Yeaaayy, akhirnya keturutan juga makan/ dine in di rumah makan Bebek Goreng H. Slamet Yasmin Bogor. Selanjutnya saya sebut Bebek Goreng Slamet aja ya, biar singkat nulisnya 😛 .

Bebek Goreng Slamet ini salah satu makanan berbahan dasar daging bebek yang cocok di lidah saya selama tinggal di Jakarta (coret) ini. Maklum, kalau di kota asal saya, Surabaya, yang namanya masakan bebek goreng tuh enak-enak (maaf, narsisin daerah asal sendiri 😛 ). Bahkan, bebek goreng yang dijual di pinggir jalan pun enak. Jadi, pas pindah ke sini tuh menurut saya agak susah menemukan masakan bebek yang cocok di lidah.

Rumah makan Bebek Goreng H. Slamet di Yasmin Bogor.

Sebenarnya, saya udah sering membeli menu makanan Bebek Goreng Slamet ini. Namun, belum pernah sekalipun saya dine in di resto-nya yang terdekat dengan rumah. yaitu yang di Yasmin itu. Selama ini, kalau mau menikmatinya, saya lebih sering order online via babang ojol.

Nah, pas puasaan kemarin kok rasanya kepengen gitu, berbuka Bebek Goreng Slamet dengan dine in di resto-nya. Maklum, selama sebulan puasa, baru sekali saya dan keluarga buka puasa di luar rumah yakni ke Hokben. Alhamdulillah, puasaan kemarin lebih banyak berbuka puasa di rumah. Alasannya, pertama lebih hemat, kedua mager, soalnya pasti rame kalau buka puasa di luar, xixixi 😛 .

Bagian depan resto.

Nah, jelang hari terakhir puasa Ramadan, tepatnya tanggal 29 April, saya rasa orang-orang udah banyak yang mudik, sehingga mungkin rumah makan Bebek Goreng Slamet enggak terlalu crowded. Maka, saya putuskan untuk mengajak keluarga kecil saya ke sana (sekalian ngonten buat lomba Enzyplex, sih 😛 ).

Baca juga: Bebas Dispepsia saat Berpuasa dengan Ubah Gaya Hidup dan Konsumsi New Enzyplex

Namun, seperti kebiasaan keluarga kecil kami sebelumnya, kalau buka puasa di luar rumah tuh, kami jarang datang sebelum Magrib, melainkan datang sekitar Isya, gitu. Alasannya, males kalau terlalu ramai. Trus, khawatir kalau susah sholatnya, karena kalau ramai kan sholat Maghrib-nya jadi ngantre tuh. Khawatir ngrasa kurang khusyuk aja, sih. Biasanya, kami membatalkan puasa dulu di rumah dengan camilan ringan, baru nanti makan beratnya di rumah makan tujuan.

Bagian dalam rumah makan.

Hari itu, dari rumah di Cilebut kami berangkat setelah Isya (wkwkwk kemalaman 😛 ). Sempat sholat Isya dulu, trus cus deh ke Bebek Goreng Slamet Yasmin yang lokasinya dekat Transmart itu. Alhamdulillah, udah enggak ramai. Ya iyalah, udah pada buka puasa sejak Maghrib tadiiii, wkwkwk 😛 .

BTW, sampai di sana, kesan pertama saya adalah “Wah, ternyata rumah makannya cukup luas ya?” Maklum, selama ini sekadar nglewatin doank. Saya kira lebih sempit, lho, ternyata gedhe. Bahkan, ada area outdoor-nya juga.

Maxy suka banget sama menu bebek goreng.

Namun, saya enggak tahu, area outdoor itu hanya tersedia selama bulan puasa aja atau gimana ya. Soalnya, setelah lebaran, saya sempat mampir ke sana lagi untuk beli bebek goreng, ternyata area outdoor-nya sudah jadi parkiran motor. Yawda, lha ya, yang penting bangkunya masih banyak, walau area outdoor-nya hilang hehe.

Oh ya, untuk ruang indoor-nya, jangan dibayangkan rumah makannya tertutup dengan tembok di keempat sisinya ya. Yang saya maksud dengan area indoor ini sebenarnya adalah area semi terbuka gitu. Mirip rumah makan yang juga tetangga sebelahnya, Sop Ayam Pak Min Klaten.

Baca juga: Mencicipi Sop Ayam Pak Min Klaten

Menurut saya emang lebih enak gitu, sih. Enggak terlalu tertutup. Terlebih lagi di masa pandemi yang belum jelas kapan berakhirnya ini kan? Sirkulasi udara lebih lancar di resto setengah terbuka gitu, dibandingkan dengan yang tertutup rapat. Apalagi, kalau pengunjungnya lagi rame-ramenya.

Porsi nasinya cukup banyak.

Ah iya, sepertinya kalau soal menjaga protokol kesehatan, rumah makan Bebek Goreng Slamet Yasmin ini juga oke, lho. Di bagian depan dan samping bangunannya, mereka menyediakan wastafel untuk cuci tangan tanpa kran. Jadi, sistemnya diinjak, gitu, sehingga lebih higienis buat tangan #imho. Tentu saja, wastafel ini sudah dilengkapi dengan sabun cuci tangan ya. Selain itu, seingat saya tersedia hand sanitizer juga.

Untuk interiornya, banyak tanaman sintetis di sekeliling tembok rumah makan. Trus, ada kipas angin di atap juga yang lumayan membuat ruangan jadi lebih sejuk. Lampu-lampunya terang, kayaknya udah pakai lampu downlight semua.

Makanan yang kami pesan.

Masuk ke resto, kami memutuskan duduk di bangku biasa (bukan lesehan) yang berada di pojokan. Maklum mau ngonten, supaya pengunjung yang lain enggak terganggu. Walau saat itu udah sepi, sih 😛 .

Kami memiih menu Bebek Lego (bukan dibaca seperti “lego” mainan ya huruf o-nya, hehe). “Lego” ini kata dalam bahasa Jawa artinya “lega” atau “besar” dalam bahasa Indonesia. Mungkin, maksudnya bisa makan puas-puas karena porsi atau ukuran bebeknya lumayan besar. Kalau enggak salah satu porsi Bebek Lego tuh ukurannya separuh badan bebek muda.

Menu Bebek Lego.

Waktu itu kami beli dua porsi Bebek Lego, udah include sama nasi. Trus, nambah dua nasi lagi. Untuk minumnya, orang dewasanya memesan segelas teh hangat dan es teh. Sedangkan, untuk anak-anak minumnya air mineral aja.

Sebenarnya, kami udah cukup sering gofudin menu itu, sehingga komen saya enggak terlalu banyak, deh, haha 😛 . Seperti yang saya bilang sebelumnya, bebek gorengnya cocok untuk lidah Surabaya saya yang sudah mencicipi bebek goreng sejak lahir (lebay 😛 ). Rasa daging bebeknya crispy, di luar, empuk di dalam, dan ada bonus kremesan juga. Anak-anak juga bisa dengan mudah mengunyah daging bebeknya yang enggak alot.

Sambalnya mantab.

Dua porsi Bebek Lego, alhamdulillah cukup buat kami berempat. Paket ini udah lengkap dengan sambal dan lalapan ya. Rasa sambelnya, maknyus, sih. Pedeeess. Sesuai harapan saya, lha.

Sebenarnya, waktu itu kami juga ingin memesan menu sayuran. Sayangnya, kata mas-mas pelayannya menu sayurnya udah habis, huhu. Risiko datang “kesiangan” (kemalaman) 😛 .

Waktu makan ada pula kucing-kucing yang menemani. Kalau keluarga kami sih enggak keberatan ada kucing, entah kalau pengunjung lain ya 😀 . Kami suka-suka aja, sambil sesekali berbagi daging bebek dengan kucing-kucing itu.

Hello cats!

Yawda itu aja sih, cerita buka puasa Bebek Goreng Slamet di Yasmin beberapa waktu lalu itu. Secara umum, cukup seneng bisa dine in di sana. Maaf yaaa, kalau bukan review makanan atau resto yang gimana-gimana, gitu.

Oh iya, buat yang mungkin datang ke sana pas Maghrib atau pas di waktu sholat lainnya, jangan khawatir, karena rumah makan ini menyediakan mushola. Selain itu, tentu aja ada toilet juga.

Untuk kasirnya, tersedia dua kasir. Satu kasir buat yang makan dine in dan ada pula yang untuk take away. Kalau mau tambahan kerupuk atau keripik atau peyek bisa ambil juga tuh di area kasir. Namun, jangan lupa bayar yaaa 😛 .

Soal waktu itu bayar berapa, saya lupa wkwkwk, ya maaf kelamaan 😛 . Namun, saya sempat foto menunya yang tertera juga harga-harga makanan dan minumannya. Ini ya:

Sebagian daftar menu yang sempat tercapture.

Semoga postingan ini bermanfaat buat teman-teman yang tinggal atau sedang pelesir di sekitar kota Bogor dan ingin makan bebek goreng. Untuk alamat lengkap rumah makan Bebek Goreng Slamet Yasmin di sini ya:

April Hamsa