Wkwkwk, judulnya udah kayak judul skripsi aja ya kedengerannya, Peran Orang Tua dalam Aktivitas Digital Anak 😛 ? Namun, emang kali ini mau coba sharing yang agak serius sih sama moms and dads mengenai aktivitas digital anak-anak kita sekarang ini.

Tak bisa dipungkiri bahwa di era digital seperti sekarang, anak-anak begitu lahir sudah langsung terpapar teknologi. Anak-anak usia balita pun sudah tak asing dengan yang namanya smartphone.

Biasanya dimulai dari orang dewasa di sekelilingnya, khususnya orang tua, yang ingin mengabadikan momen si kecil. Kemudian, anak-anak yang memang cepat sekali belajarnya itu tiba-tiba sudah bisa mengoperasikan gadget sendiri.

Anak-anak zaman sekarang akrab dengan aktivitas digital.

Beberapa aktivitas digital yang sering dilakukan oleh anak-anak belakangan ini antara lain: menonton YouTube, bermain game, scrolling dan posting media sosial, dll. Yaaa, mirip-mirip lha yaaa sama orang dewasa.

Kadang, bahkan anak jadi lebih pinter otak-atik smartphone ketimbang orang tuanya, lho. Soalnya saya mengalami sendiri. Salah satu contohnya nih, sebelum saya tahu gimana corat-coret materi presentasi di saat online meeting, anak-anak saya udah ngerti duluan. Sepertinya mereka belajar dari temannya saat online school. Akhirnya, malah saya yang minta diajari oleh anak-anak 😛 .

Memang sebuah tantangan kala anak-anak jadi lebih melek digital, ya? Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, sepertinya aktivitas digital anak meningkat, seiring mereka masih dibatasi waktu berinteraksi dan bermainnya dengan teman-teman mereka. Maka, sebagai orang tua kita harus benar-benar mengambil peran terhadap aktivitas digital anak-anak kita. Berikut adalah beberapa peran orang tua dalam aktivitas digital anak:

Menyediakan fasilitas untuk aktivitas digital anak

Oh ya, jelas, karena anak-anak kan belum punya uang untuk membeli gadget dan membayar jaringan internet sendiri. Maka, sudah pasti orang tua yang memberikannya untuk anak-anak.

Meski demikian, kalau menurut hemat saya pribadi, sebaiknya anak-anak tidak diberikan keleluasaan untuk memiliki gadget sendiri. Jadikan anak-anak sebagai peminjam gadget orang tua, sehingga mereka punya rasa tanggung jawab untuk mengembalikan alat tersebut kepada orang tuanya. Bukannya malah menggunakannya secara terus-menerus.

Pada usia berapa sebaiknya anak diberi gagdet sendri oleh orang tua?” Ada yang mungkin bertanya begitu?

Dulu, saya pernah baca artikel, katanya waktu yang tepat untuk memberikan handphone ke anak adalah saat anak berusia 12-13 tahunan. Namun, kalau saya pribadi mungkin start saat anak-anak SMA.

Kayaknya enggak ada usia baku sih ya? Namun, saya percaya semakin lama menunda memberi anak gadget sendiri itu lebih baik. Menurut saya, seiring waktu, nanti orang tua akan bisa menilai sendiri kapan waktunya si anak bisa dipercaya memegang gadget sendiri, kok.

Membatasi aktivitas digital anak

Orang tua wajib tegas membatasi aktivitas digital anak. Alasannya, pertama, demi kesehatan mata anak. Kedua, tentu saja supaya anak tidak hanya bermain dengan gadget, namun juga supaya memiliki waktu untuk berinteraksi dengan sekelilingnya, dengan keluarga dan teman-temannya.

Kemudian, alasan membatasi aktivitas gadget juga supaya si kecil tidak kecanduan gadget. Gimana ciri-ciri anak yang kecanduan gadget? Biasanya anak marah jika gadget-nya diminta oleh orang dewasa. Lalu, anak menunjukkan rasa gelisah dan rewel jika tidak memegang gadget. Satu lagi yang terlihat adalah si anak tidak meunjukkan ketertarikan berinteraksi dengan teman-temannya, lebih suka bermain dengan gadget-nya.

Kalau sudah ada tanda-tanda demikian, maka orang tua harus berkomitmen menyusun rencana membatasi aktivitas digital anak dengan gadget-nya. Jangan sampai anak menjadi kecanduan gagdet dan tumbuh menjadi anak yang kurang peka dengan lingkungannya.

Bagaimana cara membatasi aktivitas digital anak? Menurut saya begini:

  • Pertama, buat jadwal dan kesepakatan bersama kapan dan berapa lama anak boleh memegang smartphone, tablet, atau bahkan laptop.
  • Batasi koneksi internet anak. Bisa dengan merahasiakan password gadget atau modem yang dipakai, membatasi pembelian paket data kuota internet, dll.
  • Berikan reward dan punishment terkait kesepakatan yang sudah dibuat.
  • Orang tua harus tegas dan berkomitmen. Jangan lengah hanya karena anak merajuk minta diberi gadget. Sebaiknya tidak membiasakan memberikan anak gadget kala si kecil rewel atau marah, nanti akan bikin anak memanfaatkan kesempatan seperti itu untuk minta gadget.

Mengawasi anak saat beraktivitas digital

Orang tua sebaiknya tahu, ketika beraktivitas digital terutama berselancar di dunia maya, apa saja yang dilakukan oleh anak. Kalau perlu telusuri history-nya supaya kita tahu apakah anak-anak membuka situs yang kurang pantas buat anak-anak seusia mereka.

Bila perlu pakai aplikasi yang bisa memantau aktivitas gadget anak. Coba deh googling, sekarang sudah banyak kok aplikasi semacam ini.

Bahkan, sebaiknya untuk anak-anak yang lebih kecil, orang tua wajib mendampingi saat anak bermain dengan gadget-nya. Tujuannya selain untuk mempererat bonding, orang tua juga jadi tahu anak-anak biasanya suka ngapain aja kalau pegang handphone.

Orang tua belajar tentang perkembangan dunia digital

Seperti yang saya singgung sebelumnya, kadang anak-anak lebih jago otak-atik gadget ketimbang orang tuanya. Maka, sebaiknya orang tua juga senantiasa mau update perkembangan dunia digital.

Jangan sampai bersikap bodo amat dan malas belajar tentang perkembangan isu-isu digital terkini. Misalnya, media sosial apa yang sedang trend, tayangan apa yang kini tengah viral, dll. Orang tua sebaiknya bisa menguasai penggunaan gadget untuk mengimbangi kemampuan anak, sehingga mudah untuk melakukan pengawasan juga.

Biasanya, orang tua yang update kemampuan digitalnya lebih dihormati oleh anak-anak, lho. Anak merasa ortu-nya keren karena enggak gaptek. Apalagi kalau orang tuanya asyik banget untuk diajak berdiskusi.

Melakukan diskusi dengan anak

Sering-seringlah mengajak anak berdiskusi terkait dengan aktivitas anak dalam menggunakan gadget. Bisa dengan membicarakan topik ringan seperti ngobrolin aplikasi atau tayangan apa yang kekinian. Bisa pula mendiskusikan topik-topik yang mungkin agak sensitif.

Kadang, anak-anak kita batasi apa saja yang bisa mereka lihat dari gadget-nya, eh, ternyata mereka bisa tahu dari teman mainnya. Sebaiknya, orang tua jangan langsung “heboh” melarang anak jangan begini atau begitu, solanya sifat anak-anak biasanya makin dilarang makin penasaran.

Baca juga: Rekomendasi Aktivitas Digital yang Bisa Dilakukan Ibu Rumah Tangga dengan Santai.

Jadi, sebaiknya ajak anak berdiskusi mengenai penggunaan gadget-nya. Bahkan, untuk anak yang usianya kecil seperti SD-SMP, sebaiknya setiap kali mereka beraktivitas digital, orang tuanya mendampingi supaya lebih mudah mengajak mereka berdiskusi.

Begitulah teman-teman, pendapat saya mengenai beberapa peran orang tua dalam membimbing anak beraktivitas digital. Bagaimanapun juga kita enggak bisa menjauhkan anak dari gadget di masa sekarang. Namun, setidaknya kita bisa mengarahkan anak untuk melakukan hal-hal positif pakai gadget-nya. Semoga postingan ini bermanfaat yaaa. Sekaligus reminder buat saya pribadi sih, karena saya juga merasa aktivitas digital anak-anak saya yang usia SD belakangan ini meningkat. Apabila ada pendapat lain, monggooo tulis di kolom komen, ya. Terima kasih 🙂 .

April Hamsa