“Oke, jangan lupa perhatikan hastag-nya!” Bunyi pesan WhatsApp yang tertera di layar smartphone.

Jangan lupa mention brand-nya!” Satu pesan lagi dari grup WhatsApp yang lain.

Horeee trending topic nomor satuuu!” Seorang teman mengirim pesan di grup yang berbeda lagi.

Teman-teman yang pekerjaannya enggak jauh-jauh dari ngebuzzer pasti enggak asing dengan pesan-pesan bernada demikian bukan? Bahkan, kadang dalam satu periode tertentu ada yang beberapa grup WhatsApp-nya riuh karena campaign-nya berjalan barengan. Saya pun pernah mengalami hal serupa. Sampai harus berhati-hati dalam menulis dan membalas pesan, supaya enggak tertukar terkirim ke grup yang lain.

Oh iya, bagi teman-teman yang belum tahu, for your information, ngebuzzer adalah salah satu aktivitas yang biasa dilakukan oleh seorang Influencer. Influencer itu adalah orang yang bisa memberi pengaruh kepada orang lain. Biasanya, sih, media yang dipakai adalah media sosial yang dimilikinya. Seperti, Facebook, Twitter, Instagram, dan media-media sosial lainnya. Ada pula yang memberi pengaruh lewat blog dan vlog (YouTube.com).

Bahkan, jaman sekarang Influencer sudah dianggap sebagai sebuah profesi yang dijalankan secara profesional. Hastag-hastag yang terpampang di media sosial bukan lagi sekadar untuk pamer aktivitas, tapi juga sebagai mata pencaharian. Sudah makin banyak juga lho, brand yang menyadari efektifnya memasarkan produk dengan bantuan Influencer.

Salah satu alasan yang membuat brand mau bekerja sama dengan Influencer adalah karena masyarakat cenderung kurang percaya terhadap pemasaran konvensional yang kerap hard selling. Berbeda dengan pemasaran melalui Influencer yang memiliki sentuhan personal. Sehingga, bisa dengan cepat mempengaruhi orang-orang terdekatnya.

Pengalaman saya sebagai Influencer

Sudah lebih dari setahun saya mencemplungkan diri ke dunia Influencer. Awalnya saya suka bermain media sosial dan aktif menulis di blog. Kemudian, saya bergabung ke beberapa komunitas maya yang memberi saya pekerjaan yang enggak jauh-jauh dari menulis status di media sosial.

Saya saat ngebuzzer di salah satu event brand.

Meski jam terbang saya masih sedikit di bidang ini, tapi alhamdulillah sudah begitu banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan selama berperan sebagai Influencer, antara lain:

  • Mendapat fee

Sebagaimana yang saya katakan sebelumnya, kini sudah banyak brand meng-hire Influencer untuk memasarkan produknya. Influencer pun bekerja keras merangkai kata dan mengambil gambar semenarik mungkin yang bisa menonjolkan produk yang dipromosikan tersebut. Setiap kata, foto, video, bahkan hastag yang ditampilkan seorang Influencer di media sosialnya tentu saja dibayar secara profesional oleh pihak brand.

  • Menjadi orang yang tahu terlebih dahulu

Saya bisa menjadi orang pertama yang berkesempatan menghadiri suatu perhelatan, seperti launching atau kampanye produk. Juga, saya bisa duluan mengetahui produk yang dikeluarkan oleh sebuah brand, sebelum khalayak mengetahunya. Jika beruntung, saya bahkan bisa mendapatkan experience menggunakan produk terbaru itu lebih dulu.

  • Merasakan kebahagiaan saat bisa membantu orang lain

Ini pengalaman paling menyenangkan selama saya menjadi seorang Influencer, yakni apabila ada yang merasa terbantu dengan informasi yang saya sebarkan lewat media sosial maupun blog saya. Salah satu contohnya saat saya pernah ikut campaign tentang produk kesehatan. Beberapa orang yang katanya membaca postingan saya di media sosial atau blog japri saya melalui email atau message media sosial. Mereka menceritakan pengalamannya yang positif saat memakai produk tersebut dan mengucapkan terima kasih. Saya menganggap japrian-japrian tersebut adalah apresiasi yang luar biasa dan tak ternilai value-nya kepada pekerjaan yang saya lakukan.

Untuk mendapatkan berbagai pengalaman berharga tersebut, tentu saja saya membutuhkan “senjata” berupa gadget yang mumpuni. Biasanya sih saya memanfaatkan smartphone dan laptop saya. Tapi, kalau saya sedang berada di rumah, terus terang saya lebih banyak bekerja menggunakan laptop.

Alasannya, saya termasuk orang yang lebih nyaman melihat layar lebar. Sebab, saya menderita astigmatic eye alias mata silinder. Enggak terlalu parah dan sudah terbantu dengan mengenakan kacamata sih, cuma kalau keseringan melihat tulisan di layar smartphone kadang suka pusing.

Saya lebih lega jika bekerja dengan laptop saya. Ngelike-ngelike dan ngretwit-ngretwit postingan di Twitter, klik simbol love di Instagram, scroll-scroll postingan dengan hastag yang sama, mengetik komentar, dan kegiatan lain, semuanya bisa saya kerjakan dengan lebih mudah dan cepat ketika saya menggunakan laptop.

Sebenarnya, kalau bekerja di luar rumah, saya juga kepengen sih memakai laptop. Masalahnya, laptop yang saya miliki saat ini cukup besar berat bobotnya. Kurang praktis dan tidak mendukung untuk ditenteng-tenteng keluar rumah. Apalagi, saya pengguna jasa angkutan umum.

Kebayang donk betapa repotnya membawa laptop berat pada saat kendaraan penuh sesak dengan penumpang? Duh, ingin rasanya memiliki “senjata” yang bobotnya lebih ringan, tapi punya performa bagus untuk mendukung pekerjaan saya sebagai seorang Influencer.

Mimpi punya notebook ASUS Eeebook E202

Sebenarnya ada satu gadget yang saya idam-idamkan, yakni notebook ASUS Eeebook E202. Saya mulai tertarik dengan ASUS Eeebook E202 ketika ada semacam situs mobile geeks memberinya julukan “the perfect notebook for the road warrior”.

Bentuk ASUS Eeebook E202 memang sangat tipis dan bobotnya pun ringan, cuma 1,21 kg saja. Sangat cocok buat Influencer yang pekerjaannya mobile. Selain itu, desainnya pun elegan. Kalau Influencer-nya perempuan seperti saya nih, pasti ngerasa bahwa notebook yang satu ini enggak malu-maluin lha jika sering diajak masuk ke frame Instagram.

Selain desain, bentuk, dan bobot ASUS Eeebook E202 yang tidak perlu dipertanyakan lagi, notebook berdimensi 193 x 297 mm alias tidak lebih besar dari ukuran kertas A4 ini juga memiliki beberapa kelebihan lain, yakni:

  • Punya variasi warna

ASUS Eeebook E202 ini tersedia dalam pilihan warna Silk White, Dark Blue, Lightning Blue dan Red Rouge. Kalau saya naksir berat sama warna putihnya yang kalem dan stylist banget itu.

  • Teknologi yang mumpuni

ASUS Eeebook E202 disebut-sebut sebagai notebook yang berhasil mematahkan stigma bahwa yang namanya notebook itu teknologi hardware-nya biasa saja. Seperti RAM yang enggak besar, rata-rata prosesor dual-core dengan RAM 2GB. Namun, ASUS Eeebook E202 ini berbeda, notebook ini muncul dengan gebrakan menggunakan prosesor Intel Pentium N3700 quad-core 1.6GHz, RAM sebesar 4GB, dan hardisk berkapasitas 500GB. Sehingga kalau saya menjalankan beberapa program sekaligus, bahkan membuka banyak aplikasi chat dan video (live) sekaligus, pasti notebook ini kuat dan bandel.

 ASUS Eeebook E202. Sumber foto: Website ASUS.

Kelebihan lain dari hardware ASUS Eeebook E202 adalah notebook ini memiliki port USB 3.1 Type-C yang sangat menghemat waktu. Sebab, USB dapat dicolok dengan berbagai arah dengan colokan reversible (bisa dibolak-balik) setiap saatnya. Selain itu, kecepatan transfer USB 3.1 ini lebih cepat 11x dibandingkan USB 2.0. Saya bisa membayangkan jika saya menggunakan notebook ini untuk kebutuhan meng-copy data maupun presentasi, lebih mudah dan performanya pun lincah.

  • Daya baterai tahan lama

Notebook yang sudah mendukung versi Windows 10 dan juga DOS ini menawarkan masa aktif baterai hingga 8 jam lamanya. Kemampuan tersebut dimungkinkan karena notebook ini punya komponen prosesor Intel Celeron Dual Core N3050 generasi kelima atau Braswell yang memiliki nilai Thermal Design Power (TDP) yang kecil. Cuma sebesar 6 watt saja. Dengan konsumsi daya yang rendah seperti itu, membuat kapasitas baterai ASUS Eeebook E202 tidak cepat terkuras. Dengan demikian, meski saya lupa membawa kabel charger atau saya enggak menemukan colokan listrik, saya tetap bisa bekerja menggunakan notebook ini tanpa khawatir cepat kehabisan baterai.

  • Fanless sehingga tidak berisik

Rendahnya tingkat TDP tersebut juga membuat notebook ini tidak menghasilkan panas yang tinggi. Sehingga notebook ini tidak memerlukan sistem pendinginan berbasis kipas (fanless). Dengan desain seperti itu ASUS Eeebook E202 tidak punya kipas yang berisik. Jadi, saya bisa fokus dan konsentrasi menulis tanpa gangguan.

  • Nyaman untuk dipakai bekerja secara mobile

Layar ASUS Eeebook E202 cuma 12 inchi, namun tetap nyaman untuk mata. Sementara, keyboardnya dirancang dengan fitur chiclet dengan jarak antar tombolnya adalah 18,4 mm dan luas keseluruhan yakni 268 mm. Dengan desain seperti tersebut, membuat mengetik pun tetap nyaman.

  • Harganya cukup terjangkau

Harga ASUS Eeebook E202 dibandrol mulai Rp. 3099.000,-. Dengan kapasistas dan performa yang dimilikinya harga tersebut sangat sepadan, worth it.

Benar-benar notebook impian para Influencer, nih! Kalau menurut teman-teman, bagaimana?

Blog Competition ASUS E202 by uniekkaswarganti.com.”

April Hamsa

Sumber referensi:

  • https://www. tabloidpulsa.co.id/news/gadget/24404-asus-eeebook-e202-notebook-mungil-yang-praktis-dan-canggih
  • https://www. beritateknologi.com/asus-eeebook-e202-netbook-quad-core-dengan-harga-terjangkau/

Tagged in:

,