise, menerima telepon itu, esok harinya saya dan suami mengecek kondisi rumah tersebut. Alhamdulillah, memang semua sudah oke. Tinggal merenovasi area dapur untuk menjadi dapur seperti yang saya inginkan.

Calon dapur keluarga kecil saya di masa depan, soon, insyaAllah.

Mulai mencari produk perlengkapan dapur

Semenjak itu, saya jadi sering survey-survey dan hunting produk-produk perlengkapan dapur. Kebetulan rumah kontrakan kami dekat dengan toko pusat perlengkapan rumah tangga. Beberapa kali saya maen ke sana, sekadar melihat-lihat produk perlengkapan dapur yang saya inginkan.

Selain hunting ke toko pusat perlengkapan rumah tangga, saya juga jadi senang mengunjungi pameran-pameran perlengkapan rumah tangga. Khususnya yang memamerkan produk perlengkapan dapur.

Pameran produk perlengkapan dapur yang terakhir saya kunjungi adalah pameran Kitchen + Bathroom yang berlangsung di JIExpo Kemayoran pada akhir bulan September kemarin. Banyak brand-brand yang memproduksi perlengkapan dapur membuka stand dan booth di sana.

Berkenalan dengan Teka Indonesia

Salah satu booth yang mencuri perhatian saya waktu itu adalah booth TEKA INDONESIA. Teka Indonesia adalah brand yang memproduksi produk Teka kitchen and bathroom. Awalnya, tertarik melihat-lihat produk kompor yang dipamerkan di booth-nya, sih.

Saat melihat-lihat booth Teka Indonesia di JIExpo Kemayoran.

Oh iya, saya lupa cerita. Teman-teman masih inget enggak di awal saya memulai menulis artikel ini, saya kan cerita kalau saya dapat hadiah kompor dari Oma-nya suami ya? Nah, bulan Mei lalu, kompor tersebut dengan berat hati, terpaksa kami pensiunkan dini.

Sebenarnya kompornya masih berfungsi, sih. Cuma, sejak pertama kali kompor itu saya miliki, selang regulatornya terpasang mati di kompornya. Jadi, ceritanya waktu itu ada bapak-bapak yang bantuin kami pindahan dari kos-kos’an suami ke rumah kontrakan. Entah kenapa, si bapak ini punya inisiatif mengelem kuat-kuat selang dan regulator ke kompor. Mungkin maksudnya baik, supaya mencegah kebocoran gas atau gimana.

Tapi, si bapak lupa kalau yang namanya selang dan regulator kan mestinya diganti dalam jangka waktu tertentu. Akhirnya, demi alasan keamanan karena sudah enam tahun lamanya kami memakai selang dan regulator yang sama, kami memutuskan membuang kompor tersebut.

Sementara ini, saya dan suami memasak memakai kompor satu tungku yang kami beli sebagai kompor serep di toko perlengkapan rumah tangga dekat rumah. Rencananya, saat sudah pindah rumah nanti, baru saya akan membeli kompor yang bagusan.

Jadi, tujuannya ke pameran ya awalnya cuma mau lihat-lihat dulu. Eh, ndilalah, pas banget di booth Teka Indonesia ada kompor yang saya idam-idamkan. Apalagi, saat itu ada promo lumayan dari Teka Indonesia. Kalau kita membeli kompor, maka kita akan mendapat bonus hood alias penghisap asap dapur.

Kompor yang saya inginkan berada di dapur saya.

Selain kompor, produk kitchen by Teka Indonesia lainnya yang menarik perhatian saya adalah oven-nya. Saya memang sangat mengidam-idamkan ada oven di dapur saya. Alasannya, saya ingin bisa baking di dapur sendiri. Betapa bahagianya saya, andai bisa sering-sering membuatkan anak-anak kudapan berupa kue-kue kering.

Oven dan microwave Teka Indonesia.

Sambil melihat-lihat oven, saya juga sempat melirik produk Teka Indonesia lainnya, seperti microwave dan coffee machine. Rasa-rasanya kepengen deh memboyong semua produk dapur Teka Indonesia itu.

Menjajal mesin kopi Teka Indonesia.

Produk-produk Teka Indonesia

Selagi masih berada di booth Teka Indonesia saya pun berkeliling mencari tahu tentang Teka Appliances yang lain. Di sisi booth Teka Indonesia yang lain, saya melihat display bak cuci piring atau kitchen sink.

Mendadak, saya teringat kitchen sink di calon dapur saya yang mulai berkarat akibat dari beberapa lama kitchen sink tersebut terpapar udara dan sinar matahari. Maklum, kami memang belum mulai renovasi menutup atap dapur tersebut.

Yah, aku mau sink yang dua bak itu ya?” kata saya ke suami, sambil menunjuk ke arah salah satu produk kitchen sink Teka Indonesia.

Yang mana?” tanya suami.

Sink yang itu, yang mirip sink di apartemen yang pernah kita inapin dulu,” saya mengingatkan suami, betapa bahagianya saya mencuci piring di kitchen sink yang bak cucinya ada dua saat staycation di sebuah apartemen di Jakarta dulu, haha.

Menyadari bahwa saya tertarik dengan produk kitchen sink, salah seorang sales marketing Teka Indonesia menghampiri saya.

Silahkan, Bu. Ini produk bergaransi 75 tahun, lho,” katanya.

Hah, 75 tahun, Pak? Wah, saya udah punya cucu pas itu,” canda saya.

Iya, Bu. Jadi, bisa buat anak atau cucunya juga nanti,” lanjutnya.

Kalau dipikir-pikir, biasanya kalau ada brand berani memberi garansi selama itu biasanya alasannya karena produknya berkualitas bagus. Brand sangat yakin bahwa produk-produknya awet, meski telah berpuluh-puluh tahun lamanya dipakai. Brand yang seperti ini biasanya adalah brand yang sudah besar namanya.

Garansi 75 tahun dari Teka Indonesia.

Sebagai informasi buat teman-teman, Teka Indonesia telah hadir sejak 25 Maret 1997. Namun, di negeri asal perusahaan Teka Group ini didirikan, yakni Jerman, perusahaan ini sudah ada sejak tahun 1924. Hingga saat ini Teka Group sudah memilik 25 pabrik yang tersebar di Eropa, Asia, dan Amerika. Teka juga memiliki 57 anak perusahaan dan memasarkan produknya ke 116 negara di seluruh dunia. BTW, informasi tersebut saya dapatkan dari sumber Wikipedia.

Sedangkan, informasi yang saya baca dari brosur yang saya dapatkan di pameran, ternyata produk-produk Teka telah banyak mendapatkan Quality Certifications, seperti:

  • ISO 9001 (standar internasional di bidang sistemn manajemen mutu).
  • Sertifikat sebagai produk paling laris oleh NF (Perancis), SINTEF (Norwegia), dan AENOR (Spanyol), dll.

Produk Teka Sanitary System

Saat melihat-lihat kitchen sink display, pandangan saya teralihkan oleh kran yang berwarna-warni di atas kitchen sink.

Kran warna-warni produk terbaru Teka Indonesia.

Kran ini sudah sepaket sama sink-nya Pak?” tanya saya ngarep :p .

Oh, enggak, Bu. Ini produknya dijual terpisah. Kran ini produk terbaru yang akan kami launching,” kata sales yang menjaga booth Teka Indonesia.

Warnanya bagus-bagus ya. Bahannya apa, Pak?” tanya saya.

Ini bahannya dari kuningan, Bu,” jelasnya.

Ooo…”

Kalau saya tidak salah, saya pernah membaca artikel tentang desain rumah gitu yang mengatakan bahwa kran dari bahan material kuningan sangat bagus karena punya daya tahan bagus pada cuaca ekstrem. Intinya lebih awet, lha. Apalagi Teka Indonesia memadukannya dengan bahan pelapis yang diberi cat warna-warni. Saya bisa memilih kran sesuai warna yang sukai, deh.

Eh iya, ternyata selain Teka Kitchen Appliances, Teka Indonesia juga memiliki produk Teka Sanitary System, lho. Kran yang berwarna-warni tadi salah satunya.

Selain itu, Teka Indonesia juga memamerkan produk sanitari lainnya seperti wastafel, kran shower, dan water hiter-nya. Jadi kepengen juga membeli untuk kamar mandi di rumah baru. Terutama produk kran shower-nya yang kalau dilihat dari lubang-lubang kran-nya, air bisa mengucur deras dari sana.

Water hiter dan kran shower Teka Indonesia.

Desain kran shower-nya apik. Ada wadah sabunnya.

Saya sudah bisa membayangkan kalau anak-anak saya akan sangat senang mandi sambil bermain air dengan kran dari Teka Indonesia. Psssstt, aslinya saya sendiri juga seneng main air sih, haha :p .

Nyobain kran shower-nya Teka Indonesia.

Semoga bisa menjadi kenyataan, saat tiba saatnya nanti, a day in real live, dimana kami sekeluarga pindah ke rumah sendiri. Bisa bebas menata interior dapur dan kamar mandi kami sendiri. Begitu pula dengan teman-teman yang membaca artikel saya, saya doakan semoga suatu saat juga bisa mewujudkannya ya, aamiin.

BTW, setelah mendengar cerita saya, apakah teman-teman penasaran dengan produk Teka Indonesia? Jika iya, teman-teman bisa mendapatkan informasi mengenai produk Teka kitchen and bathroom di Instagram Teka Indonesia: @teka.id .

Selamat mencari tahu ya tentang produk Teka Indonesia. Siapa tahu produk ini cocok diaplikasikan untuk kitchen dan bathroom di rumah teman-teman semua.

April Hamsa

Save

Save

Save