Saya rasa salah satu aktivitas yang paling dirindukan saat pandemi Covid-19 seperti sekarang adalah traveling. Iya kan? Hehe, sabar yaaa. Yes, “Sabar yaaa” adalah kalimat yang belakangan sering saya ucapkan ke anak-anak kalau mereka mengeluh bosan di rumah aja. Apalagi, sebenarnya, kami ada rencana mau traveling ke satu dua kota lagi, sebelum anak-anak masuk sekolah tahun ini. Eh, batal semua gara-gara Corona. Maka, untuk mengobati kerinduan anak-anak akan traveling, kali ini saya khusus bikin tulisan tentang pengalaman anak naik pesawat terbang untuk pertama kalinya. Sekalian mau sharing mengenai apa saja sih yang harus dipersiapkan oleh orang tua ketika mengajak anak naik pesawat untuk pertama kalinya?

Dema pertama kali terbang tanggal 8 Juni 2019.

Yeah, bagi sebagian anak, naik pesawat untuk pertama kali, rasanya pasti excited kan? Saya sendiri termasuk yang norak-norak bergembira ketika pertama kali naik pesawat. Saya masih (samar-samar) mengingat ketika pertama kalinya diajak oleh orang tua ke bandara dan naik pesawat. Waktu itu usia saya masih lima tahun, kami sekeluarga hendak ke Bali untuk mengikuti family gathering yang diselenggarakan oleh perusahaan tempat bapak saya bekerja.

Kesan pertama naik pesawat adalah saya happy banget. Hahayaaa gitu lha, anak usia lima tahun mana sih yang enggak seneng bisa lihat langit sedekat itu dari jendela pesawat? Trus, makanan dan minuman di pesawat waktu itu kok ya kerasa enak-enak? (Kalau enggak salah waktu itu naik Merpati dan masih dapat free meals 😀 ).

Pengalaman Dema naik pesawat terbang untuk pertama kalinya

Balik lagi ke pengalaman anak naik pesawat untuk pertama kalinya, sebelum saya melanjutkan tulisan ini, saya mau kasi tau dulu bahwa yang saya maksud “anak” di sini bukan yang berusia bayi ya, teman-teman. Yang saya maksud adalah anak yang usianya lebih besar. Soalnya saya mau cerita pengalaman anak saya Dema (yang waktu itu udah 4 tahun lebih) ketika pertama kali naik pesawat. Kalau pengalaman bawa bayi naik pesawat, mungkin kapan-kapan saya bikin tulisan terpisah aja ya? 😀

Pose dulu di Bandara Juanda buat kenang-kenangan.

Lanjuuutt…

Berbeda dengan kakaknya, Si Maxy, yang sudah terbang sejak bayi, Dema termasuk yang agak terlambat merasakan naik pesawat, haha. Setelah Dema lahir kami jadi jarang mudik ke rumah kakek neneknya, baik yang di Surabaya maupun di Banjarbaru, Kalimantan.

Tiket pesawat pertama Dema.

Maklum, tiket pesawat, belakangan ini, sebelum pandemi, mihil-mihil. Lumiyin juga kalau mudik berempat ke Kalimantan, PP bisa kurang lebih 10 jutaan hehe. Selain itu, saat Dema masih bayi imut, kakek neneknya juga cukup sering datang ke Jakarta untuk mengunjungi kami. Kebetulan, waktu itu, adik saya dan adik ipar juga masih kuliah di Bogor dan Depok, sehingga orang tua cukup sering ke Jakarta sekalian buat nengokin adik-adik.

Nah, tahun kemarin, alhamdulillah, kami dapat rezeki mudik gratis dari salah satu perusahaan swasta. Ceritanya ada di sini (klik aja). Karena berangkat mudiknya kami enggak keluar uang buat transportasi, maka buat baliknya, kali itu kami putuskan naik pesawat. Juga, supaya mudiknya bisa agak lamaan dikit. Naik pesawat kan lebih hemat waktu. Sehingga, pulangnya bisa mefet-mefet, gitu.

Nungguin waktu check in.

Ketika diberi tahu kalau pulangnya akan naik pesawat, Dema seneng banget. Selain karena hal itu akan jadi pengalaman terbang perdananya, juga karena selama ini kalau lagi “tengkar” sama kakaknya, si kakak suka nyekak mat Dema dengan, “Dema belum pernah naik pesawat kaaan?”

Kita mau naik pesawat ya Bunda?”

Kalau Maxy sudah pernah naik pesawat belum?”

Nanti, Dema naik pesawatnya pakai jaket ya Bunda? Biar enggak dingin.”

Nanti, Dema bilang Aisyah (temannya di Daycare), hei Dema naik pesawat lho.”

Dll…

Saking excitednya, semenjak diberi tahu akan naik pesawat untuk pertama kalinya, Dema bolak balik bahas itu melulu 😀 .

Sampai akhirnya, tibalah tanggal 8 Juni 2019, hari dimana Dema untuk pertama kalinya naik pesawat terbang. Tepatnya penerbangan dari Surabaya ke Jakarta.

Naik shelter bus bandara menuju pesawat yang akan membawa kami terbang ke Jakarta.

Bagaimana rasanya terbang untuk pertama kalinya (versi Dema)?

Menurut Dema, terbang itu menyenangkan. Soalnya dari pesawat bisa melihat langit biru dan awan, katanya.

Wajah excited naik pesawat untuk pertama kalinya.

Kemudian, masa menunggu di bandara menyenangkan. Alasannya, “Karena ada mainannya.” Haha, terima kasih buat pihak bandara yang menyediakan playground buat anak-anak, sehingga mereka bisa “diam” di satu titik, enggak berlari-larian 😀 😛 .

Ketika ditanya, “Dema suka naik pesawat atau naik kereta?”

Tanpa ragu Dema menjawab, “Naik pesawat.” Hahaha, ya moga setelah pandemi musnah, tiket pesawat bisa stabil yaaa… 😛

Tapi, saya kurang yakin dia cukup menikmati penerbangan perdananya, lha wong separuh perjalanan dia habiskan buat tidur, wkwkwk. Yeah, Dema tuh kalau di dalam kendaraan, agak goyang-goyang, trus dingin ber-AC, biasanya akan langsung bablas bobo 😀 😛 .

Tertidur pulas di pesawat.

Bangun-bangun udah landing hahaha.

Jadi, apa saja yang harus dipersiapkan sebelum anak naik pesawat untuk pertama kalinya?

Lanjut ke sharing tips yaaa. Apa saja ya kira-kira yang harus kita persiapkan, sebelum bawa anak naik pesawat untuk pertama kalinya?

Sebelum mengajak Dema terbang untuk pertama kalinya, berikut adalah beberapa hal yang saya lakukan:

  • Sounding si kecil

Sebenarnya untuk hal ini tergantung anaknya sih ya? Jadi, saya mengelompokkan anak yang baru terbang menjadi dua grup. Grup pertama adalah anak seperti Dema yang excited dengan pengalaman terbang pertamanya, sedangkan grup kedua adalah anak yang mungkin takut terbang.

Kalau anaknya seperti Dema sih soundingnya paling seputar memberi tahu suasana di pesawat, kalau take off kayak apa, kalau landing gimana. Lalu selama terbang sebaiknya ngapain aja. Tentu saja, kalau bisa jelaskan juga aturan di pesawat kalau anak-anak enggak boleh melakukan aktivitas yang bisa mengganggu penumpang yang lain. Intinya sounding keseruan selama di pesawat yang bisa bikin anak merasa enjoy dengan penerbangannya.

Sounding dan sounding supaya anaknya enggak bosan apalagi cranky di pesawat.

Nah, kalau anaknya masuk grup kedua, biasanya selain sounding tentang betapa serunya pengalaman naik pesawat, sebaiknya juga beri tahu kondisi di pesawat apa adanya, seperti:

Nanti di pesawat dingin, lho. Namun, enggak masalah kan pakai jaket.”

Kalau naik pesawat artinya kita akan terbang, tinggi banget. Tapi enggak perlu khawatir jatuh kan teknologi pesawat canggih. Lagipula kan bisa lihat langit dari jendela, ya kan?”

Di pesawat enggak bebas jalan-jalan seperti naik kereta api ya.”

Dll.

Supaya anak enggak kaget karena merasa mungkin tak nyaman.

  • Memesan tempat duduk

Sebaiknya pilih kursi yang membuat anak nyaman selama berada di dalam pesawat. Bisa dekat jendela supaya si kecil bisa melihat langit atau cahaya lampu dari jendela pesawat. Bisa juga dekat toilet, supaya memudahkan kalau anak kebelet pipis/ BAB. Juga buat jaga-jaga andai enggak sengaja bajunya kotor ketumpahan makanan/ minuman, barangkali. Kalau dekat toilet kan bisa mudah membersihkan baju si anak. Saran saya, pilih duduk di bagian paling belakang.

Liat-liat pesawat pergi dan datang dari jendela.
  • Pastikan anak cukup istirahat

Bagaimanapun juga, perjalanan via udara itu melelahkan. Walaupun terbangnya mungkin sejam dua jam, tapi bisa jadi waktu yang ditempuh untuk menuju ke bandara atau bahkan menunggu jadwal terbang akan cukup lama. Apalagi kalau terbangnya long flight, anak bisa kelelahan dan jadi agak cranky. Maka, pastikan anak cukup istirahat sebelum terbang.

  • Pakaikan pakaian yang nyaman

Karena di pesawat pasti dingin banget, maka sebaiknya pakaikan pakaian yang agak tebal buat anak, namun juga jangan yang terlalu ribet. Bisa pakai jaket atau sweater yang gampang dilepas. Usahakan untuk membawa baju ganti juga.

  • Bawa obat-obatan

Jangan lupa pisahkan obat-obatan anak di tas khusus yang bisa dibawa ke kabin. Kalau saya yang wajib dibawa adalah minyak telon anak-anak. Kalau ibu-ibu lain biasanya ada yang bawa obat anti mual itu, kayaknya.

Yang penasaran dengan air port conveyor belt.
  • Bawa bekal makanan

Walau di pesawat ada yang jualan makanan, enggak masalah kok bawa bekal sendiri. Bisa bawa roti atau snack ringan atau susu UHT yang disukai oleh anak. Tujuannya supaya anak lebih menikmati perjalanannya.

  • Bawa buku atau mainan anak

Ini buat jaga-jaga saja kalau anaknya bosan dengan suasana pesawat.

Sepertinya itu aja cukup ya persiapannya? Khususnya buat short flight.

Selain persiapan di atas, jangan lupakan stu hal, yakni sebaiknya orang tua tetep selow dan jangan anggap bawa anak terbang sebagai beban. Anak-anak itu pinter kok, kalau dibilangin tentang dos and don’ts ketika naik pesawat terbang, mereka juga bakal paham.

Penerbangan kedua Dema 2 Februari 2020. Selanjutnya kita perginya long flight yaaa… CC: Ayah 😀 .

Inget-inget, kunci ketenangan si kecil adalah pada orang tuanya. Jangan setres mengajak anak naik pesawat, nikmati saja momennya. Yakin saja bahwa kita udah sounding, insyaAllah anak akan baik-baik saja selama di udara.

Oh iya, usahakan untuk tidak datang mepet ke bandara juga ya. Supaya anak bisa menikmati bandara agak lama dan kita bisa menunjukkan pesawat-pesawat lain ke si anak dan cerita betapa serunya terbang. Sehingga kita dan anak juga sama-sama rileks sebelum bepergian naik pesawat.

Nah, itulah teman-teman, pengalaman Dema naik pesawat terbang untuk pertama kalinya, sekaligus beberapa tips atau catatan mengenai hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan ketika anak pertama kali naik pesawat.

Semoga pandemi ini lekas berakhir dan kita bisa ajak anak-anak traveling naik pesawat terbang lagi yaaa. Mari sama-sama berdoa yang kenceng 🙂 .

April Hamsa