Apakah anak prematur bisa tumbuh sehat dan berprestasi?” Pertanyaan tersebut menggambarkan kekhawatiran para orang tua yang anaknya terlahir prematur.

Lalu apa jawabannya?

Hmmm, kalau membaca beberapa artikel kesehatan atau jawaban dari dokter-dokter di talkshow kesehatan sih, katanya anak prematur pun bisa tumbuh sehat dan berprestasi, kok.

Saya sendiri memiliki keponakan yang terlahir prematur. Alhamdulillah, anaknya tumbuh dengan baik dan cukup berprestasi secara akademis di sekolah.

Meski demikian, tentu saja, kelahiran prematur tuh enggak seharusnya “dinormalisasi”, soalnya lebih baik dicegah ya, demi masa depan si anak maupun kondisi ortu-nya. Lagian, yaaa, mana ada sih orang tua yang meginginkan anaknya terlahir prematur? Kan lebih baik lahir cukup usia kandungan dan sehat, sehingga lebih mudah perawatannya?

Yup, membesarkan bayi atau anak prematur tentu tantangannya lebih besar ketimbang merawat anak-anak yang lahir cukup bulan. Kalau mau anaknya bisa tumbuh sehat dan berprestasi ya butuh usaha lebih dari orang tuanya, pastinya.

Acara Bicara Gizi Danone Indonesia yang membahas tentang anak prematur.

Terkait hal itu, kali ini saya mau berbagi materi webinar Bicara Gizi yang membahas tentang anak prematur, yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia pada tanggal 15 November 2022 lalu dalam rangka memperingati World Prematurity Day 2022.

Bicara Gizi kali itu menghadirkan dua orang narasumber, yakni:

  • Dokter Spesialis Anak Konsultan Perinatologi & Neonatal Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K) (Prof. Rina) yang memberikan pengetahuan mengenai bagaimana cara memantau pertumbuhan bayi prematur;
  • Psikolog Anak dan Keluarga Irma Gistiana, M.Psi (Ibu Irma) yang memberikan tips menstimulasi anak prematur.

Selain kedua narasumber tersebut, hadir pula Ibu Desi Fatwa, ibunda dari Benazir Shanaz yang terlahir prematur, namun ketika besar (sekarang kelas 9) bisa berprestasi.

Okey, langsung aja saya share rangkuman Bicara Gizi kemarin yaaa.

Memantau pertumbuhan anak prematur

Namun, sebelumnya, saya mau menginformasikan mengenai definisi “prematur”.

Prematur adalah sebuah kondisi saat bayi lahir kurang dari usia kandungan 37 minggu. Selain prematur, juga ada yang lebih berisiko tinggi, yakni:

  • Sangat prematur: Usia gestasi kurang dari 32 minggu.
  • Extreme preterm: Usia gestasi kurang dari 28 minggu.

Makin kurang usia kandungannya maka risiko masalah kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan si anak akan makin tinggi. Maka, tugas orang tua adalah, begitu anak keluar dari rumah sakit (setelah dilahirkan) lakukan terus pematauan berkala.

Prof. Rina mengakui hal ini memag enggak gampang karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesabaran ortu saat terus mengecek kondisi anaknya secara berkala. Biasanya, yang terjadi kalau anak sudah berumur satu tahun lebih, orang tua merasa anak-anaknya baik-baik saja, lalu berhenti kontrol ke dokter.

Padahal, salah satu yang gampang, misalnya memantau grafik pertumbuhan anak. Ini harus benarbenar dipantau. Apakah betul anak yang lahir degan berat badan 500 gram, lalu 3 bulan kemudian beratnya jadi 1300 gram itu artinya sehat?

Cara memantau kurva pertumbuhan anak.

Prof. Rina mengatakan bahwa hal itu belum tentu, sebab setiap anak itu memiliki pertumbuhan yang unik, termasuk anak prematur. Grafik di kurva pertumbuhan harus lurus, seperti di gambar, kalau jalurnya merah maka seharusnya tetap di naik di sebelah situ. Kalau langsung melejit justru bisa berbahaya untuk kesehatannya. Perhatikan kesinambungannya dan jangan membandingkan dengan grafik pertumbuhan anak-anak lain. Itulah sebabnya anak butuh pemantauan pertumbuhan dengan bantuan dari ahlinya, baik itu dokter, bidan, dll.

Kata Prof. Rina begitulah tantangan dalam praktik klinis untuk menangani anak-anak prematur. Padahal, masalah kognitif dan gangguan belajar itu tidak dapat diprediksi saat si anak masih balita, melainkan akan terlihat saat anak sudah agak besar.

Hal ini sangat mempengaruhi beberapa hal, misalnya anak akan kesusahan beradaptasi dengan lingkungan pra sekolah maupun sekolah, karena sebelumnya enggak terdiagnosa. Akibatnya, si anak terlambat mendapatkan intervensi yang efektif.

Maka, idealnya pemantauan oleh orang tua harus dilakukan sejak anak keluar rumah sakit hingga secara berkala sebelum anak masuk sekolah, serta pada beberapa tahun pertama masuk sekolah. Sesudah itu pun seharusnya anak-anak prematur tetap harus menjalani pemeriksaan berkala, bahkan klau sudah remaja sekalipun, meskipun tidak sesering ketika masih bayi atau balita.

Menurut Prof. Rina ada 4 poin yang perlu diperhatikan dalam pemantauan anak-anak prematur, yakni:

4 hal yang harus dipantau untuk pertumbuhan anak prematur yang optimal.
  • Physical Health: Memastikan apakah anak sistem pernafasannya bagus, apakah paru-parunya sehat dan berfungsi, apakah penglihatan dan pendengaran baik, dll. Hal ini bisa dilakukan melalui pengamatan grafik petumbuhan, cek kesehatan berkala, dll.
  • Mental Health: Memastikan anak tidak mengalami gangguan perilaku, anak mudah bersosialisasi, dll. Bisa dilakukan dengan pemeriksaan ke dokter bersamaan dengan konsultasi ke psikolog.
  • Learning and Cognition: Hal ini ada kaitannya pada kemampuan anak apakah dia bersekolah bersama anak-anak lain seusianya, apakah kemampuan berbahasanya bagus, punya keterampilan pra-sekolah yang baik, memiliki perkembangan akademis yang bagus, dll.
  • Quality of Life: Lebih kepada apakah anak punya self esteem yang bagus, daily functioning di mana anak bisa melakukan aktivitasnya sendiri, dll.

Semuanya wajib dipantau secara berkala, usahakan dengan bantuan ahlinya.

Beberapa hal yang harus dilakukan orang tua anak prematur supaya si kecil berprestasi

Kalau orang tua mungkin bisa dengan mudah melihat pertumbuhan fisik anak, seperti berat badannya, tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar badan. Namun, kondisi perkembangan anak yang meliputi aspek motorik, kemampuan bicara sosio emosional, kemampuan kognitif, dll agak susah terlihat.

Maka selain fokus pada pertumbuhan fisik anak, Ibu Irma juga mengingatkan untuk melakukan 3M, yakni: Mengasuh, Mengasih, dan Mengasah. Apa maksudnya?

Nah, sebelum saya menjelaskan tentang 3M ini, maka saya akan menyampaikan pesan dari Ibu Irma terlebih dahulu nih, terkait pengasuhan anak prematur.

Ibu Irma mengatakan, hal yang paling penting untuk diperhatikan terlebih dahulu justru kondisi orang tua, khususnya ibu. Mengapa? Karena biasanya kondisi psikis ibu tidak baik setelah melahirkan anak prematur. Beberapa hal yang terjadi biasanya karena: ketidaksiapan mental, ibu mengalami postpartum emotion, ibu mengalami breastfeeding challenge, ibu kurang percaya diri, kelelahan, kekhawatiran tentang jumlah ASI, kemampuan finansial karena bayi prematur butuh bolak-balik ke dokter, masalah keluarga, kurangnya dukungan pasangan dan keluarga lainnya, standar sosial kesehatan anak stigma tentang anak prematur.

Maka, sebaiknya ibu perlu dibantu dan didukung, minimal oleh orang terdekatnya atau bisa juga meminta bantuan kepada ahlinya (psikolog). Baru setelah itu ibu akan lebih maksimal melakukan tugas 3M, yakni:

  • Mengasuh

Maksudnya melakukan kegiatan mengasuh anak yakni membentuk hubungan antara orang tua dan anak meliputi memenuhi kebutuhan nutrisi, sandang, imunisasi, kebersihan tubuh, lingkungan, kesehatan, mengajak anak bermain, berolahraga bersama, dll.

  • Mengasih

Yakni memberikan kasih sayang kepada anak, seperti mencium, memeluk, melakukan body contact, skin to skin, menciptakan ras aman dan nyaman.

Orang tua juga dituntut untuk senantiasa peka terhadap anak dengan cara mendengarkan dan memberikan perhatian. Berikut beberapa tips dalam mengasihi anak:

  • Memberikan contoh (bukan dipaksa);
  • Memberikan motivasi penghargaan, dorongan;
  • Melakukan koreksi dengan kegembiraan dan kasih sayang (bukan ancaman/ hukuman).

 

  • Mengasah

Mengasah di sini maksudnya memberikan stimulasi. Orang tua harus bisa mengembangkan kemampuan sensorik, motorik, emosi sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak sedini mungkin.

Ibu Irma sangat menekankan masalah stimulasi ini untuk anak-anak prematur, alasannya:

  • Orang tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak.
  • Bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-hubungan baru (sinaps).
  • Semakin sering dirangsang akan makin kuat hubungan antara sel-sel otak anak
  • Semakin banyak variasi maka hubungan antar sel-sel otak semakin kompleks.
  • Intinya, stimulasi akan membuat anak-anak prematur berkembang otaknya dengan optimal (cerdas).

Memang ada beberapa penelitian yang mengatakan anak prematur memiliki risiko kurang bagus akademisnya. Seperti ini:

Risiko yang dihadapi oleh anak prematur.

Namun, di sisi lain ada penelitian lain yang menunjukkan sebaliknya, seperti berikut:

Penelitian tentang bayi prematur pun bisa tumbuh optimal.

Maka, tugas orang tua adalah berikhtiar semaksimal mungkin supaya anak-anaknya bisa tumbuh sekaligus berkembang dengan optimal.

Lalu, stimulasi apa saja yang bisa dilakukan untuk melejitkan potensi anak prematur yang bisa dilakukan sejak dini? Berikut adalah 6 langkah stimulasinya:

  • Melakukan deteksi dini untuk mengetahui apakah ada gangguan kesehatan

Ibu Irma menyarankan untuk melakukan beberapa tes atau berkonsultasi dengan dokter ahlinya supaya apabila ada hambatan atau gangun bisa dilakukan penanganan sedini mungkin. Misalnya, saat anak susah menyusu ibunya, bisa dilakukan pencegahan ketidakcukupan gizi sehingga bisa mencegah perkembangan otak anak kurang optimal.

  • Meningkatkan imunitas

Semakin sempurna imunitas anak sejak dini, maka gangguan kesehatan bisa makin diminimalisir. Orang tua bisa memberikan nutrisi yag seimbang, memberikan jam istrirahat yang cukup dengan pola tidur teratur, memberika asupan vitamin, dll.

  • Mencari tanda awal potensi anak

Orang tua sebaiknya bisa megetahui tanda awal potensi anak dengan melakukan hal-hal berikut:

  • Memperhatikan kebiasaan dan minat anak;
  • Memberikan peluang untuk eksplorasi;
  • Mendorong kreativitas anak.

 

  • Menumbuhkan kepercayaan diri anak

Anak-anak prematur memang rentan mengalami rasa tidak percaya diri, maka sebaiknya orang tua melakukan hal-hal berikut:

Memberikan kasih sayang;

  • Jangan berikan label tertentu padanya;
  • Berikan anak motivasi untuk mencoba sesuatu;
  • Puji usahanya dalam melakukan sesuatu.

 

  • Modifikasi kegiatan dan terapi

Pada anak-anak prematur dengan beberapa hambatan/ gangguan, usahakan orang tua berpikir kreatif untuk modifiksai kegiatan eksplorasinya agar kesempatan pengembangan potensi tetap optimal.

Orang tua sebaiknya menghadirkan ahlinya untuk membantu melakukan terapi ini sehingga bisa mengoreksi dan mengoptimalkan perkembangan anak. Misalnya melakukan terapi sensori integrasi untuk mengembangkan kemampuan belajar dan konsentrasi, serta emosinya.

  • Menjaga kualitas emosi orang tua

Tak hanya berfokus ke anak, stimulasi pun juga harus memperhatikan kondisi orang tua, karena menurut Ibu Irma apapun bentuk stimulasi yang diberikan pada anak untuk optimasi kemampuan anak, akan terhambat jika orang tua kurang terampil mengelola emosi.

Apabila emosi orang tua baik maka anak akan merasa berada di lingkungan aman dan nyama, merasa dicintai, dll, sehingga lebih mudah distimulasi.

Itulah teman-teman, rangkuman materi yang saya dapatkan dari acara Bicara Gizi beberapa waktu lalu itu. InsyaAllah, anak-anak yang terlahir prematur, apabila sejak awal dipantau dengan berkala, diberikan nutrisi dan stimulasi yang baik, maka akan bisa tumbuh optimal bahkan berprestasi.

Punya anak prematur yang berprestasi

Sebagaimana pengalaman Ibu Desi Fatwa, ibunda dari Benazir Shanaz yang dulu terlahir prematur. Dalam acara Bicara Gizi kemarin, Ibu Desi Fatwa hadir untuk sharing tentang kondisi putrinya.

Kalau melihat Benazir Shanaz yang sekarang, mungkin tak ada yang mengira bahwa gadis remaja berusia 14 tahun ini lahir dengan berat badan hanya 529 gram di usia kandungan 25 minggu. Soalnya, sejak kecil hingga sekarang segudang prestasi diraihnya.

Benair Shanaz mengikuti kelas balet sejak usia 8 tahun. Kemudian sering memenangkan modelling competition. Bahkan beberapa kali ikut kejuaraan mathematic science.

Menurut Ibu Desi Fatwa, penyebab anaknya prematur adalah karena pada usia kandungan 5 bulanan, tensinya tiba-tiba meninggi, sehingga dokter kandungan menyarankan untuk mengoperasi kandungannya. Untungnya, kondisi bayinya waktu itu lengkap dan sempurna, cuma memang ukurannya saja yang mungil.

Tantangan terberat memang saat anak keluar dari rumah sakit, setelah 3 bulan dirawat intensif di NICU. Saat awal-awal kehidupan anak badannya terlihat sangat kecil dibanding anak lain yang usianya sebaya. Perkembangan motorik juga sempat terhambat, walau akhirnya bisa mengikuti, karena waktu itu dilakukan stimulasi dengan memasukkan si anak ke Baby Class.

Benazir Shanaz sekarang.

Belum lagi, saat usia anak 70 minggu, ternyata ada problem di retina mata. Waku itu retina matanya tertutup darah, sehingga perlu dilaser. Untungnya setelah itu enggak perlu memakai kacamata tebar, walau hingga saat ini kondisi matanya harus dipantau setahun sekali untuk pencegahan risiko.

Tak hanya itu, tantangan psikologis pun sempat dihadapi ibu Desi Fatwa. Contohnya seperti ibunya yang disalahkan kalau anaknya kenapa-kenapa. Namun, waktu itu demi si anak, Ibu Desi Fatwa berusaha kuat dan fokus membesarkan anak.

Kalau sekarang, menurut Ibu Desi Fatwa, sudah banyak yang sharing dan saling menguatkan para ibu-ibu bayi prematur, sehingga harapannya ibu-ibu ini bisa lebih tegar lagi membesarkan anak-anaknya yang terlahir prematur.

Ibu Desi Fatwa (kiri).

Sharing dari Ibu Desi Fatwa ini menarik ya teman-teman. Soalnya seperti keajaiban gitu melihat bayi 500 gram bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal, tak ada bedanya dengan anak-anak yang terlahir dengan berat badan cukup.

Menutup postingan ini, saya berharap teman-teman, bapak dan ibu yang memiliki anak-anak prematur untuk tetap optimis. InsyaAllah dengan perawatan dan stimulasi yang tepat, anak prematur pun bisa tumbuh dengan sehat dan berprestasi.

April Hamsa