Malam ini, saya mau bikin postingan ringan saja, deh. Jujur, saya kangen menulis cerita tentang keseharian saya dan keluarga di blog ini. Beberapa waktu terakhir, saya lebih banyak menulis tentang reportase event dan review-review produk. Namun, saat ini sepertinya saya sedang merasa lelah dan kewalahan. Sepulang dari Surabaya, saya menyusun beberapa rencana untuk keluarga kecil saya. Salah satunya buat anak-anak saya, terutama Maxy. Maxy, saat ini usianya empat tahun, makin aktif dan sudah punya keinginan sendiri (baca: sudah mulai susah diatur-atur). Sedangkan, adiknya, Dema, semenjak bisa berjalan dengan lancar, saya hampir enggak bisa sedetikpun meleng darinya. Meleng sedikit saja, yang terjatuh lha, tiba-tiba menangis lha, mengambil benda-benda yang tak seharusnya dimainkan lha, dan banyak lagi polahnya. Membuat saya kelelahan.

Akhir-akhir ini, mungkin beberapa teman yang suka main ke blog saya melihat saya mulai jarang membalas komentar-komentar yang masuk. Bukan karena saya tak membaca komentar-komentar itu. Saya berterima kasih kepada semua yang telah menyempatkan waktunya berkunjung dan memberi komentar untuk postingan di blog ini. Namun, beberapa hari ini saya berusaha menyediakan waktu agak lebih buat anak-anak. Setiap saya menghadap laptop atau memegang handphone, ketika saya melihat anak-anak bermain sendiri, dengan sesekali merengek, saya merasa sudah kewajiban saya “membuang” semua gadget itu. Lalu, bergabung bermain dengan anak-anak saya.

Oh iya, hari ini adalah hari pertama Maxy pergi ke sekolah. FYI, Maxy masuk TK A. Sekolahnya dekat dari rumah. Kami cukup berjalan kaki menuju ke sana. Sebenarnya, saya sudah mendaftarkan Maxy sekolah sejak sebelum lebaran Idul Fitri lalu. Namun, karena kelamaan mudiknya ke Surabaya, maka hari ini menjadi hari pertamanya masuk sekolah, sebab kami baru tiba di Depok seminggu lalu. Saat menyelesaikan urusan administrasi, Ibu Kepala Sekolah TK-nya memberikan saya hasil screening Maxy (hasil tes psikotest). Saya terkejut dengan hasilnya, karena begitu banyak hal yang perlu saya perbaiki, terutama soal tumbuh kembangnya. Namun Ibu Kepala Sekolah-nya mengatakan  bahwa Maxy masih bisa “diperbaiki”, semoga ya, dengan banyak bersosialisasi dengan teman-teman dan guru-gurunya di sekolah. Benar-benar PR besar buat saya sebagai ibunya.

Hari ini, Maxy belajar menempel hiasan pada layang-layang di sekolah. Saya bertanya kepada gurunya apakah Maxy bisa berinteraksi, kata gurunya bisa. Lalu saya juga bertanya, apakah Maxy bisa menerima perintah, kata gurunya lagi Maxy bisa. Alhamdulillah. Seharian ini saya juga merasakan “terbebas” dari Maxy, dimana saat dia di rumah ada saja polahnya yang membuat saya senewen. Jadi, sekolah menjadi semacam sesuatu yang membuat saya dan Maxy sama-sama saling memberi ruang. Maxy bebas dari omelan saya, sementara saya bebas dari mengomeli Maxy. Maxy memang makin besar dan katanya memang saat seusianya anak-anak menjadi seseorang yang mulai punya keinginan sendiri, bahkan cenderung melawan perintah ibunya. Terserah saja orang di luaran sana, berpendapat “Kecil-kecil kok disekolahkan.” Mungkin, nanti, saat mereka berada di posisi saya, memiliki dua anak dengan usia berdekatan, jauh dari support system (baca: keluarga), dan non ART, mereka akan mengerti bagaimana rasanya 🙂 . Satu hal yang pasti saya bahagia hari ini. Maxy, sepulang sekolah menjadi lebih ceria. Saya punya banyak waktu bekerja dan bermain dengan Dema. Sepertinya, semua puas. Moga-moga saja, bertahan lama, ya…

Lalu bagaimana dengan blogging? Bagaimana dengan menulis? Saya masih akan melakukannya, sebab ngeblog adalah salah satu me time saya. Namun, saya akan mengurangi keinginan saya untuk mengejar hal-hal yang membuat anak-anak saya terabaikan. Tentu saja ini konteksnya cuma tentang saya yang kesusahan dalam manajemen waktu.

Sepertinya itu saja catatan hari ini. Saya lega, blog ini ada curhatan saya lagi. Hihihi. Next, saya siap bekerja lagi, menulis lagi 😀 .

Depok, 21 September 2016

April Hamsa

Categorized in: