Metode montessori. Saya pertama kali mengenal metode pendidikan yang dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori ini dari playdate-playdate kelompok homeschooling yang saya ikuti. Jadi, ceritanya, anak pertama saya Maxy (5,5 yo) waktu itu sempat mogok sekolah (Taman Kanak-kanak). Kemudian, tahun berikutnya, saya memutuskan Maxy off dulu sekolahnya. Yaaa, mungkin waktu itu kecepeten masuknya.

Saat Maxy enggak bersekolah, akhirnya Maxy belajar sendiri dengan saya. Hal-hal standar aja sih. Seperti mengenal angka, huruf, menggambar, mewarnai, dll. Kemudian, seorang teman memperkenalkan saya dengan kelompok homeschooling. Saya pun beberapa kali join playdate bersama kelompok itu. Dari sanalah, saya kemudian mengenal tentang metode Montessori.

Dulu saya kira Montessori hanya sebatas alat-alat permainan seperti ini.

Supaya seperti mommies zaman now yang senantiasa up to date, saya juga membeli buku-buku tentang Montessori dan belajar otodidak tentang metode ini. Alhamdulillah, Maxy dan tentu saja adiknya Dema, kedua “murid” saya itu, happy jika saya mengajari mereka tentang segala hal, dengan menggunakan metode Montessori ini.

Namuuun, kayaknya saya keliru deh memahami tentang metode Montessori ini sebelumnya, xixixi. Pengakuan bersalah nih, ceritanya 😛 . Pemahaman awal saya tentang Montessori ini mulanya hanya berhubungan dengan mainan-mainan anak, jadi kadang kalau ngemall atau online marketplace walking gitu, saya jadi suka ngumpulin mainan edukasi buat anak-anak 😀 😛 .

Belajar tentang metode Montessori dari Montessori Haus Asia

Untungnya, sebelum saya kalap membeli semua mainan-mainan anak itu (#tutupmuka), saya keburu mendapat pencerahan tentang metode Montessori dari www.montessorihausasia.com . Alhamdulillah yaaa, xixixi.

Bahkan, saya mendapatkan penjelasan langsung dari pakarnya Montessori, yakni dari founder Montessori Haus Asia Singapore Mr. Allan Ang (Mr. Allan) dan pendiri PT Montessori Haus Asia Indonesia Miss Rosalynn. Saya bertemu dengan keduanya dalam acara momblogger gathering sekaligus belajar bareng tentang Montessori yang diinisiasi oleh komunitas MomBlogger Community (MBC) pada tanggal 22 Juli lalu di Multivision Tower Kuningan. Tema acara belajar Montessori siang itu adalah “Nurture the Nature”.

Sekadar informasi tentang Montessori Haus Asia ya teman-teman, jadi Montessori Haus Asia ini pertama kali didirikan oleh Mr Allan di Singapura. Pada waktu itu Mr Allan ingin membuat dan mengadvokasi lingkungan belajar yang akrab dengan metode Montessori. Menurut Mr. Allan, masyarakat kebanyakan juga memahami Montessori itu sebagaimana pemahaman saya sebelumnya. Metode Montessori itu mahal, hanya untuk anak-anak orang mampu, dll.

Mr. Allan ingin Montessori bisa diterapkan buat siapa saja, sebagaimana keinginan Maria Montessori penemunya.

Nah, Mr. Allan kemudian berusaha untuk mengedukasi masyarakat dengan cara membuat metode Montessori ini menjadi lebih sederhana lagi dan terjangkau untuk semua pendidik dan orang tua. Namun, tentu saja tetap berkualitas. Mr. Allan menyebutnya sebagai “Montessori Made Simple” dan “Montessori for Everyone”.

Mr. Allan menginginkan para pendidik dan orangtua tertarik menerapkan metode Montessori ini baik di sekolah, maupun di rumah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Montessori Haus Asia beberapa kali mengadakan program pelatihan guru Montessori. Harapannya, para pendidik dan orangtua bisa mempraktekkan langsung ke si anak.

Kemudian, pada tahun 2017, Montessori Haus Asia hadir di Indonesia. Montessori Haus Asia menjadi salah satu Jakarta Montessori. Mrs. Rosalynn lah yang menjadi pendirinya. Mrs. Rosalynn dan timnya di Montessori Haus Asia Indonesia memiliki rencana ekspansi yang seluas mungkin, menyebarkan metode Montessori ini di Indonesia. Berkat kegigihannya, alhasil dalam kurun waktu cuma sekitar 4 bulan, Montessori Haus Asia Indonesia sudah punya tiga pusat pelatihan dan memiliki banyak kemitraan di seluruh Indonesia.

Mengenal konsep Montessori yang sesungguhnya

Siang itu, sebelum memulai materinya, Mr. Alan bertanya kepada para mombloggers yang hadir mengenai, “Apa sih yang ada di dalam pikiran mama-mama semua mengenai Montessori itu?” Kemudian satu persatu jawaban muncul, seperti Montessori itu erat dengan permainan anak, Montessori itu menuntut keaktifan anak, metode belajar yang menyenangkan buat anak-anak, dll.

Mr. Allan menjelaskan tentang konsep Montessori.

Enggak ada jawaban yang keliru sih, kalau kata Mr. Allan. Semua yang disebut itu emang erat kaitannya dengan metode Montessori. Namun, kemudian Mr. Allan menjelaskan lagi, bahwa metode Montessori itu sebenarnya terdiri dari tiga konsep penting, yakni:

Semua benda di lingkungan sekitar anak punya nama

Anak-anak perlu diberi pemahaman bahwa semua yang ada di sekitar mereka punya nama. Diri mereka sendiri punya nama. Benda-benda yang dipakai oleh anak juga punya nama.

Semua hal/ benda yang berada di lingkungan sekitar anak punya fungsi/ manfaat

Anak-anak juga harus diberi pengertian bahwa enggak ada sesuatu yang diciptakan sia-sia. Semua hal yang ada di lingkungan/ sekitar mereka pasti memiliki kegunaan.

Semua hal di sekitar anak punya tempat masing-masing

Anak-anak perlu diberitahu bahwa semua benda yang ada di lingkungannya memiliki tempat masing-masing.

Apabila anak-anak telah memahami tentang ketiga konsep mengenai segala hal yang berada di lingkungannya tersebut, maka menurut Mr. Allan anak akan mudah menyerap hal-hal lain yang diajarkan oleh orang tua maupun guru/ pendidiknya. Mr. Allan juga mengatakan bahwa metode Montessori, sebenarnya merupakan metode belajar yang memanfatkan apa saja yang berada di lingkungan sekitar anak. Jadi, kalau mau melakukan Montessori bersama anak atau Montessori di rumah ya kita bisa mengambil materi dari apa saja hal/ benda yang ada di sekitar anak.

Mr. Allan juga mengatakan bahwa metode Montessori sangat baik untuk diterapkan sebagai metode belajar anak sehari-hari. Sebab, Montessori memungkinkan anak untuk:

Belajar mandiri/ independen

Anak “dituntut” aktif, melakukan segala sesuatunya sendiri. Mr. Allan kemudian memberi contoh pepatah Cina yang berbunyi, “You teach child to fish, don’t fish for child!” Orangtua emang harus sadar bahwa anak kecil itu sebenarnya punya kemampuan yang di luar ekspetasi kita, mereka sebenarnya mampu melakukan banyak hal, namun kadang orangtua membatasinya.

Anak belajar hal-hal yang nyata, bukan yang abstrak

Dengan metode Montessori, anak diajarkan tentang hal-hal/ konsep yang nyata, bukan sekadar teori. Sehingga, anak bisa mempraktekkan langsung, bukan hanya saat si anak belajar, namun langsung praktek dalam kesehariannya.

Membuat anak bisa dekat dengan orangtua

Sebab metode Montessori ini membuat orang tua/ pendidik menganggap anak equal, punya kemampuan yang baik, dan pendapat anak sebaiknya harus didengar. Sehingga, anak pun akan jadi senang belajar. Apalagi jika belajarnya bersama orangtuanya sendiri, maka anak bisa menjadi sangat dekat dengan orangtuanya.

Anak tidak dituntut berkompetisi

Yup, biasanya yang suka berkompetisi adalah orangtua si anak, bukan anaknya. Metode Montessori memandang semua anak punya kelebihan masing-masing, setiap anak unik. Sehingga, mereka yang mungkin tidak unggul dalam suatu bidang, dianggap punya kelebihan lain. Anak pun enggak menjadi tertekan ketika belajar. Meski demikian, metode Montessori tetap mengajarkan anak tentang sportifitas dan kejujuran.

Mrs. Rosalyn saat mengajak peserta praktik belajar dengan aperture Montessori.

Setelah Mr. Allan menyampaikan materinya, gantian Mrs. Rosalynn yang mengajak mombloggers untuk praktik beberapa permainan yang menggunakan prinsip Montessori. Namun, sebelumnya, Mrs. Rosalynn menjelaskan tentang lima area penting dalam menerapkan pelajaran/ permainan dengan Montessori. Kelima area tersebut antara lain:

  • Practical Life: Anak secara aktif melakukan praktik/ belajar. Semua yang mereka pelajari berkaitan dengan apa yang mereka lakukan sehari-hari. Apa yang mereka pelajari juga bisa langsung dipraktikkan.
  • Cultural: Montessori menggunakan pendekatan budaya yang erat kaitannya dengan lingkungan di mana anak berada. Sehingga, anak lebih memahami pelajaran dari hal-hal yang sudah akrab dengannya.
  • Sensorial: Anak-anak ditekankan untuk memakai semua indranya yang berfungsi sebagai sensor.
  • Matematika: Anak-anak harus terlebih dahulu mengenal konsep angka, sebelum kemudian bisa belajar matematika. Namun, matematika juga bisa diterapkan dengan bahasa yang sederhana jika memakai metode Montessori, lho.
  • Bahasa: Mengajari anak-anak untuk memahami bahasa dan apa yang mereka ucapkan. Pada saat belajar, usahakan membedakan antara perintah dengan praktik. Supaya tidak ada dua hal yang diperhatikan anak. Jadi, kalau mengatakan sesuatu, buat anak supaya mendengar terlebih dahulu.

Dari materi yang disampaikan oleh Mr. Allan dan Mrs. Rosalynn, saya jadi lebih paham bahwa metode Montessori itu bukan sekadar teori, melainkan praktik langsung di kehidupan anak. Belajar dengan metode Montessori pun ternyata enggak butuh peralatan atau permainan mahal, namun orangtua dan anak dituntut kreatif, memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya.

Mencoba Trial Box Game Montessori

Sepulang dari acara belajar bersama Montessori Haus Asia, hari itu saya membawa pulang oleh-oleh berupa trial box berisi Game Montessori. Ketika saya buka, ternyata isinya adalah beberapa flashcard tentang belajar angka, jepitan, biji kacang hijau, kapas, dan flashcard berisi pengetahuan bagaimana kacang hijau bisa berubah jadi kecambah.

Anak-anak berebut membuka trial box Game Montessori.

Anak-anak saya pun sangat antusias membuka box tersebut dan minta diajarin gimana caranya bermain. Untuk belajar angka, benda yang dipakai adalah flash card tentang belajar angka dan jepitan. Kebetulan anak-anak sudah mengenal angka 1-9 karena biasa main puzzle angka. Sehingga, saat memainkan permainan ini, anak-anak saya arahkan untuk menghitung jumlah gambar yang ada di flashcard, kemudian yang sesuai dengan angka yang disebut dijepit.

Belajar angka dengan flashcard dan jepitan.

Sedangkan biji kacang hijau, sayang sekali, kacang hijaunya baru dipraktekkan kemarin, jadi belum tumbuh jadi kecambah. Namun, anak-anak bisa mempelajari apa yang akan terjadi pada kacang hijau tersebut dari flashcard tentang pertumbuhan biji kacang hijau jadi kecambah yang juga ada di dalam box.

Belajar tentang pertumbuhan biji kacang hijau jadi kecambah.

Praktik metode Montessori di rumah sendiri

Permainan yang ada di trial box Game Montessori membuat saya jadi berpikir, apalagi yang bisa saya buat untuk anak-anak. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di rumah, ternyata kalau mau jadi juga lho alat belajar dengan metode Montessori untuk anak-anak. Berikut contoh-contohnya:

Belajar satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan

Sebenarnya ini terinspirasi oleh apparatus matematika yang dipraktikkan Mrs. Rosalynn saat acara waktu itu. Jadi, karena anak-anak sudah mengenal angka satuan, maka saya merasa udah waktunya saya memperkenalkan mereka dengan puluhan, ratusan, ribuan.

Sementara ini anak-anak saya belum belajar menjumlahkan, hanya belajar mengenal angka yang lebih besar dari satuan.

Sebenarnya untuk anak yang lebih besar usianya dari anak-anak saya, bisa jadi bahan belajar yang menyenangkan lho. Sebab, anak akan dengan mudahnya belajar menjumlahkan dan menyebut angka-angka itu. Namun, kalau untuk anak-anak saya, sementara ini saya perkenalkan dulu dengan puluhan, ratusan, dan ribuan. Sebelum nanti, saya ajari menjumlahkannya.

Belajar tentang mana yang lebih kecil atau lebih besar

Sedangkan permainan yang satu ini, modal saya cuma gunting dan kertas lipat. Saya membuat beberapa bidang dengan bentuk yang sama, namun besarnya berbeda-beda. Permainan ini bisa membuat anak mengetahui konsep besar dan kecil.

Belajar tentang besar kecil.

Ternyata, mudah sekali mempraktekkan metode Montessori dengan alat-alat sesederhana itu di rumah kan ya? Kayaknya, semenjak acara itu saya jadi punya banyak ide membuat alat-alat belajar/ bermain untuk anak di rumah deh, hehe…

Trus, sebenarnya enggak cuma permainan-permainan saja sih, intinya. Namun, apa yang dilakukan oleh anak sehari-hari itu juga belajar. Misalnya saat anak naik ke kursi, kita bisa arahkan ke belajar tentang konsep tinggi atau rendah. Saat anak menuang air ke gelas, kita bisa jelaskan tentang konsep air yang melimpah atau air sedikit atau bahkan gelas yang kosong. Masih banyak lagi contoh lainnya yang bisa langsung kita terapkan buat anak belajar 🙂 .

Buku baru Maxy dan Dema

Oh iya, teman-teman,  kemarin, selain membawa pulang trial box dari Montessori Haus Asia, saya juga membawa pulang oleh-oleh buku cerita anak buat Maxy dan Dema, lho. Buku anak ini adalah hadiah karena saya menang lomba posting Instagram di acara tersebut.

Buku cerita anak yang saya dapat itu berjudul “Hurry Up, Birthday!” karya Paenoy Lewis dan Sarag Gill. Buku ini ditulis dalam Bahasa Inggris, sih. Maxy dan Dema belum bisa baca hihihi. Tapi, keduanya senang karena isi bukunya (baca: gambar-gambarnya) bagus dan menarik.

Secara garis besar, buku “Hurry Up, Birthday!” ini berkisah tentang seekor kelinci bernama Bouncer. Si Bouncer ini ceritanya sebentar lagi mau ulang tahun. Tapi, Si Bouncer enggak sabar pengen cepet-cepet hari ulang tahunnya tiba. Akibatnya, Bouncer jadi suka mengerjakan segala hal dengan terburu-buru. Harapannya kalau dia selesai cepat, maka hari ulang tahunnya akan segera tiba.

Ibu Si Bouncer yang melihat kelakuan anaknya, langsung mencari cara supaya Bouncer bisa lebih calm down. Kemudian Ibu Si Bouncer memberi banyak tugas kepada anaknya dengan harapan Bouncer sibuk dan merasa waktu berlalu cepat. Eh, lha kok ternyata setiap tugas yang diberi oleh ibunya malah mengingatkan Si Bouncer pada hari ulang tahunnya, hehe. Lucu ya, Si Bouncer? Well, kalau teman-teman penasaran, lanjutan ceritanya, saran saya baca bukunya sendiri yaaa….

Walah, kayaknya enggak terasa cerita saya kepanjangan yaaa, hehe. Baiklah, sebelum saya akhiri, saya mengucapkan terima kasih kepada Montessori Haus Asia atas pencerahannya mengenai metode Montessori ini. Terima kasih juga, kepada MBC dan pihak-pihak yang mensupport sehingga memungkinkan acara belajar Montessori tersebut berlangsung. Oh iya, teman-teman, fyi, pihak-pihak yang turut mensupport acara hari itu antara lain:

Interlac

Interlac adalah suplemen makanan berupa probiotik yang mempunyai khasiat memelihara kesehatan fungsi pencernaan pada bayi, anak kecil, juga orang dewasa. Suplemen ini bisa dikonsumsi ketika anak atau kita mengalami diare, konstipasi, kolik, dan masalah-masalah pencernaan lainnya.

Interlac serbuk.

Interlac tersedia dalam tiga bentuk sediaan, yakni:

  • Interlac Oral Drop 5 ml.
  • Interlac Tablet Kunyah.
  • Interlac Serbuk Probiotik.

Interlac ini memiliki keunikan yakni berbahan dasar dari bakteri Lactobasillius reuteri protectis (patennya dimiliki oleh perusahaan BioGaia) yang bisa memberi perlindungan terhadap kesehatan pencernaan manusia. Selain itu, Interlac juga mengandung sunflower oil yang bisa memberikan tambahan nutrisi buat penderita gangguan pencernaan.

Selain untuk mengatasi masalah pencernaan, Interlac ini juga memiliki fungsi meningkatkan sistem imun. Memang sih, kalau pencernaan kita/ anak baik, biasanya imunitas juga baik.

Granola (Instagram: @healthy.food.partner)

Granola itu sebenarnya merupakan bahan makanan yang terdiri dari oat, buah-buahan yang dikeringkan, kacang-kacangan, dll yang mengandung lemak sehat. Granola yang satu ini disistribusikan oleh @healthy.food.partner. Menurut saya, rasa granolanya enak, teksturnya crunchy, dan rasanya manis.

Granola dari @healthy.food.partner.

Granola ini punya manfaat banyak buat kesehatan, sehingga mereka yang diet atau sedang menjalankan gaya hidup sehat sangat disarankan mengkonsumsinya. Granola, sangat enak dicampur dengan bubur oat atau smoothies.

Ayam Gepuk Mpok Oneng (Instagram: @ayamgepukmpokoneng)

Ayam Gepuk Mpok Oneng yang recommended.

Makan siang hari itu dipersembahkan oleh Ayam Gepuk Mpok Oneng. Menurut saya, ayamnya lembut, enggak alot, trus nasinya enggak pelit 😀 . Sedangkan sambalnya pas, enggak terlalu pedas, namun juga enggak flat. Kalau teman-teman penasaran dengan rasanya, bisa langsung kepoin akun Instagramnya @ayamgepukmpokoneng yaaa..

Terima kasih semuanya…

Well, itulah teman-teman cerita saya tentang keseruan belajar metode Montessori bersama Montessori Haus Asia dan MBC.  Kalau teman-teman mau tahu informasi tentang Montessori Haus Asia, bisa langsung mengunjungi instagramnya di @montessorihausasia yaaa. Semoga informasi yang saya tulis tentang Montessori bermanfaat buat teman-teman yang ingin menerapkan metode belajar ini buat buah hatinya yaaaa… 🙂

April Hamsa