Kata orang-orang, belum lengkap kalau ke Yogyakarta tanpa membeli oleh-oleh batik. Yeeess, Yogyakarta emang terkenal akan batiknya ya, apalagi di Pasar Bringharjo tuh banyaaakk batiknya. Hanya saja, saya suka pusing kalau disuruh menawar harga, jadi maunya beli batik di tempat yang harganya sudah fix aja, namun masih terhitung ramah kantong (banyak maunya yaaa? 😛 ). Pas nanya-nanya driver kendaraan online yang membawa kami beli bakpia, dikasilah rekomendasi Batik Yudhistira Yogyakarya.

Hmmm, terus terang saya baru denger Batik Yudhistira Yogyakarta ini. Akhirnya, googling dan baca-baca review-nya. Lumayan, sih, oke-oke reviewnya. Pak Driver juga mengatakan kalau koleksi Batik di Yudhistira bagus-bagus dan yang paling penting, harganya affordable. Maka, setelah dari membeli bakpia, saya pun meminta sekalian diantarkan ke outlet Yudhistira yang berlokasi di Jl. Taman Siswa itu.

Kesan pertama waktu sampai, outletnya kayak di ruko tiga lantai, gitu. Parkiran luarnya juga terlihat standar aja, enggak terlalu luas. Namun, begitu mendekati pintu masuknya, ternyataaa ada tempat parkir di dalam dan tau enggak, sih, itu tuh muat buat bus pariwisata yang ukuran jumbo itu. Bisa masuk dua bus  atau malah mungkin lebih ya? Hahaha.

Mencoba beberapa aksesoris batik.

Jadi, waktu saya ke sana tuh ternyata barengan sama rombongan orang-orang piknik. Enggak tahu dari mana, golongan ibu-ibu gitu. Ternyata cukup terkenal juga ya Yudhistira ini di kalangan para wisatawan, saya kok baru tau. Ya iya lhaaa, lha wong jarang-jarang ke Yogya-nya, hehehe.

Okey, abis itu saya, suami, dan anak-anak segera masuk ke dalam outlet-nya. Ternyata, outlet Batik Yushistira tuh terdiri dari 4 lantai. Lantai pertama ada parkiran, mushola, toilet, serta beberapa manekin yang memajang beberapa baju. Ada kursi, seperti kursi teras di sini yang bisa dipakai untuk pengunjung duduk.

Di lantai ini langsung terlihat tangga di sebelah kanan. Pengunjung bisa naik ke atas menggunakan tangga ini. Sebelum saya naik, eh, ternyata ada beberapa ibu-ibu yang agak bergerombol gitu di sisi lain. Ternyata, ada lift juga di sana. Yawda, saya milih naik lift aja, hehe. Apalagi, saat itu kondisinya Dema agak rewel karena kami sudah jalan seharian.

Maxy dan bapake kemudian naik ke atas duluan naik tangga. Sementara saya menunggu sampai Dema bagus mood-nya dengan duduk di kursi yang saya sebut menyerupai kursi teras tadi.

Setelah Dema agak tenang, kami kemudian naik ke atas. Ternyata lantai dua outlet batik Yushistira merupakan tempat di mana pengunjung bisa mendapatkan baju batik untuk pria, wanita, dan juga baju anak-anak. Koleksi batiknya banyak banget, sampai saya bingung mau memilih yang mana hehe.

Sebenarnya, kala itu saya memang enggak terlalu niat mencari baju, sih, karena merasa baju-baju di rumah sudah banyak. Yang lebih butuh mencari baju adalah suami, soalnya belakangan sering mendapat undangan nikahan dari koleganya di kantor.

Baju-baju batik suami tertinggal di rumah lama kami di Cilebut dan kami belum sempat mengambilnya, hehe. Jadi, yawda, pas sedang di Yogyakarta sekalian mencari baju batik saja yang bagus buat ke kondangan sekaligus buat ke kantor. Lagipula, kebanyakan batik suami adalah batik khas Borneo, rasa-rasanya belum punya Batik Jawa.

Selain itu, saya juga berniat untuk mencarikan Maxy dan Dema baju batik. Soalnya kadang sekolahnya membuat kegiatan dengan dresscode batik. Selama ini, anak-anak enggak patuh dresscode kalau diminta pakai batik. Lha, gimana, pakaian batiknya yang lama sudah kekecilan dan saya belum sempat membelikan yang baru. Trus, karena setelah dari Yogyakarta, kami akan lanjut menuju Surabaya (ke rumah ortu saya), saya kepikiran kasi oleh-oleh baju batik saja.

Di lantai ini, saya dan suami mulai bergerilya hunting baju batik yang cocok. Oh ya, selain batik yang cocok untuk keperluan resmi sepertik emeja, blouse, tunik, dll, di lantai ini juga tersedia kaus batik.

Saking banyaknya pilihan sampai bingung, tapi seneng, sih, karena menemukan motif yang bagus-bagus. Bahan kain batiknya juga cukup bagus. Lalu, saya cek label harganya cukup affordable harganya. Ada yang di bawah 100 ribuan, meskipun juga banyak yang di atas 100 ribu, bahkan 200 ribu.

Akhirnya, suami menemukan motif batik yang dianggapnya cukup bagus, kemudian mencobanya di kamar pas yang disediakan di bagian belakang. Saya juga ikut mencoba beberapa baju batik. Sayangnya, masih belum cocok di hati saya.

Bukan karena bajunya jelek atau gimana, namun baju yang saya suka ukurannya kegedhean di saya. Ada satu baju yang pas, namun motifnya “kurang batik”, jadi kayak polkadot warna-warni gitu. Yaaa, itu juga batik sih, hanya saja saya ingin yang agak ramai motifnya seperti motif batik yang saya coba sebelumnya.

Akhirnya saya memutuskan untuk enggak beli. Suami doank yang membeli baju yang dicobanya tadi.

Kami kemudian melanjutkan hunting baju buat anak-anak. Kalau buat Maxy sih enggak butuh waktu lama, langsung nemu yang cocok. Namun, untuk Dema agak susah, karena baju batik untuk anak ceweknya tuh berupa dress lucuk-lucuk gitu. Sementara saya ingin membelikan Dema tunik berlengan panjang. Jadi, yawda, Dema juga enggak jadi beli. Kapan-kapan aja hehe.

Lanjut kami mencari baju batik buat keponakan laki-laki saya satu-satunya. Ini pun gampang sekali milihnya. Begitu pula saat memilih baju buat oleh-oleh bapak saya. Langsung ambil yang sesuai.

BTW, tadinya saya ingin membeli pakaian batik yang couplean gitu kan? Sayangnya, saya kurang suka dengan motifnya. Yawda, akhirnya beli buat bapak dulu.

Emang kayaknya baju batik kalau buat cowok-cowok tuh lebih mudah ditemukannya ya? Sementara yang buat Kaum Hawa pertimbangannya banyak. Ya ukurannya, ya motifnya, cocok apa enggak dengan hijab yang dimiliki, dll hahaha.

Dari lantai ini total kami dapat 4 baju batik. Langsung bayar juga di kasir yang ada di lantai ini. Total 4 baju sebesar Rp. 410.000,-00.

Setelah itu, kami naik ke lantai tiga buat lanjut hunting baju batik untuk para ladies. Di lantai tiga ini, ternyata lebih banyak kerajinan yang menggunakan motif batik, seperti taplak meja, sprei, sarung bantal, bed cover, sandal, sepatu, tas, dan aksesoris lainnya. Di lantai ini juga terdapat perlengkapan untuk ibu-ibu, seperti gamis, long dress, kerudung, dan mukena.

Saya melihat beberapa dress yang cakep-cakep, namun akhirnya cuma mengambil satu buat ibu saya saja. Dahlah, saya dan Dema kapan-kapan aja belinya. Di lantai ini ternyata juga ada kasirnya. Harga baju batik buat oleh-oleh ibu saya adalah Rp. 129.000,-00. Lumayan lha ya. Jadi, total ada 5 baju batik yang hari itu kami beli dari Yudhistira Batik.

Setelah itu, kami lanjut naik ke lantai empat. Ternyata ada kafe yang cukup luas di sini. Kalau mau menyelenggarakan reuni atau pesta privat bisa tuh menyewa kafe ini. Kalau enggak salah harga paket makanannya juga cukup ramah kantong, sih (dibandingkan di Jakarta 😛 ).

Selain kafe, ternyata di lantai empat ini juga ada mushola dan toilet. Secara umum, menurut pendapat saya outlet Batik Yudhistira ini cukup lengkap ya koleksinya, juga fasilitas buat pengunjungnya. Mbak-mbak dan mas-mas pegawainya pun cukup ramah dan lumayan mau membantu kalau ada kesulitan mencari baju. Pantesan (sepertinya) banyak tour guide yang merekomendasikan membeli batik di sini.

Oh ya, lucunya saya tuh baru nyadar saat akan pulang, kalau logo Yudhistira tuh mirip sekali dengan logo Indomaret hehe. Yang bikin mirip tuh warna-warni merah, kuning, birunya itu, lho, hehe.

Yaaa, jadi begitulah teman-teman cerita mengenai membeli baju batik di Batik Yudhistira Yogyakarta ini.

Kalau mau mampir ke Batik Yudhistira Yogyakarta, alamatnya di sini ya:

Semoga postingan ini bisa membantu teman-teman yang berencana membeli batik ketika berkunjung ke Yogyakarta ya 😀 .

April Hamsa

Categorized in: