Setiap orang pasti mendambakan punya dinding rumah yang bersih dan mulus. Namun, kayaknya kok susah ya buat yang punya anak kecil di rumah untuk mewujudkannya? Hehe. Pasalnya, pasti ada aja bagian dinding yang menjadi sarana berkreasi si kecil. Entah itu dicorat-coret, ada cap tangan anak menempel, kena noda makanan, dll. Saya sendiri mengalaminya, kok. Apalagi, anak-anak saya kayaknya enggak bisa melihat dinding nganggur. Pasti mereka gatel kepengen nyoretin.

Anak-anak saya suka corat-coret dinding 😛 .

Begitulah fitrahnya anak-anak. Mereka menganggap kegiatan corat-coret dindingnya itu bukanlah aktivitas “merusak” melainkan “belajar” atau “beraktivitas seni”. Kalau sudah begitu, maka orang dewasa (baca: orang tua) harus punya kesabaran lebih, legowo, dindingnya enggak selamat dari kreativitas si kecil 😀 .

Berbicara tentang kreativitas anak, seminggu lalu, tepatnya tanggal 9 September saya berkesempatan bertemu dengan founder Indonesia Montessori atau IMC (Instagram: @indonesiamontessori) Mbak Elvina Lim Kusumo atau yang akrab dipanggil dengan nama panggilan Mom C dalam acara Nippon Spot-less Plus and Art in the Montessori Environment. Mom C ini juga aktif menulis buku bertema Montessori, lho. Kebetulan saya punya beberapa bukunya. Makanya happy banget ketika di acara tersebut bisa bertemu langsung sama Mom C. Kapan lagi kan ketemu ibu dari dua anak yang saat ini tinggal di Singapura ini? 

Horeee akhirnya bisa jumpa Mbak Elvina a.k.a Mom C.

Oh ya, ibu-ibu zaman now pasti udah enggak asing kan dengan Montessori? FYI, Montessori adalah suatu metode pendidikan yang dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori, seorang pendidik di Italia pada akhir abad ke-19. Metode Montessori ini menekankan pada memupuk keingintahuan si anak dan mendorong pembimbing/ orang tua menjadi fasilitator yang baik.

Seni dalam lingkungan Montessori

Metode Montessori bisa dipakai dalam mengembangkan bakat seni anak. Seperti yang saya singgung sebelumnya, bahwa ketika anak “mengotori” dinding, maka sebenarnya dia sedang belajar tentang seni (menggambar, mewarnai, melukis, dll). Lalu, bagaimana sebaiknya sikap kita sebagai orang tua?

Mom C ketika menjelaskan tentang seni dalam Montessori. 

Mom C mengatakan bahwa daripada kita melarang anak-anak mencoreti dinding, sebaiknya sebagai orang tua kita memfasilitasi atau bahkan mengencourage anak berkreativitas seni. Tentu saja ada beberapa tips yang diberikan oleh Mom C supaya mata kita yang orang dewasa ini, enggak sepet, melihat dinding penuh coretan tangan si kecil hehe.

Apa saja tipsnya? Mom C mengatakan bahwa sebaiknya para orang tua menyiapkan lingkungan untuk anak belajar/ beraktivitas seni, yakni meliputi:

  • Ruangan/ sudut yang kondusif untuk anak berkegiatan. Tentu saja harus tempat yang bersih.
  • Rak kegiatan yang bisa dengan mudah diakses oleh anak sendiri (sekaligus melatih kemandirian anak).
  • Anak bebas berkegiatan di meja ataupun di lantai menggunakan rug/ tray.
  • Hiasan dinding netral (lukisan anak, foto, poster dari museum).
  • Ukuran child sized, real objects. Berikan kualitas terbaik, lem, gunting sesuai ukuran tangan anak.
  • Nyaman, indah, suasana hangat, dan mengundang.
  • Sudut untuk bunga ataupun hewan piaraan.
  • Sudut untuk membaca dengan pilihan bacaan yang mengundang dan sesuai ketertarikan anak.

Dengan memberikan lingkungan yang kondusif kepada anak supaya bisa beraktivitas seni, maka anak-anak akan mendapat kesempatan mengembangkan bakat seninya.

BTW, teman-teman mau tahu tidak manfaat dan tujuan dari kegiatan seni tersebut? Ternyata menurut Mom C, manfaatnya berkegiatan sangat banyak lho. Manfaat kegiatan seni antara lain:

  • Melatih anak untuk berpikir kreatif, mendeskripsikan sesuatu, menganalisa, dan menginterpretasi sesuatu.
  • Anak-anak dapat menuangkan perasaannya tanpa kata-kata namun melalui karyanya.
  • Anak-anak akan belajar berkolaborasi.
  • Anak menemukan bahwa ada lebih dari satu jawaban yang tepat, ada berbagai persepsi.
  • Dengan seni, anak dapat berkenalan dengan kebudayaan dari seluruh dunia.
  • Anak merasa bangga dan puas akan hasil karyanya.
  • Bisa melatih motorik halus anak.

Sedangkan tujuan dari kegiatan seni itu adalah membuat anak menikmati prosesnya, bukan produk/ hasil akhirnya. Proses inilah yang akan memberikan satisfaction dan inner joy kepada anak-anak, sehingga anak menjadi lebih bahagia.

Berikan lingkungan untuk anak beraktivitas seni.

Mom C juga menyarankan supaya kita, para orang tua, membantu anak mengeluarkan ide dan inspirasi anak. Berikut adalah beberapa cara yang bisa orang tua lakukan:

  • Melihat contoh karya pelukis berprestasi. Biasanya ada di buku-buku.
  • Membawa anak mengunjungi dan berkenalan dengan pelukis di area kita.
  • Mengajak anak ke museum seni.
  • Mengenalkan berbagai istilah seni atau aliran seni.
  • Mengenalkan sejarah-sejarah tentang pelukis dan mengajak anak melukis hal-hal yang berhubungan dengan sejarah itu.

Tak lupa, Mom C mengingatkan bahwa sebaiknya orang tua memberikan apresiasi seni kepada anak, caranya bisa dengan: memuji karya anak, memajang hasil karya ataupun lukisan di area seni, dll.

Mom C mengatakan bahwa seni dalam Montessori itu merupakan kegiatan seni yang child led, dimana kita membiarkan anak berkreasi. Berikut adalah poin-poin dari kegiatan seni child led:

  • Follow the child.
  • Open-ended.
  • Berikan kesempatan kepada anak untuk “discover”.
  • Menekankan pada proses, bukan hasil.
  • Bukan sekadar bertujuan mendapat nilai baik atau utnuk dipamerkan, dibandingkan, dikritik, dll.

Oh iya, walaupun kita memberikan kesempatan anak berkegiatan seni, namun Mom C menyarankan untuk tetap memantau anak ya. Namunm tahan-tahan kalimat komentar atau koreksi yaaaa… Mom C mengatakan bahwa sebagai fasilitator, sebaiknya orang tua melakukan hal-hal berikut:

  • Batasi kata-kata saat memberi contoh suatu teknik. Tunjukkan perlahan tanpa berbicara.
  • Tell me about this!” Biarkan anak menjelaskan apa yang sedang dilakukannya.
  • Gunakan kata-kata deskriptif seperti, “Saya suka sekali bagaimana kamu memilih warna di lukisanmu.”
  • Pujian terhadap usaha bukan sekadar “good job” aja.
  • Bertanya kembali seperti, “Apa yang kamu temukan ketika kamu mulai mencampur warna?”
  • Hormati dan hargai hasil karya anak.

Nah, itulah teman-teman penjelasan mengenai seni dalam lingkungn Montessori dan beberapa tips dari Mom C mengenai bagaimana seharusnya orang tua bersikap saat anaknya memiliki ketertarikan kepada seni.

Cat tembok Nippon Spot-less Plus mendukung anak beraktivitas seni

Tadi, Mom C menyarankan orang tua menyediakan lingkungan yang kondusif untuk anak berkegiatan seni kan? Nah, salah satu caranya tuh bisa dengan menyediakan area dinding di rumah untuk dicorat-coret oleh anak-anak.

Lha, ntar kotor donk dindingnya?” Masih ada yang khawatir dindingnya kotor? Hehe. Jangan khawatir dinding kotor lagi kalau kita pakai cat dindingnya Nippon Spot-less Plus.

Nippon Spot-less Plus ini adalah cat tembok yang diluncurkan oleh Nippon Paint yang sengaja diciptakan supaya dinding rumah kita menjadi kanvas bagi kreativitas si kecil. Ibu Linda, narasumber dari Nippon Paint menjelaskan mengapa Nippon Spot-less Plus diluncurkan.

Beberapa waktu lalu di pameran terbesar mother and baby kami menyelenggarakan survei kepada orang tua, ternyata hasilnya hanya sedikit orang tua yang membersihkan dinding. Enggak sesering kita membersihkan lantai,” kata Ibu Linda.

Ibu Linda dari Nippon Paint.

Jadi, ceritanya, beberapa waktu lalu, Nippon Paint mengadakan survei kepada orang tua yang memiliki balita dan bayi. Secara garis besar, survei tersebut mengatakan bahwa anak rata-rata menghabiskan 8-20 jam per hari di dalam ruangan. Tentu saja, dalam sebuah ruangan, permukaan terbesar adalah dinding/ tembok kan?

Hasilnya begini nih:

  • 80% orang tua setuju anak mereka kontak pada dinding ketika bermain.
  • 76% orang tua mengatakan anak menopang dii di dinding ketika belajar berdiri/ berjalan.
  • 86% orang tua mengakui tidak membersihkan tembok serutin membersihkan lantai.

Selain itu, data mengejutkan lainnya adalah 88% orang tua mengabaikan dinding sebagai media transmisi penyakit. Padahal faktanya:

  • Tembok dapat sebagai transmisi bakteri seperti infeksi E-coli, MRSA, dan Staphylococcus Auerus.
  • Anak-anak berusia di bawah 5 tahun paling rentan infeksi bakteri tersebut.
  • Bakteri bertahan pada permukaan tembok dari harian hingga mingguan.

Serem bukan?

Maka, Nippon Paint kemudian menggelar kampanye Rumah Sehat dengan dukungan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan berkolaborasi dengan IMC. Kampanye Rumah Sehat punya tujuan memberdayakan orang tua untuk menyediakan rumah yang aman dan nyaman untuk mendukung tumbuh kembang anak.

Sampai akhirnya, Nippon Paint meluncurkan Nippon Spot-less Plus yang diformulasi untuk memenuhi kebutuhan di setiap tahap tumbuh kembang anak yang meliputi:

Safe Touch

Nippon Spot-less Plus punya formula Silver-Ion yang telah lulus uji anti-mikrobial dari lembaga akreditasi dari Singapura SETSCO. Formula Silver-Ion ini memungkinkan cat tembok ini mampu membasmi bakteri pada dinding. Cara kerja Silver-Ion sebagai berikut:

  • Menonaktifkan (menghancurkan bakteri).
  • Menghentikan bakteri untuk bereproduksi.
  • Menghambat metabolisme bakteri sehingga bakteri akan mati.

Sehingga, kalau misal di rumah ada balita yang sedang belajar berdiri atau berjalan, orang tua enggak perlu khawatir anak bersentuhan langsung dengan permukaan dinding.

Cat tembok Nippon Spot-less Plus yang mendukung kreativitas anak.
Creativity

Telah dilengkapi dengan Stain-Guard dimana orang tua dapat dengan mudah membersihkan noda yang ada pada dinding akibat eksplorasi dan kreativitas anak. Cara kerja Stain Guard itu sebagai berikut:

Noda alat tulis dan rumah tangga seperti krayon, tinta warna, percikan jus, saus sambal dan lain-lain jadi mudah dibersihkan. Tinggal kita bersihkan dengan spons yang dibasahi atau sikat.

Selain itu, Stain Guard juga tahan sikat. Lapisan catnya tidak akan rusak setelah 10.000 kali disikat.

Percobaan mengotori dinding. Warna hijau menggunakan cat Nippon Spot-less Plus yang mudah dibersihkan.
Clean Air

Nippon Spot-Less Plus enggak mengandung Volatile Organic Compound (VOC) sehingga anak akan terhindar dari zat berbahaya serta penyebab alergi di udara.

Menyambung penjelasan Ibu Linda tentang cat dinding yang aman untuk anak, Mom C mengatakan bahwa jika kita ingin mendidik anak maka perlu mendukung penggunaan semua indranya supaya dapat memaksimalkan pengalaman belajarnya. Salah satunya melalui indra peraba.

Salah satunya adalah melalui indra peraba, dimana anak belajar mengenal sesuatu dengan memegang benda apapun yang dia lihat. Oleh karena itu kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar sangat berpengaruh untuk perkembangan dan proses belajar sang anak. Hal ini tentunya perlu menjadi perhatian orang tua, guna menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sekaligus aman dan nyaman bagi anak dan juga seluruh anggota keluarga, dengan menciptakan dinding yangs ehat bagi anak,” kata Mom C.

Jadi, teman-teman, apabila ingin memberikan dinding yang aman dan nyaman buat anak-anak kita beraktivitas, saran saya adalah pakailah cat tembok seperti Nippon Spot-less Plus ini yaaa…

Oh iya, Ibu Linda juga memberikan bonus berupa tips memilih warna cat tembok untuk anak-anak. Menurut Ibu Linda, warna dapat membuat suasana menenangkan atau sebaliknya, suram. Khususnya, anak-anak yang sensitif pada lingkungan sekitarnya. Berikut adalah tipsnya:

  • Warna hangat seperti coklat, oranye, kuning terang dapat merangsang otak dan menjadikan anak lebih aktif. Sehingga warna-warna seperti itu sangat cocok untuk ruang bermain anak.
  • Warna sejuk seperti hijau, biru, ungu memberikan efek tenang dan fokus. Sehingga warna-warni sejuk sangat sesuai untuk kamar tidur anak.

Nah, sekarang udah enggak bingung lagi memilih warna cat tembok untuk ruangan anak-anak kita kan?

Itulah teman-teman, cerita tentang seni dalam Montessori yang disampaikan oleh Mom C plus tips memberikan lingkungan untuk berkegiatan seni yang aman dan nyaman untuk anak. Semoga informasi ini berguna ya teman-teman 🙂 .

April Hamsa