Semua orang suka video!”

Begitu kata travel writer dan videographer Teguh Sudarisman, ketika mengawali materi workshop Smartphone Videography yang diselenggarakan pada 1 April lalu. Workshop Smartphone Videography yang mengambil tempat di Akademi Bambu Nusantara BSD City itu merupakan kelas khusus untuk pemula. Saya salah satu newbie yang mengikuti workshop itu. Tujuannya, ya, apalagi kalau bukan supaya bisa membuat video yang bagus? Hehehe.

Ketertarikan saya mengikuti workshop semacam ini, sebenarnya sudah ada sejak dulu. Namun, semakin kuat ketika pada suatu waktu saya diundang sebagai blogger untuk mengikuti event sekaligus staycation di suatu hotel berbintang di Jakarta. Saat itu, banyak rekan-rekan blogger tampak sibuk membuat dokumentasi video. Ah, saya jadi malu, karena enggak bisa total seperti mereka dalam mengabadikan momen. Sejak saat itu, akhirnya saya mulai tekun belajar sendiri tentang video.

Namun, belajar secara otodidak juga ada kelemahannya. Misalnya, saya masih meraba-raba tentang trik-trik jitu supaya bisa menghasilkan gambar yang bagus. Juga, saya enggak tahu alat-alat apa sih yang bisa saya manfaatkan untuk membuat video tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. Semua hal yang belum saya ketahui saat belajar membuat video sendiri itu, bisa saya ketahui dengan mengikuti workshop semacam ini.

Perkembangan video dari tahun ke tahun

Sebelum masuk ke materi inti, Teguh Sudarisman menjelaskan terlebih dahulu mengapa orang lebih suka menonton video. Menurut Teguh Sudarisman, sebagian besar orang tidak betah apabila membaca tulisan berlama-lama, terutama buku, sebab halaman buku itu monoton. Sebaliknya, banyak yang betah menonton video karena pergantian frame-nya berlangsung tiap beberapa detik.

Teguh Sudarisman memberikan materi membuat video dengan smartphone.

Lalu, Teguh Sudarisman juga memberikan informasi mengenai perkembangan video dari tahun ke tahun, trend video di tahun 2017, serta prediksi video di tahun-tahun mendatang. Menurut penulis buku Travel Writer Diaries ini, tahun 2012-2014 sudah mulai booming orang menonton video lewat perangkat mobile. Kemudian pada tahun 2016-an, sekitar 50% orang pengguna perangkat mobile menonton video lewat perangkatnya itu.

Tahun 2016, media-media sosial seperti Facebook dan Periscope memberikan fasilitas video live stream yang realtime storytelling. Hal tersebut membuat pengguna Facebook yang memposting video meningkat sebanyak 3,6 kali lipat dibandingkan pada tahun sebelumnya. Facebook memiliki lebih dari 3 milyar video view per hari.

Begitu pula dengan YouTube, situs ini kini menjadi situs ketiga terbanyak yang dikunjungi orang setelah Google dan Facebook. Sebab, makin banyak orang mengunggah dan menonton video dengan memanfaatkan situs tersebut. Setiap menit, tercatat ada 48 jam durasi video diunggah ke YouTube.

Sedangkan untuk tahun 2017 sekarang ini, sebagaimana yang kita ketahui, media sosial seperti Facebook, Twitter, bahkan Instagram menyediakan fasilitas live video. Penggunaan video untuk menjual produk pun makin meningkat. Pernah kan, beli barang, misalnya handphone gitu, lalu kita melihat tutorialnya di YouTube? Sekarang ini, orang cenderung lebih suka melihat cara kerja suatu produk di YouTube, ketimbang membaca manualnya atau bertanya langsung ke penjualnya.

Generasi Z (13-24 tahun) jaman sekarang juga makin banyak yang menggilai apps dan visual content (video). Itu sebabnya mereka sangat menyukai bermain Instagram dan Snapchat. Saat ini Snapchat memiliki 10 miliar video view per hari. Prediksinya, tahun 2018 69% trafik internet akan berupa video. Bahkan, 2019 nanti diperkirakan bisa mencapai sekitar 80%.

Langkah-langkah membuat video dengan smartphone

Teguh Sudarisman memaparkan bahwa ada 10 langkah-langkah untuk membuat video:

Pertama, tanya kepada diri kita sendiri, apa kita perlu bikin video? Kalau pandangan saya sebagai blogger, sih, ya perlu. Sebab, jika blogger melengkapi artikelnya dengan video, maka akan membuat pembaca blog-nya betah berlama-lama berkunjung ke blog.

Kedua, jangan lupa menyiapkan alat-alat/ perangkat keras untuk shooting maupun editing video. Untuk membuat video dengan smartphone, perangkat yang mesti kita punya antara lain:

  • Smartphone.
  • Holder Tripod atau Monopod (usahakan yang memiliki remote control, supaya mempermudah pengambilan gambar).
  • Michrophone tambahan untuk menghasilkan suara yang lebih berkualitas.
  • LED Video Lighting untuk pencahayaan yang lebih bagus.
  • Handheld Stabilizer supaya hasil rekaman lebih halus dan tidak goyang.

Peralatan untuk membuat video dengan smartphone. Sumber: materi presentasi dari workshop.

Manfaatkan pula alat-alat di sekitar kita seperti voice recorder, lakban, laptop, bahkan mungkin egg timer di rumah untuk shooting video. Pada saat workshop, Teguh Sudarisman memberikan beberapa tips, seperti menyambung monopod dengan stabilizer dengan lakban supaya bisa mengambil gambar dari ketinggian dengan stabil.

Juga, tips memakai egg timer yang telah dimodifikasi sedemikian rupa ke tukang bubut, lalu disambungkan ke tripod/ monopod. Tujuan penggunaan egg timer ini supaya bisa mengambil gambar time lapse yang bisa berotasi 360 derajat. Hahaha, itu tips yang mungkin enggak bisa saya dapatkan kalau belajar sendiri.

Teguh Sudarisman memberikan tips memanfaatkan beberapa alat di rumah untuk membuat video.

Oh ya, jangan lupa pula untuk mengumpulkan bahan pendukung. Misalnya seperti suara latar, seperti musik atau backsound lainnya seperti suara alam, suara burung berkicau, suara klakson, dll. Suara latar tersebut bisa kita unduh gratis di beberapa situs, seperti YouTube, FreeMusicArchieve.org, FreeSoundtrackMusic.com, dsb.

Ketiga, siapkan juga perangkat lunak/ aplikasi untuk shooting maupun editing video. Biasanya kalau pakai smartphone sudah ada aplikasi kamera bawaan, namun kalau perlu kita bisa mengunduh aplikasi lain buat shooting video. Misalnya kalau di Android ada Cinema FV-5 atau Lapse It. Sedangkan iOS bisa mengunduh Pause Video.

Begitu pula dengan aplikasi untuk editing video. Pengguna Android disarankan mengunduh aplikasi seperti: Filmora Go, Power Director, Viva Movie, Magisto, dll. Sedangkan untuk iOS seperti iMovie dan Splice. Pada workshop kemarin, sih, karena rata-rata adalah pengguna Android maka sesuai saran pematerinya, peserta banyak yang menggunakan Power Director.

Keempat, pelajari cara kerja perangkat keras dan lunak tersebut. Kalau sudah punya semua tentu saja harus bisa menjalankannya donk, ya? Hehehe.

Kelima, pelajari konsep dan teknik shooting atau pengambilan gambar. Seperti jarak alat shooting dengan obyek atau memakai angle yang tepat seperti apa.

Keenam, rencanakan liputan. Sebaiknya liputan kita rencanakan dengan matang supaya hasilnya pun lebih bagus. Perencanaan itu meliputi: mempelajari subjek yang akan diliput, menentukan setting seperti lokasi, melibatkan aktor/ artis atau tidak, membuat skenario, dll.

Ketujuh, melakukan pengambilan gambar (shooting). Jangan lupa menyiapkan memori penyimpanan gambar yang besar, bila perlu kosongkan memori di smartphone.

Kedelapan, melakukan editing. Memanfaatkan aplikasi editing di smartphone. Pada kesempatan itu, Teguh Sudarisman mengajari peserta workshop tentang step by step editing video menggunakan Power Director.

Aplikasi Power Director.

Power Director dipilih sebab memiliki beberapa kelebihan seperti: harganya hanya Rp. 80.000,- sekali beli, bisa meng-handle dan menghasilkan video dengan format 4K, tampilan seperti editing di desktop, serta punya fasilitas editing yang lumayan lengkap.

Kesembilan, upload ke YouTube atau channel video lain.

Sepuluh, sharing dan promosikan video kita. Supaya banyak ditonton orang bahkan menghasilkan uang.

Tujuan dari workshop ini supaya kita bisa membuat video lalu mengunggahnya di medsos dan juga bisa dikirim ke televisi seperti Net supaya dapat uang,” kata Teguh Sudarisman.

Teguh Sudarisman juga mengatakan bahwa biasanya, video yang diminati oleh banyak orang adalah video yang mengandung unsur: informasi seperti how to, berita, dan hiburan. Jadi, kalau kita bisa memiliki banyak koleksi video semacam itu dijamin banyak orang yang akan menonton video kita.

Praktek shooting dan editing video

Setelah menyimak materi, selanjutnya Teguh Sudarisman mengajak peserta workshop untuk langsung praktek membuat video. Temanya tak jauh-jauh dari lokasi workshop, yakni Akademi Bambu Nusantara. Peserta yang sudah mendapatkan teori shooting dan editing video pun segera mengambil spot masing-masing untuk mengambil gambar.

Teguh Sudarisman memberi tips untuk satu clip video, sebaiknya di-shoot sekitar kurang lebih 10 detik. Dari situ saya jadi tahu, ternyata untuk membuat satu video yang utuh, harus mengambil dan menggabungkan beberapa clip video. Bahkan meski videonya, enggak nyampe satu menit, sebenarnya itu berasal dari puluhan clip video.

Saya pun mengambil banyak clip video untuk video saya. Alhasil saat mengedit, saya memilih sekitar 20-an clip dan dua foto untuk digabung menjadi satu video. Hasilnya berupa video berdurasi “hanya” 43 detik. Sengaja agak saya percepat waktunya, supaya bisa lebih mudah di-upload di Instagram.

Hasilnya seperti ini:

Masih berantakan hasilnya, tapi pede ajah upload-nya wes, hehehe.

Dari workshop membuat video dengan smartphone itu saya mengambil kesimpulan:

  • Membuat video itu mudah, namun perlu skill dan peralatan pendukung.
  • Harus sering berlatih supaya terbiasa mengambil gambar dengan posisi/ angle yang tepat.
  • Harus telaten pada saat mengedit supaya hasil videonya bagus.
  • Gali inspirasi dengan mendengarkan musik, traveling, atau melihat video orang lain.
  • Jangan ragu untuk men-share atau mengirim video ke media untuk memberikan informasi kepada yang membutuhkan.

Sekilas tentang Akademi Bambu Nusantara

Sambil menyimak materi dan praktek membuat video, peserta workshop juga dimanjakan dengan cemilan tradisional dari Akademi Bambu Nusantara. Ada beberapa makanan yang direbus dan dikukus, seperti pisang kukus, ubi kukus, dan kacang rebus. Peserta workshop juga bisa mencicipi air yang dicelup dengan daun bambu. Gelasnya pun unik, sebab bahannya dari potongan bambu.

View Akademi Bambu Nusantara.

Makanan dan minuman ala Akademi Bambu Nusantara.

Awalnya, saya mengira kalau Akademi Bambu Nusantara adalah sebuah restoran. Ternyata, Akademi Bambu Nusantara ini merupakan sebuah tempat pembibitan sekaligus galeri barang-barang kerajinan tangan dari bambu. Semua perabot di sana terbuat dari bambu, baik bangku, meja, rak-rak untuk barang-barang kerajinan, dll.

Akademi Bambu Nusantara ini milik pemerintah Tangerang Selatan. Semua boleh memanfaatkan tempat ini secara gratis,” kata perwakilan manajemen Akademi Bambu Nusantara Muhammad Alif.

Perwakilan manajemen Akademi Bambu Nusantara Muhammad Alif menjawab pertanyaan peserta workshop seputar pembibitan bambu dan galeri.

Muhammad Alif juga menjelaskan tujuan dibentuknya Akademi Bambu Nusantara ini adalah untuk mewadahi profesi arsitek yang tertarik mendesain bangunan dengan bahan bambu dan juga untuk masyakarat umum supaya tertarik melestarikan bambu agar tidak punah. Masyarakat umum boleh belajar tentang variasi bambu nusantara dan juga belajar cara membibitkannya di tempat tersebut.

Masih sederetan dengan aula utama Akademi Bambu Nusantara, ada beberapa warung makan. Peserta workshop bisa memesan makanan dari sana. Harganya cukup miring. Seporsi ayam panggang cuma dibandrol seharga Rp. 14.000,- saja. Jadi, pada hari itu, peserta workshop dapat dua ilmu sekaligus. Ilmu bikin  video dan mengenal variasi bambu-bambu yang ada di nusantara 😀 .

Peserta workshop berfoto bersama. Credit photo: Teguh Sudarisman.

April Hamsa

Categorized in: