Dukung rokok harus mahal!”

Kalau ada campaign atau gerakan yang menyuarakan hal semacam itu, saya pasti ikut maju. Mengapa? Sebab saya benci bau asap rokok dan saya enggak suka perokok.

“Kamu merokok? Jauh-jauh deh dari saya!” 😛 

“Bukan perokok” adalah salah satu kriteria calon suami saya dulu. Jadi, seganteng apapun dia, sekeren apapun dia, kalau laki-laki itu seorang perokok, maka nilai atau poinnya langsung turun dari 9 ke 1 aja 😛 . Alhamdulillah sih, akhirnya dapat jodoh/ suami yang bukan perokok.

Alasan saya enggak memilih perokok untuk menjadi suami saya, soalnya bapak saya perokok. Saya pribadi enggak nyaman dengan asap rokok, ya, meski bapak saya enggak merokok di dekat anak-anaknya sih. Cuma, tetap aja sisa-sisa bau rokok yang nempel di baju kan susah hilang. Saya enggak ingin anak-anak saya mencium bau yang sama dari ayahnya, makanya lebih baik sejak awal saya enggak menikahi perokok.

Konon katanya yang namanya rokok itu candu. Bapak saya merokok sejak muda, kebetulan lingkungan kerjanya juga banyak yang merokok. Bapak saya susah sekali berhenti merokok. Namun, anehnya, kalau bulan puasa (Ramadan) seperti sekarang ini, Bapak saya ya bisa tuh enggak ngerokok (ya iya lah, kan puasa, haha). Maksud saya adalah saya ingin menggarisbawahi, intinya bisa kan seorang perokok berhenti merokok beberapa jam selama sedang puasa itu. Cuma, sayangnya kurang istiqomah aja. Kurang tekad kuat buat melanjutkan berhenti merokok selamanya. Ini #imho ya, sesuai apa yang saya lihat dari Bapak saya, huhuhu.

Kampanye “Dukung Rokok Harus Mahal” oleh KBR

Balik ke soal campaign atau gerakan “Dukung Rokok Harus Mahal”, alhamdulillah belakangan mulai terdengar gaungnya. Salah satunya yang disuarakan oleh KBR. For your information, KBR adalah penyedia program berita untuk lebih dari 600 radio dari Aceh sampai Papua, serta radio di Asia dan Australia.

KBR mengkampanyekan “Dukung Rokok Harus Mahal” dengan mengadakan acara talkshow melalui Ruang Publik KBR yang bertajuk “Rokok Harus Mahal”. Campaign tersebut dimulai sejak 11 Mei kemarin. Rencananya, campaign melalui talkshow yang disiarkan oleh 104 radio jaringan KBR di seluruh Indonesia itu akan berlangsung delapan kali. Jika, teman-teman ingin menyimak talkshow-nya, catat tanggalnya ya:

  • 11 Mei 2018 (sudah berlangsung)
  • 16 Mei 2018
  • 30 Mei 2018
  • 6 Juni 2018
  • 20 Juni 2018
  • 11 Juli 2018
  • 15 Juli 2018
  • 15 Agustus 2018.

Teman-teman bisa mendengarkan di radio kesayangan masing-masing yang masuk dalam jaringan KBR atau live streaming di website www.kbr.id atau di media sosial KBR di Kantor Berita Radio-KBR. Oh iya, FYI, buat teman-teman blogger, terkait campaign ini ada lomba blog-nya lho. Teman-teman bisa membaca informasinya di sini ya (klik aja).

Suasana Ruang Publik KBR  tanggal 11 Mei 2018 yang membahas”Dukung Rokok Harus Mahal” . Sumber foto: Facebook KBR.

Untuk talkshow tanggal 11 Mei kemarin, tema spesifik yang diangkat adalah “Perempuan Dukung Rokok Harus Mahal!”. Narasumber yang menjelaskan materi dalam talkshow tersebut adalah:

  • Communication Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Ibu Nina Samid.
  • Wakil Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Riau, dr. Fauziah M.Kes.

Inilah yang terjadi jika rokok enggak mahal

Dalam talkshow tersebut terungkap beberapa fakta mencengangkan (dalam artian negatif) tentang rokok, yakni antara lain:

Harga rokok di Indonesia terlalu murah

Menurut temuan WHO di Indonesia masih ditemukan rokok yang paling murah dan Indonesia menjadi negara dengan harga rokok termurah di dunia,” kata Ibu Nina Samid.

Teman-teman tahu enggak sih bahwa harga rokok di Singapura adalah Rp. 120.000,-/ bungkus, sedangkan di Australia Rp. 300.000,-/ bungkus. Kalau di Indonesia berapa? Harga sebungkus rokok di Indonesia termurah adalah Rp. 5.000,-/ bungkus. Belum lagi, rokok bisa dibeli secara ketengan/ membeli satu batang rokok aja.

Oh iya, teman-teman kalau lihat berita saat musim haji/ umrah pasti pernah menemukan informasi bahwa ada jamaah Indonesia yang kedapatan membawa banyak rokok ke tanah suci bukan? Ternyata rokok-rokok itu buat dijual. Rokok Indonesia di sana bisa laku sampai 4-5x lipat. Di Arab sana, hanya para orang berduit yang bisa merokok. Soalnya, harga rokok mahal.

Suami istri bisa cerai hanya karena rokok

Saya punya cerita dari keluarga saya sendiri tentang rokok. Jadi, kakak ipar saya itu setiap hari marah-marah aja sama suaminya karena setiap hari merokok. Padahal gajinya enggak seberapalah, sangat kecil, sehari tuh dua puluh ribu Rupiah. Harga rokok di Indonesia kan dua puluh ribu Rupiah lah satu bungkusnya. Jadi setiap hari marah-marah saja, akhirnya udah bubar sih, sudah cerai, gara-gara rokok itu. Gara-gara rokok jadi bubar keluarganya,” kata dr. Fauziah M.Kes.

Tuh kan, “cuma” karena rokok, rumah tangga bisa bubar. Maka, mas-mas, mbak-mbak, akang-akang, teteh-teteh, yang masih single, usahakan deh cari jodoh yang bukan perokok ya? Ingat lho, pasangan yang bukan perokok itu, sama kesehatan aja dia peduli, apalagi sama kamuuuuu… ciyeeehh… 😀 .

Hati-hati, rokok bisa bikin pernikahan kandas. 

Semua kalangan bisa beli rokok, termasuk anak-anak

Hal ini masih berkaitan dengan harga rokok yang murah tadi ya teman-teman. Akibatnya, semua kalangan, baik yang ekonominya mampu mamupun biasa-biasa aja bisa beli rokok. Baik orang dewasa, maupun anak-anak juga bisa beli rokok.

Saya tuh paling miris, sorry, kalau melihat sopir angkot, tukang ojek, pedagang-pedagang kecil di pasar, dll yang yaaa… maaf-maaf ya, yang kalau saya tebak pendapatannya mungkin enggak seberapa besar, merokok. Saya suka membatin, “Owalah Pak, Bu, capek-capek kerja dapat uang enggak seberapa, kok ya duitnya dipakai buat beli rokok. Kalau dipakai yang lain kan mungkin lebih berguna. Buat beli susu anak, buat ditabung, dll, misalnya.”

Trus, lebih miris lagi kalau melihat anak-anak kecil merokok. Saya yakin anak-anak ini merokok karena lingkungannya begitu. Mungkin orang tua atau tetangganya atau temannya merokok, sehingga si anak ini ikut-ikutan. Enggak bisa dipungkiri deh, jangankan zaman now, zaman saya usia-usia SMP (sekitar tahun 1996-an) dulu, teman-teman saya, baik cowok atau cewek juga udah banyak yang merokok, kok. Ternyata penyebabnya karena orang tuanya merokok. Mereka ini meniru perilaku orang tuanya/ lingkungannya.

Belum lagi, warung-warung, bahkan minimarket, meskipun (kalau enggak salah) udah ada aturan enggak boleh menjual rokok ke anak kecil, ya tetep aja, kalau ada anak kecil beli rokok dilayani. Si anak kecil ini alasannya, “Disuruh sama Bapak saya.” Jyaaaahh…

Petani tembakau Indonesia enggak akan pernah kaya

Fakta lain yang terungkap dari talkshow yang diselenggarakan oleh KBR saat itu adalah kenyataan bahwa sebenarnya industri rokok di Indonesia itu enggak banyak yang pakai tembakau lokal Indonesia. Mengapa? Soalnya menurut Ibu Nina Samid, musim kemarau di Indonesia itu agak labil. Kadang-kadang walau secara teori udah kemarau, eh, ternyata masih turun hujan sesekali. Akibatnya tembakau yang kena air hujan jadi rusak dan harganya melorot drastis. Ibu Nina Samid juga menyampaikan bahwa industri rokok di Indonesia itu lebih memilih tembakau yang harganya murah, tapi kualitasnya bagus. Caranya ya dengan mengimpor dari negara-negara lain, seperti Cina, Amerika, atau Brazilia.

Tidak ada sejarahnya di dunia, yang ada pengendalian tembakau, termasuk yang harganya tinggi lalu petaninya langsung gulung tikar, karena penurunan prevalens perokok itu sangat lambat, seperti juga peningkatannya. Rokoknya misalnya sudah sampai lima ratus ribu Rupiah perbungkus pun kemudian petaninya gulung tikar. Dan yang kedua, logikanya apapun produknya kalau dijual mahal, produsen pasti akan sangat senang, karena kalau harganya tinggi, kan dia harusnya jadi lebih makmur. Tapi kan kenyataannya tidak. Petani kita tidak ada hubungannnya dengan harga rokok. Jadi selama ini mereka sengsara ya sengsara aja. Apalagi impor tembakau untuk rokok di Indonesia sudah 60 persen,” jelas Ibu Nina Samid.

Industri rokok tak malu-malu beriklan atau jualan rokok

Kalau kita berada di jalan raya, lihat aja billboard-billboard itu, banyak banget iklan rokoknya. Udah gitu, sekarang ada trend bahwa di iklan itu terpajang harga rokoknya. Hal tersebut sengaja dilakukan untuk menunjukkan ke masyarakat bahwa harga rokok itu murah, lho. Akibatnya, orang tertarik membeli. Industri rokok juga enggak sungkan beriklan di media-media seperti televisi, juga cetak, dll. Bahkan, kalau ada konser-konser musik, industri rokok biasanya maju duluan buat kasi sponsor.

Trus, rokok itu bebas dijual dimana-mana, dipajang gitu aja, baik itu di pedagang kaki lima, di warung kelontong, sampai di rak-rak minimarket/ supermarket. Produk bernama rokok itu enggak pernah disembunyikan. Padahal nih ya, kalau di beberapa negara yang ketat peraturannya tentang rokok, rokok itu enggak bebas dipajang. Bahkan, cenderung disembunyikan. Sehingga, enggak semua orang bisa dengan mudahnya membeli rokok.

Enggak jualan rokok tetap bisa untung kok

Rezeki itu di tangan Tuhan ya teman-teman. Selama ini orang (khususnya pedagang) mengira kalau mau warungnya laku ya harus jual rokok. Faktanya, dr. Fauziah bercerita ada pedagang/ pengusaha yang akhirnya memutuskan enggak jualan rokok di warung/ retail-nya, tapi ya kenyataannya usahanya tetap laku aja sih, enggak bangkrut.

Tapi belum terbukti sama sekali bahwa jualan rokok kalau dihentikan oleh toko, terus toko tersebut jadi bangkrut,’ kata dr. Fauziah.

Hal-hal berikut ini adalah alasan saya dukung rokok harus mahal

Setelah, mendengar sendiri fakta atau informasi dari dari kedua narasumber di Ruang Publik KBR tersebut, saya makin mendukung kampanye rokok harus mahal. Menurut saya, alasan mengapa rokok harus mahal adalah:

Rokok harus mahal supaya kondisi ekonomi keluarga lebih baik

Banyak perokok yang dalam sehari tuh merokok lebih dari satu bungkus. Bayangkan berapa duit dia habiskan hanya untuk dibakar? Katakanlah, misalnya, satu hari seorang perokok menghabiskan satu bungkus rokok yang harganya Rp. 20.000,-. Andai enggak dipakai buat beli rokok, uang Rp. 20.000,- itu bisa lho dipakai buat beli susu anak (susu UHT ukuran 100 ml itu dia bisa dapat 8 kotak, lho).

Bayangkan kalau Rp. 20.000,- yang dibelikan rokok itu ditabung, misal dalam sebulan, dengan perhitungan kasar dia bisa dapat 30x Rp. 20.000,- = Rp. 600.000,- . Maka setahun dia bisa menabung Rp. 7.200.000,-. Mengorbankan sebungkus rokok doank dia sudah bisa dapat segitu, apalagi yang sehari menghabiskan beberapa bungkus ya? Kemungkinan besar, kesejahteraan atau perekonomian keluarganya pasti jauh lebih baik dari sekarang ini.

Ayah, Bunda, terima kasih tidak merokok lagi, terima kasih sudah menyelamatkan anak-anakmu.

Supaya selalu sehat adalah salah satu alasan penting mengapa rokok harus mahal

Kalau enggak ada perokok yang memberi sumbangsih asap rokok ke udara di sekitar kita, kemungkinan besar kita pasti akan sehat-sehat aja. Sebagaimana kita ketahui, kasus penyakit yang diderita oleh perokok pasif tuh juga banyak. Enggak adil bukan? Kita yang perokok pasif enggak ikut merokok, eh, kena getahnya juga dari perokok aktif.

Saya tuh suka sebel kalau ada bapak atau ibu mengasuh anak balitanya sambil merokok, duh, apa enggak berpikir apa ya, kalau anaknya teracuni asap rokoknya? Padahal informasi tentang kasus balita yang sakit atau meninggal akibat jadi perokok pasif, korban orang tuanya udah banyak banget.

Rokok harus mahal untuk mencegah kerugian negara yang lebih besar

Masih berkaitan dengan alasan kesehatan, apabila rokok mahal, maka penyakit akibat rokok pun akan berkurang. Penyakit akibat rokok yang biasanya masuk dalam penyakit degeneratif ini, biaya pengobatannya memberi beban besar pada negara (BPJS) ini. Jadi, kalau rokok mahal, orang sakit karena rokok berkurang, beban negara berkurang.

Rokok harus mahal untuk melindungi masa depan generasi penerus kita

Biasanya, anak merokok, karena lingkungannya, terutama orang tuanya, merokok. Bapak atau ibu mau anak-anak kita kelak sakit karena rokok? Bahkan meninggal karena rokok? BTW, tahu enggak sih,  bahwa ibu yang merokok akan membuat anaknya terlahir cacat/ enggak sehat? Semoga Bapak dan/ atau Ibu yang membaca artikel ini (terutama yang merokok) merenungkannya yaaa…

Agar tercipta lingkungan yang bersih maka rokok harus mahal

Jelas deh, udara jadi bersih. Bagi saya, asap rokok itu sangat mengganggu. Apalagi buat penderita asma, kasian, kalau sampai menghirup asap rokok. Trus, kemungkinan besar, akan berkurang tuh populasi orang yang suka buang-buang puntung rokok sembarangan di tempat umum.

Rokok harus mahal untuk mencegah kejahatan

Lho, apa hubungannya?” Ya, adaaaaaaa…

Saya pernah baca artikel, bahwa banyak lho rokok-rokok diselundupkan/ dijual secara ilegal. Maka, kalau ada peraturan pemerintah yang mewajibkan rokok harus mahal, kemungkinan besar, rokok-rokok ilegal itu juga enggak akan laku di pasaran. Kejahatan akibat penyelundupan/ penjualan rokok secara ilegal pun berkurang, bahkan zero, aamiin yaaaa…

Itulah teman-teman, beberapa alasan mengapa yang namanya rokok harus mahal. Kita, khususnya yang perempuan, sebaiknya harus mendungkung kampanye “Dukung Rokok Harus Mahal” ini. Biasanya kan perempuan, terlebih lagi ibu-ibu, adalah orang-orang yang mengelola keuangan keluarga, pasti deh saat rokok beneran jadi mahal, kitalah yang akan merasakan dampak luar biasanya. Bisa jadi, suami berhenti merokok, kesehatan keluarga khususnya anak-anak terjamin, saldo tabungan makin banyak, uang belanja nambah, kita akan makin sering piknik, dll. Pokoknya banyak deh manfaat positif dari kenaikan harga rokok ini.

Pihak yang berwenang juga seharusnya lebih menegakkan aturan merokok di ruang publik.

Oh iya, sekalian deh, sebelum saya mengakhiri tulisan ini, saya mau memberikan beberapa rekomendasi untuk pemegang kebijakan soal harga rokok ini:

  • Harus segera berani mengeluarkan peraturan menaikkan harga rokok. Bayangkan nasib anak-anak kita, generasi penerus kita, kalau saat ini usia SD aja udah merokok.
  • Beri contoh yang baik donk Pak, Bu, yang berwenang mengambil kebijakan. Saya tahu sebagian di antara anda semua ada yang perokok, tapi mbok yao sembunyi-sembunyi gitu. Jangan merokok di depan wartawan, ntar tercapture. Masyarakat jadinya berpikir, “Oh, pemimpin di negara ini aja merokok, berarti saya enggak salah donk merokok.” 😛
  • Supaya lebih menegakkan lagi aturan merokok di ruang publik, Hedeeehh, saya masih sering melihat tuh ada perokok kebal-kebul di depan poster atau spanduk larangan merokok. Belum lagi di lingkungan kantor pemerintahan juga banyak tuh pegawai-pegawai yang merokok. Semoga yang berwenang juga menegakkan kedisiplinan pegawainya.
  • Beri tindakan/ sanksi lebih tegas lagi kepada pedagang yang melayani anak kecil yang membeli rokok.
  • Jangan beri bantuan kesehatan pada orang yang jatuh sakit karena rokok (perokok aktif).

Hmmm, kayaknya itu dulu deh rekomendasi saya. Saya berharap, rokok benar-benar dinaikkan harganya berkali-kali lipat. Supaya makin sedikit yang beli, anak-anak enggak bisa beli, banyak keluarga yang perekonomiannya meningkat, dan negara pun makin sejahera karena enggak terbebani dengan pembiayaan orang sakit akibat rokok (perokok aktif).

Maka, yuk yuk teman-teman, khususnya teman-teman perempuan, para ibu, kita dukung ROKOK HARUS MAHAL!

April Hamsa

Catatan: semua gambar di artikel ini didapat dari Pixabay.com.