Berkebun bersama anak-anak di hari Minggu. Xixixi, judul artikel ini tiba-tiba mengingatkan saya pada pelajaran Bahasa Indonesia di SD. Simple, soalnya. Eh, tapi mungkin minus kata β€œanak-anak” kali yaaa, sehingga cuma: Berkebun di hari Minggu.

Wkwkwk, iki arepe nulis opo tho sakjane ngunu?

Yaaa, sesuai judulnya yakni berkebun di hari Minggu bersama anak-anak saya, Maxy dan Dema.

Hari ini saya mengajak anak-anak berkebun.

Mbah uti-nya Maxy dan Dema suka berkebun, saya enggak tertarik blas

Saya sendiri enggak tahu kenapa tiba-tiba punya ide berkebun. Saya enggak terlalu suka nanem-nanem sejak dulu, walaupun ibu saya, mbah uti-nya Maxy dan Dema suka. Hobinya emak saya, enggak nurun ke saya, wkwkwk πŸ˜› .

Dahulu, di rumah bapak ibu di Surabaya, ada kebun yang lumayan lha ya. Waktu itu, anak-anaknya bapak ibu saya masih kecil-kecil (saya dan adik saya). Kami tinggal di sebuah rumah kecil dengan dua kamar aja (itupun kamar satunya sebenarnya cuma enggak benar-benar kamar, cuma ruang terbuka di belakang kamar, tanpa sekat, yang dijadikan kamar).

Berkebun ternyata kegiatan yang menyenangkan (telat nyadarΒ πŸ˜› ).

Namun, bapak ibu saya punya kebun yang lumayan luas di samping rumah. Kebun itu ditanami bermacam-macam tanaman oleh orang tua saya. Seingat saya tuh ada pohon buah-buahan, seperti mangga, pisang, pepaya, jambu biji, dll. Ada pula beberapa sayuran tapi saya enggak inget apa aja yang ditanam oleh ibu saya. Ada pula beberapa tanaman bunga, saya cuma ingat satu yakni bunga melati, karena dulu kayaknya sering saya petikin haha.

Saya sangat menyukai kebun itu, karena di perkotaan, kebun kayak gitu saat itu ya mulai jarang. Di kanan kiri rumah kami, full rumah tetangga. Kebun kami lumayan lha ya jadi semacam lahan terbuka hijau gitu di gang perkampungan tempat kami tinggal. Saya dan teman-teman saya sering mendirikan tenda untuk kemping-kempingan juga di kebun itu.

Baca juga: Pengalaman Mengajak Anak ke Supermarket saat Masa Pandemi.

Hingga, ketika (kalau saya enggak salah ingat) saya kelas lima bangku Sekolah Dasar (SD), orang tua saya memutuskan untuk membangun rumah yang lebih besar di atas kebun itu. Huhuhu, iyeeess, ilang deh, kebunnya.

Berkebun memiliki manfaat melatih motorik anak.

Mungkin karena waktu itu saya dan adik tambah gedhe, orang tua butuh kamar sendiri, butuh privasi kali ya? Sehingga, kebunnya terpaksa diubah jadi rumah. Di rumah baru tersebut, kami punya empat kamar plus satu kamar cadangan yang dijadikan gudang. Sementara rumah yang lama, yang sebenarnya berkamar satu tadi, sejak menempati rumah baru hingga sekarang, dikontrakkan.

Meski demikian, hobi berkebun ibu saya enggak hilang. Ibu saya menanam beberapa tanaman di pot. Ada yang dirambatkan juga ke atas, ala-ala taman vertikal gitu, ada pula yang ditanam di pagar rumah, yang emang sengaja didesain ada tempat buat nanem-nanem-nya. Ibu saya juga menanam kembang serta dedaunan di balkon lantai atas (rumah baru).

Saya perhatikan, ibu saya sayang dan rajin sekali menyiram tanamannya. Sesekali adek saya yang bantuin nyiram dengan suka rela, karena kemungkinan dia suka nanem-nanem juga (ketika besar, adik saya kuliah di jurusan Biologi dan Teknologi Pertanian). Saya hanya membantu menyirami tanaman-tanaman itu kalau disuruh aja, wkwkwk πŸ˜› ).

Aaahh, wes, cukuplah nostalgianya, haha…

Lalu mengapa saya akhirnya tertarik berkebun, sekarang?

Jawabannya, β€œBukaaan, bukan karena trend orang-orang nanem janda berlobang atau apalah itu namanyaaa!” Soalnya, saya bukan tipe orang yang ngikutin hal-hal kekinian, melainkan akan melakukan sesuatu hanya karena saya suka.

Saya tertarik berkebun, sekarang-sekarang ini, karena tugas sekolah anak saya, hahaha. Iyaaa, jadi ceritanya beberapa waktu lalu, baik Maxy maupun Dema, sama-sama diberi bibit tanaman untuk ditanam di rumah oleh guru-gurunya.

Eh, pertama Dema ding. Diberi bibit (kalau tak salah selada) dan potongan rockwoll gitu. Udah ditanam, namun sayangnya enggak numbuh, karena enggak saya urusin wkwkwk πŸ˜› . Saya biarkan gitu aja setelah ditanam, eh lha kok kelupaan kasi air. Mbuhlah singkat kata saya cuma bisa minta maaf ke bu guru hahaha πŸ˜› .

Ketika tugas Dema menanam bibit gagal.Β Wkwkwk, emakΒ macamΒ opo iki?

Kemudian, selang beberapa hari kemudian, Maxy juga dapat tugas menanam sayuran juga. Kali ini sawi dan medianya beda, bukan rockwoll lagi melainkan tanah. Waktu itu, Maxy dapat plastik polybag dan bibitnya. Karena saya udah punya tanahnya, dulu sempat buat nanam pohon belimbing wuluh ketika awal-awal kami pindah rumah sini, yawda enggak pusing kan, tanam aja.

FYI, pas awal pindah rumah, saya kan juga kepengen ya punya ijo-ijo. Namun,saya enggak suka tanaman hias, saya lebih suka yang ada buahnya gitu. Jadi, saya memutuskan menanam dua pohon belimbing. Satu di dalam halaman, satu lagi di luar pagar.

Yang di luar pagar ini, saya niatin buat diambil sama tetangga-tetangga saya. Yaaa, seenggaknya-enggaknya bisa jadi media tegur sapa saya sama tetangga, karena saya kebetulan agak ansos, jarang keluar rumah gitu. Alhamdulillah, dua pohon belimbing wuluh saya sering berbuah. Udah sering kami petik juga buat bahan campuran masakan. Oh iya, saya juga sempat menanam jeruk purut yang biasa buat sambel itu lho, namun saya kayaknya tanamannya kena virus, sehingga mati deh huhu.

Trus, supaya ada hijaju-hijaunya dikit di rumah, saya menanam pohon bambu. Iyeee, bambu yang kurus-kurus yang biasa ada di pagar komplek gitu. Emang saya suka bambu sih, enggak peduli orang-orang mengaitkannya dengan hal mistis apalah, saya suka bambu biar rumah saya ada nuansa Jepang-jepangnya gitu (mpreeett, wkwkwk πŸ˜› ).

Tugas Maxy yang sudah tumbuh. Kata bu guruΒ sihΒ ini sawi.

Balik lagi ke tanamannya Maxy, eh, ternyata tanamannya tumbuh, lho. Muncul hijau-hijau gitu yang mungil dan lucuk, kayak baby baru lahir. Melihatnya, saya mendadak jatuh cinta pada pandangan pertama πŸ˜€ . Lalu, saya berpikir, andai punya ginian ((GINIAN)) lebih dari satu, asyik kali yaaa.

Akhirnya, iseng-iseng saya mencari penjual bibit di online marketplace dan nemu deh penjual bibit. Saya beli bibit sayuran dan buah, karena seperti yang saya bilang tadi, saya enggak terlalu suka tanaman bunga (mungkin belum ketemu feel-nya atau gimana ya? Mungkin nanti-nanti).

Bibit-bibit tanaman yang siap ditanam.

Satu paket bibit (katanya ada 25 bibit) harganya cuma lima puluh ribuan saja. Plus, bonus panduan cara berkebun, pupuk, dan 25 kantong polybag. Ketika datang, ternyata ada beberapa bonus bibit, saya lupa ngitung total berapa jadinya bibit yang dikasi oleh si penjual, haha, trus ada ternyata ada bibit bunga juga (salah satunya bunga matahari).

Yaaa, jadi begitu cerita awal mula saya mulai menyukai kegiatan tanam-menanam ini πŸ˜€ .

Mengajak anak-anak berkebun

Lalu, tibalah hari Minggu. Sebelumnya, saya udah bilang ke anak-anak kalau hari Minggu kami akan berkebun. Mereka tentu aja udah excited, soalnya bibitnya udah mereka liatin terus semenjak nyampek rumah hehe.

PolybagΒ untuk media tanam bagi yang lahannya terbatas.

Karena belum sempat beli tanah untuk bercocok tanam lagi, maka saya pakai yang udah ada di rumah aja. Kebetulan masih sisa satu kantong besar tanah (seukuran sak semen gitu).

Tanah untuk berkebun.

Nah, pagi ini, yang kami lakukan pertama kali adalah menentukan bibit tanaman mana yang kami ingin tanam terlebih dahulu. Soalnya, mustahil satu kantong tanah bisa dipakai buat menanam semuanya. Akhirnya, saya minta anak-anak memilih. Di kantong bibit kan masing-masing diberi nama sama penjualnya, kebetulan anak-anak udah bisa baca, sehingga udah bisa memilih.

Ada 10 bibit yang terpilih untuk ditanam hari ini, yakni: kangkung, semangka, melon golden, kembang kol, terung hijau, cabe rawit, cabe merah besar, brokoli, bayam bicolor (enggak tau ini maksudnya dua warna atau gimana?), dan bunga matahari (ini pilihan Dema).

Masukkan tanah ke dalamΒ polybag.

Oh iya, kami juga menanam pakchoy, namun di media rockwoll. Kebetulan beberapa waktu lalu, saya dapat rockwoll plus bibit phokcoy, goodiebag dari salah satu online event yang saya ikuti. Sekalian aja ditanam. Untuk menebus kesalahan tugasnya Dema yang lalu juga haha πŸ˜› .

Mau mencoba menanam diΒ rockwollΒ lagi.

Setelah menentukan bibit mana aja yang ditanam, trus kami merendam bibit-bibit yang berukuran besar, seperti bibit semangka, melon, kangkung, dll. Awalnya saya enggak tahu mengapa kok perlu direndam segala, ternyata setelah googling jawabannya adalah: hadeeehh, susah jelasinnya wkwkwk. Soalnya pas googling pada pakai bahasa ilmiah yang saya enggak pihim πŸ˜› . Namun, intinya, biji yang direndam tuh akan mempercepat bibit berkecambah gitu, deh. Yawdalah ya, ngikut aja sama teori dari yang sudah senior.

Merendam bibit yang berukuran besar.

Cuma, ketika googling, rata-rata artikel bilangnya direndam air hangat, sementara saya kemarin merendamnya pakai air biasa, huhuhu. Yaweslah, finger cross, bismillah aja, bisa numbuh itu bibit-bibit.

Menyiram bibit yang sudah ditanam.

Sambil menunggu bibit direndam, kami siapkan 10 polybag yang diisi tanah. Anak-anak ikut mengisi dan memadatkan tanah dalam kantong. Saya sengaja enggak memberi mereka sarung tangan, supaya anak-anak memegang dan merasakan tekstur tanahnya.

Setelah kantong siap, mulai deh, kami tanam bibitnya satu persatu. Anak-anak terlihat excited, karena mereka menanam bibit yang dipilihnya sendiri. Sesudah itu mereka juga membantu menyiram tanamannya.

Kami juga bersama-sama menabur benih phokcoy di rockwoll. Eh, tapi entahlah bibitnya susah sekali tersebar wkwkwk. Udah terlanjut dibasahi pula rockwoll-nya wkwkwk. Mungkin besok, kalau sudah agak kering, saya coba pisahin lagi bibit-bibitnya.

Menanam pakchoy diΒ rockwoll.

Oh iya, kalau menanam di rockwoll tuh caranya:

  • Pertama, taburkan bibit-bibit ke atas rockwoll. Usahakan bibitnya enggak menumpuk satu sama lain.

Memisahkan benih supaya enggak saling bertumpuk.
  • Kedua, semprot dengan air secara perlahan-lahan. Karena kami enggak punya semprotan, saya basahi dulu aja rockwoll-nya.

Membasahi bibit dan tanaman dengan air.
  • Ketiga, cek tiap hari kondisi bibit, apakah sudah pecah atau belum. Sambil mengecek, kalau rockwoll kering, kita harus basahi lagi.

Catatan penting, si tanaman yang ditanam di media rockwoll ini enggak boleh kena sinar matahari langsung. Jangan nanya, kenapa dah, googling wae, wkwkwwk. Trus, katanya sih hari kelima bakalan numbuh tanamannya. Namun, saya bilang ke anak-anak bahwa tanaman itu numbuhnya seminggu dari sekarang, biar enggak zonk-zonk amat gitu, khawatir gagal. Maxy langsung menandai kalendernya.

Anak-anak menulis label nama tanaman.

Setelah semua bibit ditanam, anak-anak saya beri kertas dan pensil. Mereka saya minta menulis nama-nama tanaman yang tadi kami tanam. Sekalian belajar nulis juga, hehe. Setelah ditulis, kami tempelkan tulisan nama-nama itu pakai selotip di tiap kantong.

Menempel label nama.

Yaaa, jadi begitulah, kegiatan berkebun hari ini, hehe.

Kami, mau lihat perkembangannya dalam minggu ini, sekalian mau coba beli tanah untuk bercocok tanam lagi, serta alat penyiram tanaman juga. Doain yaaa, semoga tanamannya numbuh. Deg-deg’an, baru pertama kali menanam bibit tanaman, nih. Kalau sukses, rencananya minggu depan kami akan berkebun lagi πŸ˜€ .

Manfaat mengajak anak-anak berkebun

Dari kegiatan berkebun hari ini, saya merasa manfaatnya tuh banyak banget deh buat anak-anak (dah saya sendiri tentunya πŸ˜€ ), antara lain:

  • Bonding time anak-anak dengan orang tua.
  • Melatih motorik anak-anak, khususnya saat mereka memegang tanah, memegang dan menanam bibit yang kecil-kecil.
  • Sekalian melatih anak membaca dan menulis saat memberi label nama di kantong tanaman.
  • Menurut saya kegiatan semacam ini kalau dibikin rutin, lama-kelamaan anak membuat anak-anak mencintai lingkungan dan makhluk hidup lainnya, khususnya tanaman.
  • Menanam tanaman dan menunggu tanaman tersebut tumbuh juga dapat melatih kesabaran anak-anak.
  • Trus, ini kan kami menanam sayur dan buah ya? Harapannya setelah panen nanti, anak-anak makin suka makan sayur dan buah yang ditanam dengan tangannya sendiri (moga-moga) πŸ˜€ .

Yaaa, jadi begitu teman-teman, aktivits saya di Hari Minggu ini, berkebun bersama anak-anak. Nanti saya updateΒ kalau tanamannya sudahΒ numbuh yaaaΒ πŸ˜€ .

BTW, ada yang pernah mengajak anak berkebun juga? Sudah numbuh belum tanamannya atau bahkan sudah panen? Share juga donk pengalaman berkebunnya di kolom komentar di bawah ini.

Buat teman-teman yang belum pernah mengajak anaknya menanam atau berkebun, cobain deh, sekali-sekali. Seru, lhoooo! πŸ™‚

April Hamsa