Foto dulu sebelum makan.” Sepertinya fenomena semacam itu sudah menjadi hal biasa di zaman now ya teman-teman? Saat sedang berada di restoran, seseorang memotret makanan yang dipesannya, kemudian mengunggahnya ke media sosial. Hobi memotret makanan seperti itu biasa disebut sebagai food photography.

Meski terlihat mudah, tinggal foto makanan aja, namun sebenarnya food photography itu juga ada tekniknya lho, teman-teman. Jadi, enggak asal jepret gitu aja, melainkan bagaimana supaya makanan atau minuman yang kita foto itu bisa membuat orang-orang tertarik mencicipinya.

Ngobrolin soal food photography, kali ini saya mau sharing ilmu memotret makanan dan minuman yang saya dapat di acara iLOTTEHangout tanggal 8 Agustus lalu ya teman-teman. For your information, iLOTTEHangout adalah acara rutin yang digelar oleh iLOTTE, sebuah e-commerce atau mall online di Indonesia.

ILOTTE ini merupakan mall in mall, jadi sellernya bukan personal, melainkan branded original. Ada jaminan seratus persen original,” kata Vice President Director iLOTTE Bapak Steven Calvin, ketika menjelaskan iLOTTE sebelum workshop fotografi makanan dimulai.

Vice President Director iLOTTE Bapak Steven Calvin.

FYI, iLOTTEHangout biasanya melibatkan komunitas-komunitas serta berbagai brand yang mensupport acara tersebut. Tema acaranya pun bermacam-macam. Nah, kalau iLOTTEHangout yang saya hadiri kemarin temanya adalah tentang food photography. Acara yang berlangsung di Grom, Lotte Shopping Avenue, Karet, Jakarta Selatan tersebut bertajuk “Delicioushot with Grom, Supported by Sigma”. Karena lokasinya di Grom, maka yang jadi subyek foto hari itu adalah gelato-nya Grom.

Sekilas tentang Grom

Oh iya, mungkin ada di antara teman-teman yang belum tahu tentang Grom. Grom adalah tempat makan gelato bercita rasa Italia. Dalam Bahasa Italia, gelato itu sebenarnya memiliki arti es krim. Namun, dalam perjalanannya, gelato berkembang menjadi suatu istilah kuliner sendiri. Apalagi, rasa es krim dan gelato itu sangat berbeda.

Apakah perbedaan antara es krim dengan gelato? Kalau es krim tektsurnya agak lembek dan punya rasa gula dan krim yang kuat. Sedangkan, gelato teksturnya lebih padat, namun lebih mudah mencair. Gelato yang terbuat dari bahan dasar susu sangat kuat rasa susunya.

Grom telah memproduksi gelato sejak Mei 2003. Mulanya hanya ada satu gerai Grom di Turin, Italia. Namun, kini, Grom telah ada di beberapa negara seperti Amerika Serikat (Hollywood, Malibu, New York), Perancis (Paris), Jepang (Osaka), Abu Dhabi (Dubai), Indonesia (Jakarta), dan rencananya akan segera buka di Hongkong.

General Manger Grom Indonesia Bapak Rafi Turangan.

Grom punya tagline il gelato come una volta yang artinya gelato yang seharusnya. Founder Grom yakni Frederico Grom dan Guido Martinetti yang orang Italia, pada tahun dua ribuan, merasa prihatin dengan budaya makan gelato sebagai makanan penutup yang makin ditinggalkan. Gelato merupakan makanan penutup yang biasa dimakan oleh orang Italia. Ibu-ibu di sana banyak yang memetik buah-buahan seperti strawberry dari kebun sendiri, kemudian membuat gelato. Mereka membuat sendiri gelatonya. Belakangan, tradisi itu mulai banyak yang meninggalkannya. Mereka makan es krim dengan pakai pewarna, perasa, maupun pengawet. Nah, dari sanalah ide dasar Grom dibuat,” kata General Manger Grom Indonesia Bapak Rafi Turangan saat acara berlangsung.

Bapak Rafi Turangan juga menyebutkan beberapa keunggulan Grom, yakni antara lain:

  • 70% bahan baku untuk rasa gelato Grom berasal dari kebun Grom sendiri, namanya Mura Mura, yang terletak di Italia. Tujuannya untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan Grom berkualitas baik.
  • Selain berdagang, Grom juga berusaha bertanggungjawab pada lingkungan. Semua cup, sendok, kemasan untuk gelato Grom menggunakan bahan biodegradable yang mudah hancur, mudah terurai
  • Grom memiliki layanan “Grom to Home” dimana kita bisa order gelato Grom supaya diantar ke rumah. Selain itu, Grom juga menerima pesanan catering untuk pernikahan, ulang tahun, acara kantor, dll.

Well, sekarang udah tahu tentang Grom kan? Kapan-kapan mampir deh ke Grom di Lotte Shopping Avenue dan cobain sendiri gelato-nya 😀 . Nah, sekarang, seperti janji saya sebelumnya, saya mau sharing soal materi workshop fotografi makanan yang saya dapat kemarin yaaa…

Workshop food photography Delicioushot with Grom, Supported by Sigma”

Mentor yang mengajari food photography siang itu adalah Mas Antonius Adi Subroto (Mas Anton). Mas Adi adalah seorang Food Photographer and Associated Kencan Rasa (Instagram: @kencanrasa). FYI, Kencan Rasa adalah komunitas dimana kita bisa saling sharing ilmu-ilmu fotografi.

Mentor workshop fotografer hari itu Mas Anton.

Oh iya, teman-teman, sebelum Mas Anton memulai materinya, ada Mas Nugi (seorang fotografer juga, namun kayaknya lebih ke fashion photographer gitu) yang sharing tentang gear fotografi dari Sigma Indonesia (Sigma). Sigma ini merk/ brand alat-alat yang dibutuhkan untuk fotografi ya teman-teman, seperti kamera, lensa, tripod kamera, lampu, dll.

Saya memilih Sigma karena dia memiliki karakter yang saya mau. Sebagai fashion photographer saya biasanya butuh lensa yang bisa menonjolkan warna. Sigma ini punya karakter yang saya inginkan,” kata Mas Nugi.

Brand Ambassador Sigma Indonesia Mas Nugi.

Dalam kesempatan itu, Mas Nugi juga mempersilahkan peserta workshop mencoba lensa atau gear Sigma yang lain. Syaratnya cuma menunjukkan KTP asli. Mas Nugi juga menginformasikan kalau kita membeli gear Sigma di iLOTTE maka kita akan dapat diskon sebesar 5%. Promo tersebut berlaku sampai tanggal 15 Agustus nanti. Cus gih yang butuh gear fotografi baru, mumpung diskon 😀 .

Tentang materi workshop-nya, Mas Anton memulai dengan bertanya kepada peserta apa yang kami ketahui tentang food photography. Mas Anton mengatakan bahwa food photography itu sebenarnya istilah yang masih luas. Sementara, selama ini, sebenarnya kita lebih mengenal dua macam style dalam food photography.

Dua macam style yang umum kita kenal tuh sebenarnya disebut Food Still dan Food Style. Apa beda keduanya? Bedanya adalah:

  • Food Still: Hanya foto subjeknya aja, makanan atau minuman saja.
  • Food Style: Selain foto makanan atau minuman, juga ada penambahan talent (orang, tangan pegang sendok, dll) dan ada interaksi.

Sudah paham bedanya ya teman-teman?

Lalu, Mas Anton menjelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam foto. Apa saja sih yang harus kita perhatikan kalau mau memotret makanan?

Pemilihan subjek
  • Bentuknya seperti apa? Apakah segitiga, bulat, persegi, atau trapesium?
  • Warna subjeknya terang atau gelap?
  • Teksturnya kasar atau halus?
  • Benda padat atau cair?
  • Subjek itu memantulkan cahaya atau malah bisa meredam cahaya?

Hal tersebut perlu kita perhatikan karena berguna untuk menampilkan kekuatan subjek dalam foto kita.

Pencahayaan

Teman-teman biasa pakai pencahayaan alami atau buatan? Trus, sumber cahayanya berasal dari satu sumber aja atau dua sumber? Trus, Mas Anton juga menjelaskan bahwa pencahayaan itu enggak melulu cahaya harus dari samping dan kita di depan subjek, teman-teman, namun bisa juga kita memotret dengan pencahayaan dari depan atau samping atau belakang atau atas.

Pencahayaan juga bisa dilakukan langsung atau memanfaatkan pantulan saja. Selain itu, kita bisa memilih pencahayaan yang lembut (lebih redup) atau keras.

Angle (sudut pengambilan gambar)

Ada beberapa angle yang sudah kita kenal ya, yakni top angle (dari atas), 45 derajat (kamera miring 45 derajat), dan eye level (subjek sejajar mata/ kamera kita).

Komposisi

Komposisi ini adalah layout atau penataan subjek dan properti lainnya yang akan kita tampilkan di hasil foto kita. Komposisi ini sangat penting perannya untuk mebuat orang tertarik melihat foto kita.

Fotografi itu kayak orang yang memasak, memadukan beberapa bahan sehingga menciptakan hal yang bisa dinikmati orang,” kata Mas Anton.

Mas Anton kemudian memberi tips mengatur komposisi, sebagai berikut:

  • Kalau subjeknya panas atau dingin ya cepetan difoto. Seperti gelato, itu kan dingin, lekas mencair, maka kudu cepet-cepet difoto. Tentukan timing yang pas. Atur properti yang lain dulu, setelah siap foto, baru taruh gelato-nya.
  • Lalu untuk menentukan komposisi, tentukan mana yang porsinya besar untuk diperlihatkan dan mana yang cuma sedikit aja.

Setelah memberikan teori, Mas Anton kemudian mengajak para peserta workshop untuk praktik memotret langsung. Pertama kami mempraktikkan Food Still, yakni memotret gelato Grom aja. Mas Anton menjelaskan beberapa perbedaan hasil foto apabila diambil dengan pencahayaan lembut atau keras. Kalau menurut saya sih gambar lebih hidup pakai cahaya yang lembut teman-teman.

Pencahayaan yang bagus sangat mempengaruhi hasil foto.

Waktu itu sumber cahaya yang dipakai adalah lampu pinjaman dari Sigma. Untuk pencahayaan lembut, lampu yang dari Sigma sebenarnya bisa diatur-atur sih mau cahaya sekeras/ selembut apa, namun, Mas Anton punya tips yakni menutup lampu pakai kertas putih, sehingga cahaya jadi jauh lebih soft.

Selesai praktik Food Still, lalu peserta diajak praktik Food Style. Kali ini memakai talent. Cuma sayang, karena talent-nya cuma satu jadi agak kurang nyaman fotonya, berebutan posisi dengan peserta yang lain, hehe.

Akhirnya, saya memilih praktik memotret gelato Grom saya sendiri, baik Food Still maupun Food Style. Food Style-nya “meminjam” sesama peserta, Mbak Anita Maya sebagai talent. Berikut adalah hasil-hasil foto saya:


Food Still.

Food Style.

Masih belum puas siiihhh… Soalnya belum sebagus yang ada di akun-akun Instagram foodgrammer 😛 .

Menurut Mas Anton, biasanya seseorang akan peka terhadap hasil foto yang bagus apabila sudah melalui banyak percobaan. Enggak bisa sekali belajar, trus tiba-tiba jadi bagus.

Jadi, kalau kita mau foto makanan kita bagus ya kudu sering-sering latihan. Begitchuuu…. Jelas kaaaan?:D

Semoga informasi tentang materi wokshop di acara iLOTTE Hangout ini berguna ya teman-teman, khususnya buat yang suka memotret makanan sebelum disantap, hehehe 😀 .

April Hamsa