Siang itu mendung. Saya dan suami memutuskan untuk mencari rumah makan karena khawatir anak-anak kelaparan. Tadinya mau makan di lokasi yang enggak jauh dari Perpustakaan Cikini, tempat yang kami kunjungi hari itu. Ternyata, kami keasyikan berjalan kaki sambil mencari rumah makan, sampai enggak menyadari kalau Stasiun Cikini sudah berada di hadapan kami. Anak kedua saya Dema memang digendong oleh ayahnya, tapi anak pertama saya Si Maxy ternyata sudah berjalan lumayan jauh dari perpustakaan ke stasiun. Tapi, sepertinya anaknya seneng-seneng ajah, enggak mengeluh capek. Akhirnya kami memutuskan mampir ke salah satu restoran cepat saji yang terletak di seberang stasiun.

Maxy dan Dema saat berjalan-jalan.

Sambil makan, saya memikirkan kembali perjalanan kami dari perpustakaan ke stasiun. Ternyata seru juga, ya, membawa anak-anak “mengelilingi” Ibu Kota dengan berjalan kaki. Anak-anak juga nampaknya sangat menikmati perjalanannya. “Kami pasti akan melakukannya lagi, kapan-kapan,” batin saya. Lalu, enggak sengaja saya membaca status yang dibagikan oleh seorang teman di media sosial. Salah satu quote dari status itu yang saya garis bawahi adalah:

Jalan-jalanlah! Kenangan yang anda tinggal pada anak-anak dengan membawanya berkelana, jauh lebih berharga dari mainan yang sering anda belikan untuk mereka dan akan bertahan jauh lebih lama.” (Sarra Risman).

Semenjak itu, saya memiliki keinginan untuk sering mengajak anak-anak jalan-jalan. Meski enggak khusus harus ke tempat wisata, seenggak-enggaknya saya ingin anak-anak melihat tempat yang baru. Lalu, sebagai seorang blogger, jelas wajib hukumnya donk, perjalanan itu didokumentasikan dalam bentuk tulisan, foto, atau video. Tapi blog saya www.keluargahamsa.com rasanya kurang cocok untuk membahas tentang traveling. Saya ingin menulis kisah jalan-jalan bareng keluarga di blog dengan niche travel, namun bingung bagaimana memulainya. Sampai suatu hari saya mendapat informasi kalau Depok Menulis akan mengadakan workshop “Yuk, Jadi Travel Blogger!” dan saya memutuskan ikut supaya tahu bagaimana travel blogging itu.

Bagaimana cara memulai jadi travel blogger?

Workshop “Yuk, Jadi Travel Blogging” yang berlangsung pada 5 Februari lalu di Tranz Eat Depok ini dimentori oleh Donna Imelda. Donna Imelda adalah seorang travel writer dan blogger sekaligus co founder Indonesia Corners (ID Corners). For your information, ID Corners adalah jaringan travel blog Indonesia yang memiliki misi untuk memberikan informasi tentang wisata alam dan budaya Indonesia.

Milikilah minimal tiga hobi!” kata Donna Imelda saat mengawali materinya. Alasannya, hobi pertama untuk kita mencari pendapatan, kedua untuk membentuk menjadi diri kita sendiri, ketiga supaya kita bisa menjadi kreatif. Kalau Donna Imelda atau yang akrab disapa Mbak Donna ini, salah satu hobinya adalah jalan-jalan alias traveling. Selain itu Mbak Donna juga senang menulis. Ternyata berkat kedua hobinya tersebut, Mbak Donna bisa sekaligus bekerja karena dibayar untuk traveling.

Lebih lanjut Mbak Donna menjelaskan tentang traveling. Menurut Mbak Donna traveling itu bagaikan sebuah sekolah kehidupan sebab dengan melakukan perjalanan tersebut kita akan banyak hal dan juga ilmu baru. Mbak Donna menyarankan kalau traveling usahakan untuk menuliskan pengalaman traveling kita, sebab itu artinya kita juga membagikan ilmu dan informasi yang bisa jadi berguna buat orang lain. 

Traveling juga enggak melulu berupa cerita tentang kita melakukan perjalanan jauh maupun liburan dengan budget besar, bisa juga pengalaman perjalanan dari tempat-tempat yang enggak jauh dari rumah. Misalkan, kalau rumahnya di Jakarta, bisa cerita jalan-jalan ke Monas atau ke Pasar Tanah Abang. Mungkin, bagi orang yang tinggal di Jakarta itu enggak penting, namun bagi mereka yang tinggal jauh dari Jakarta, informasi tersebut dibutuhkan, lho. Mbak Donna juga mengatakan bahwa setiap perjalanan itu ada takdirnya sendiri dan akan selalu menemukan caranya kalau kita benar-benar berniat mau melakukannya. Jadi, enggak perlu punya uang banyak dulu untuk melakukan traveling.

Ada beberapa cara menuliskan kisah traveling, seperti membuat catatan perjalanan atau dokumentasi perjalanan dalam bentuk buku. Bisa juga mengirimkannya ke media cetak maupun online. Bisa juga, menulis kisah traveling di blog atau yang dikenal dengan istilah travel blogging. Kalau menulis tentang traveling di blog, Mbak Donna menyarankan untuk melengkapinya dengan foto. Maka, travel blogger sebaiknya minimal mengerti dasar-dasar fotografi. Kehadiran foto-foto tersebut di blog kita juga membuat orang akan percaya kalau kita benar-benar melakukan traveling.

Travel blogging bukan menulis informasi wisata di depan meja tanpa melakukan perjalanan!” (Donna Imelda)

Melakukan travel blogging banyak sekali manfaatnya, yakni antara lain:

  • Rekam jejak: supaya bisa dibaca anak-anak kita kelak kalau orang tuanya dulu saat mereka kecil pernah traveling ke tempat wisata tertentu.
  • Berbagi informasi dan ide: untuk memberi informasi tentang suatu daerah wisata atau memberi ide bagi yang ingin melakukan traveling.
  • Menciptakan jejaring dan menjalin informasi: misalkan saat kita diundang traveling ke negara lain, lalu kita berkenalan dengan perwakilan negara lain.
  • Media promosi dan edukasi: kita bisa menulis keindahan suatu tempat di Indonesia sehingga orang lain menjadi tahu dan tertarik untuk datang juga.
  • Sumber pendapatan: ini adalah manfaat ganda dari menjadi travel blogger, menuliskan pengalamannya lalu mengirimkannya ke media.
  • Jalan-jalan gratis: bisa juga diajak jalan-jalan gratis oleh suatu brand.

Lalu, bagaimana sih syarat menjadi seorang travel blogger? Menurut Mbak Donna, syaratnya cuma dua, kok:

  • Pertama, suka melakukan perjalanan.
  • Kedua, suka menulis catatan perjalanan.

Untuk menulis catatan perjalanan, sebagai travel blogger, kita jangan khawatir kalau tulisan kita lebih jelek dari orang lain. Tulis saja dari apa yang kita ketahui selama perjalanan dan usahakan menjadi diri sendiri, tidak meniru gaya orang lain. Bisa jadi kita mungkin sama-sama bepergian ke suatu tempat bersama orang lain, namun ternyata yang kita tulis berbeda. Menulis catatan perjalanan sendiri bisa mengambil beberapa sudut pandang, antara lain dari: landscape, heritage, culture, culinary, dan human interest.

Kalau sudah memenuhi kedua syarat menjadi travel blogger, yuk, segera memulai jadi travel blogger! Langkah awal memulainya cukup mudah, yakni:

  • Melangkahkan kaki keluar rumah, tidak harus jauh-jauh dan tidak harus membutuhkan biaya besar.
  • Berlatih memotret dan berbicara atau wawancara. Wawancara ini penting supaya kalau bepergian kita bisa mendapatkan informasi terutama yang tidak ada di literatur manapun.
  • Mulai membuat catatan kecil, jadi segera mencatat jika ada informasi yang enggak sengaja kita temukan dalam perjalanan.
  • Posting di media sosial. Tujuannya bukan buat pamer sih, ya? Tapi, lebih untuk mendokumentasikan secara cepat apa yang kita alami. Saat menulis di blog pun, untuk mengingat-ingat apa yang kita lakukan sepanjang perjalanan sebelumnya juga bisa membuka media sosial.
  • Segera posting di blog. Enggak harus yang sudah ber-domain pribadi, blog gratisan pun enggak masalah.

Namun, sebelum traveling jangan lupa untuk mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

  • Buatlah skenario tulisan untuk dijadikan outline: nanti kita mau menulis tentang apa saja dari perjalanan kita/ lokasi yang kita datangi.
  • Lakukan riset: mencari informasi sebanyak mungkin tentang tempat yang akan kita kunjungi, jika sudah tahu kondisi tempat kita bisa mempersiapkan diri dengan kondisi tersebut. Misalkan kita mau ke gunung X, di sana terkenal dingin, maka dari rumah kita sudah siapkan jaket tebal. Selain itu, melakukan riset sebelum traveling akan membuat kita dapat menentukan sudut pandang menulis kisah perjalanan nanti.
  • Buat rencana perjalanan/ itinerary: supaya perjalanan lebih terarah.
  • Mengasuransikan diri kita: terutama untuk traveling yang melakukan kegiatan adventure berisiko tinggi atau perjalanan keluar negeri.
  • Mengecek kesehatan atau konsultasi ke dokter: untuk memastikan kondisi tubuh sebelum melakukan perjalanan.

Pada saat traveling, hal-hal yang perlu kita lakukan adalah:

  • Maksimalkan semua indra, asah tajam penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa.
  • Ambil gambar/ foto sebanyak mungkin, jangan lupa kaitkan dengan angle tulisan.
  • Tak perlu menunggu perjalanan selesai baru menuliskannya. Kalau enggak sempat menulis di blog, minimal menulis di media sosial atau di note handphone.
  • Mengumpulkan sebanyak mungkin materi untuk bahan menulis. Salah satunya kita bisa melakukan wawancara, gunakan teknik 5W + 1H (what, who, when, where, why, dan how). Tujuannya supaya tulisan kita nanti lengkap sehingga dapat memenuhi syarat tulisan: informatif, unik, dan inspiratif.

Oh iya, Mbak Donna menyarankan kalau di tempat itu ada guide, sewa aja. Jangan berpikir nanti biayanya mahal atau bagaimana. Sebab dari guide kadang kita mendapatkan informasi yang enggak terduga, lho. Mbak Donna mencontohkan dulu pernah berkeliling Kota Tua Jakarta dengan memakai jasa guide cuma bayar Rp. 20.000,- saja sudah bisa meminjam sepeda berjam-jam dan dapat informasi baru tentang Kota Tua. Enggak mahal bukan, dibandingkan pengetahuan baru yang akan didapat?

Pada saat menulis perhatikan sudut pandang tulisan, kalimat pembuka, serta isi tulisan kita. Pertama, pilih sudut pandang dari kisah perjalanan atau lokasi yang kita kunjungi. Lalu, Mbak Donna menyarankan supaya kita enggak memulai artikel di blog dengan foto, sebab search engine akan lebih berat membuka blogpost yang diawali dengan foto. Awali saja dengan kalimat pembuka yang bisa membuat pembaca tertarik untuk membaca lebih lanjut. Untuk isi tulisan/ artikel usahakan supaya memiliki unsur berita berupa 5W+1H dan nilai berita. Nilai berita di sini maksudnya tulisan ini bisa memberi dampak, mengandung nilai human interest, memperkenalkan tokoh, menciptakan trend, dan memiliki keunikan.

Traveling dibayar? Kenapa enggak?

Ternyata, mudah bukan menjadi travel blogger? Asal bisa melakukan perjalanan dan bisa menuliskannya, maka kita sudah menjadi travel blogger. Kalau sudah menjadi travel blogger, selanjutnya ngapain? Mbak Donna mengatakan:

Tell the story, get paid, and traveling for free!”

Wah, siapa yang enggak mau kalau dibayar untuk menulis dan melakukan perjalanan gratis, bukan? Tapi, bagaimana caranya? Mbak Donna memberikan beberapa langkah:

  • Hunting dan gali informasi melalui komunitas-komunitas traveler atau travel blogger.
  • Optimalkan penggunaan sosial media. Sering-sering sharing tentang cerita traveling kita di media sosial.
  • Rajin-rajin melakukan networking/ membuat jejaring pribadi yang luas. Buat kartu nama dan jangan eman-eman membagikan kartu nama ke semua orang yang ditemui.
  • Mengirim penawaran. Kita bisa kok mengirim penawaran kepada suatu brand, asalkan kita juga memiliki penawaran yang jelas mau memberikan apa buat brand tersebut.
  • Ciptakan personal branding yang baik, lama-lama penawaran tersebut akan datang sendiri menghampiri kita.

Langkah selanjutnya, jika nanti sudah terbiasa travel blogging kita juga bisa melakukan hal-hal yang lebih luas lagi. Misalnya, mengirim tulisan tentang traveling ke media, bisa juga menjadi freelancer atau kontributor tetap di media yang punya rubrik traveling, bisa menjadi staff media bisnis travel, bahkan bisa membuat bisnis travel sendiri, bahkan bisa menulis buku dan menjadi pembicara tentang travelling.

Kalau kita mau menjadi travel blogger yang profesional dan sesukses itu, maka saran Mbak Donna harus selalu konsisten buat update blog. Kemudian ciptakan personal branding yang baik. Jangan lupa untuk selalu memperhatikan kualitas tulisan, dan always be yourself! Terakhir, Mbak Donna mengingatkan:

Writing is fun, just do it!” (Donna Imelda).

Pada kesempatan tersebut, Mbak Donna juga sharing mengenai bagaimana dirinya bisa menjadi travel blogger profesional seperti sekarang. Lalu, sambil menikmati roti coklat dan es teh dari Tranz Eat, Mbak Donna mengajak peserta berlatih menulis kalimat pembuka untuk suatu artikel perjalanan. Setelah itu, Mbak Donna memberikan penilaian serta kritik dan saran untuk tulisan-tulisan tersebut. Mereka yang membuat tulisan terbaik mendapatkan voucher makan dari Tranz Eat. Alhamdulillah, saya juga beruntung dapat voucher, namun dari live twitter, hehehe. Jadi makin semangat buat jadi travel blogger. Doian, bisa konsisten untuk sering-sering traveling dan update blog ini, ya, teman-teman? Kalau, teman-teman bagaimana, ada yang ingin memulai jadi travel blogger, juga? Yuk-yuk, barengan jadi travel blogger (profesional)! 😀

Depok, 10 Februari 2017

April Hamsa

Categorized in:

Tagged in: