Zaman saya kecil dulu rasa-rasanya musim hujan tuh hanya terjadi sekitar Bulan Oktober hingga Maret. Namun, sekarang-sekarang ini datangnya hujan enggak bisa diprediksi. Bahkan, sampai bulan Mei sekarang ini, sesekali masih turun hujan lebat.
Emang, sih, saya tinggal di Kabupaten Bogor mepet kotanya yang ikut dijuluki sebagai Kota Hujan. Meski demikian, zaman dulu tuh, hujan tak turun sesering sekarang.
Orang bilang ini merupakan dampak dari pemanasan global. Jadi, suhu di bumi tuh meningkat, sehingga mengakibatkan peningkatan suhu air laut juga. Akibatnya, terjadi penguapan yang sering menjadi awan-awan yang menurunkan hujan. Penguapan ini makin sering terjadi, karena memang suhu bumi makin panas. Sering disebut sebagai efek rumah kaca.
Apalagi, kalau daerahnya diapit oleh beberapa pegunungan, seperti Bogor, misalnya. Awan yang terbentuk dari air laut yang menguap tak bisa bergerak, sehingga akan menjadi hujan otografi yang turun hingga ke daerah pedalaman yang terkepung pegunungan itu sekalipun.
Masalahnya, hujan zaman now tuh tak seromantis dulu. Sekarang, setelah hujan, terbitlah hujan angin/ badai, banjir, longsor, sampah dari selokan atau sungai di mana-mana, bahkan timbul wabah penyakit.
Lingkungan memang makin rusak. Maka, kudu kembali akar permasalahannya, salah satunya tadi, efek rumah kaca. Kemudian, memikirkan cara supaya bisa membuat bumi adem kembali.
Penyebab efek rumah kaca
Penyebab efek rumah kaca banyak sekali, yang pasti terjadi karena kelalaian manusia yang beraktivitas tanpa memperhatikan lingkungan, antara lain:
-
Penebangan hutan secara liar
Hutan di Indonesia makin berkurang. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), luas tutupan hutan Indonesia sudah berkurang 956.258 hektare (ha) selama periode 2017-2021. Data terbaru, kemungkinan besar berkurang lebih banyak lagi.
Hutan biasanya ditebang untuk berbagai macam keperluan manusia, seperti sebagai lahan baru untuk bercocok tanam/ bertani, membangun pemukiman/ perumahan baru, membangun pabrik, dll.
Sayangnya, ketika menggunduli hutan, kadang manusia menjadi serakah. Agar bisa membuka lahan dengan cepat, maka mereka membakar hutan. Akibatnya hutan yang dibuka terlampau luas dari rencana awal.
Gas sampingan dari pembakaran hutan tersebut berupa karbondioksida yang kemudian lepas ke atmosfer bumi. Akibatnya, menyumbang terbentuknya efek rumah kaca.
Setelah pembakaran hutan besar-besaran seperti itu, biasanya lahan yang masih terbuka dan tidak dimanfaatkan dibiarkan begitu saja. Tidak ditanami hutan kembali, sehingga menimbulkan masalah berkurangnya paru-paru bumi.
-
Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan
Saat ini, kita masih tergantung dengan bahan bakar fosil. Seperti bahan bakar motor atau mobil yang kita kendarai, bensinnya berasal dari minyak bumi yang berasa dari fosil.
Kendaraan yang diisi bahan bakar fosil tersebut saat melaju di jalanan mengeluarkan gas emisi yang menyumbang gas karbondioksida. Gas ini menyumbang efek rumah kaca.
Penggunaan kendaraan listrik pun saat ini belum maksimal. Coba dilihat dulu yang menjadi tenaga listriknya berasal dari mana? Kalau bahan bakar atau sumber energi listrik ini berasa dari fosil juga, ya sami mawon. Mungkin, terlihat enggak menyumbangkan emisi karbo saat di jalan, namun lagi-lagi perlu dipertanyakan, kalau di sumber listrinya sana, bagaimana kondisinya?
-
Terdapat banyak sampah yang sulit terurai
Sampah-sampah yang sulit terurai makin memenuhi bumi. Contohnya seperti sampah dari plastik, kain, alumunium, karet, dll. Bahkan, ada yang butuh 100 tahun lamanya untuk bisa terurai.
-
Limbah industri yang tidak dikelola dengan baik
Banyak industri yang masih mengabaikan pembuangan limbahnya. Misalnya, industry peternakan yang menghasilkan limbah seperti kotoran, makanan ternak yang tidak habis, dll yang kemudian menjadi gas yang menyumbang efek rumah kaca.
Belum lagi industry seperti pabrik-pabrik yang menghasilkan pembakaran gas karbondioksida. Tak ketinggalan, industri pertanian juga punya andil menyumbang efek rumah kaca apabila menggunakan pupuk non organik untuk mempercepat penyuburan tanahnya.
Masih banyak industri yang menyumbang efek rumah kaca ini.
-
Banyak limbah/ sampah rumah tangga
Namun, meskipun sektor industri sering dituduh sebagai dalang efek rumah kaca, ada satu lagi yang sebetulnya merupakan penyumbang terbesarnya, yakni sampah/ limbah rumah tangga.
Iyes, aktivitas kita di rumah pun juga bisa menjadi penyumbang atau penyebab yang dapat merusak lingkungan. Misalnya penggunaan sabun yang limbahnya mencemari sungai, sampah rumah tangga yang tidak dipisah sehingga merusak lingkungan, belum lagi sampah yang dibakar atau ditimbun pun menghasilkan gas yang merusak lingkungan.
#BersamaBergerakBerdaya dari rumah masing-masing untuk menjaga lingkungan
Maka, supaya bumi tidak makin rusak, sebaiknya kita pun mulai #BersamaBergerakBerdaya untuk menjaga lingkungan. Tak perlu harus tiba-tiba menjadi aktivis lingkungan, tetapi kita bisa mulai dari langkah-langkah kecil yang dapat kita lakukan dari rumah, antara lain:
-
Menanam tanaman di rumah
Agar bumi tidak semakin panas, kita bisa memulai dengan menanam tanaman atau pohon di lingkungan rumah kita. Tanaman di sekitar kita akan mampu menyerap karbondiosida, sehingga bisa mengurangi gas penyebab efek rumah kaca.
-
Menghemat energi dari bahan bakar fosil
Apabila ada alternatif transportasi umum untuk beraktivitas, maka usahakan untuk beralih ke kendaraan umum saja. Apabila bepergian dalam jarak dekat dan masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki, pilih jalan kaki atau naik sepeda roda dua saja ketimbang naik motor/ mobil. Selain baik buat lingkungan, juga bagus buat kesehatan fisik.
Jangan lupa untuk menghemat penggunaan listrik di rumah. Jangan sampai muncul vampir listrik di rumah yang memboroskan energi dari bahan bakar fosil.
-
Mengurangi penggunaan plastik dan material lain yang sekali pakai
Sebaiknya kurangi penggunaan plastik, missal dengan membawa wadah bekal atau botol minum sendiri alih-alih memakai plastik dari pedagang makanan.
Satu lagi yang perlu dicermati adalah stop sering membeli baju, karena sampah yang berasal kain ini juga susah terurai. Sesekali beli satu baju yang berkualitas dan awet lebih baik ketimbang sering beli baju yang gampang rusak. Nanti, sampahnya bisa menumpuk.
-
Manajemen sampah
Sebaiknya memberlakukan manajemen sampah di rumah. Hal paling mendasar memisahkan sampah organik dan non organik. Sampah non organik ini pun, kalau bisa dibedakan lagi menjadi sampah yang bisa didaur ulang seperti plastic, kertas, kain, kardus dll, dengan sampah yang berbahaya (misalnya: baterei, lampu bolam, dll).
Intinya jangan biarkan sampah di rumah campur aduk. Apalagi sampah non organik yang kemungkinan masih dimanfaatkan, ketimbang dibuang begitu saja dan berpotensi mencemari bumi.
Andai saya bisa membuat kebijakan #UntukmuBumiku
Andai saja, saya bisa membuat beberapa kebijakan #UntukmuBumiku, sepertinya saya akan mengutamakan hal-hal berikut:
-
Membangun rumah/ bangunan vertikal
Begitu banyaknya lahan yang dibangun untuk perumahan/ bangunan lainnya biasanya cenderung merusak lingkungan. Mungkin ada teman-teman di suatu daerah yang merasakan perubahan di lingkungan tempat tinggalnya, missal dulu daerah A enggak banjir, sekarang banjir. Nah, salah satu penyebabnya adalah pembangunan yang ugal-ugalan itu.
Untuk itu, mungkin saya akan mengeluarkan kebijakan untuk stop membangun rumah atau bangunan lain secara horisontal supaya bisa menghemat lahan hijau. Dengan demikian masih banyak lahan hijau yang terselamatkan.
-
Membuat transportasi umum massal yang terintegrasi
Saya akan buang jauh-jauh kebijakan subsidi kendaraan pribadi, meskipun itu katanya berbahan bakar listrik. Saya lebih memilih membangun banyak transportasi umum yang membuat masyarakat membudayakan naik kendaraan umum ke manapun mereka beraktivitas.
Harapan saya kebijakan ini bisa mengurangi penggunaan bahan bakar maupun meminimalisir emisi gas buangan dari kendaraan-kendaraan pribadi.
-
Kebijakan manajemen sampah
Satu lagi kebijakan yang ingin saya buat adalah kebijakan manajemen sampah. Sudah waktunya negara ini serius dengan sampah, seperti negara-negara maju kayak Korea Selatan, Jepang, dll.
Sampah-sampah wajib dipisah. Kemudian, negara menyediakan pembuangan sampah untuk barang-barang elektronik, barang-barang besar, dll. Hal ini untuk menghindari masyakarat membuang barang seperti kasur atau sofa di sungai, membuang sampah baterei atau bekas handphone sembarangan yang dapat merugikan lingkungan di masa mendatang.
Itulah beberapa langkah untuk #BersamaBergeraqkBerdaya #UntukmuBumiku yang bisa kita lakukan di rumah dan beberapa alternatif kebijakan yang seharusnya dipikirkan oleh pemerintah untuk menjaga lingkungan saat ini.
Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!
April Hamsa
memang kudu diakui cuaca belakangan ini blahhhh bgt
apalagi d suroboyo
climate change sungguh ngeriiii
ssmua kudu kontribusi yhaaa
Kalau semua orang serentak menjalankan gerakan cinta lingkungan pasti pemanasan global dapat dikurangi. Apalagi langkahsederhananya bisa dimulai dari rumah kita masing masing sih. MAri kita mulai
Kadang suka heran banget kenapa orang masih buang sampah sembarangan. Terutama di sungai. Padahal perkara buang sampah ditempatnya itu mudah banget. Cuma banyak sekali orang abai yang membuat lingkungan terlihat kotor dan tidak estetik. Mau berfoto di suatu tempat saja, di belakangnya ada sampah, so sad 🙂
Nah iya, di Bandung juga musim hujannya gak seperti dulu. Biasanya puncak musim hujan itu di bulan Oktober sampai April, kalau sekarang udah gak tentu.
Udah saatnya kita bijak mengelola lingkungan ya… kurangi emisi karbon yang udah mempengaruhi perubahan iklim
Ngerasa banget di sekitar lingkunganku tinggal, ruang terbuka hijaunya sudah banyak berkurang, berbeda dengan pemukiman dan pembangunan hunian, itu jauh lebih banyak
Daripada jauh-jauh, setidaknya kita bisa melakukan aksi yang berguna dalam menjaga lingkungan yang dimulai dari lingkup terkecil yaitu diri sendiri dan keluarga, salahsatunya seperti yang udah disebutkan di atas
Iya nih, sekarang uda gak jelas lagi kapan musim kemarau kapan musim hujan. Padahal pas aku masih SD, musim kemarau sm musim hujan tuh jelas banget batasnya, dan bisa dihafal bulan2nya kapan. Sekarang ini sepanjang tahun hujan dan panas bersamaan
Masalah lingkungan dan keseimbangan ekologis ini udah ga bisa dimungkiri, mesti ditangani dengan kolaborasi. Kudu bergerak bersama biar berdaya, efeknya luas. Kalau sendirian, bakal kewalahan. Tapi emang bisa dimulai dari rumah masing2, sadar sejak dini terutama menanamkan bagi anak sejak belia. Sesederhana memilah sampah domestik dan manfaatin sampah yg masih bisa dipakai, bismillah bisa!
Aku sendiri untuk saat ini, hal yang paling sering dilakukan adalah membawa kantong belanjaan sendiri. Jadi udah ga perlu plastik lagi dari minimarketnya
Dirumah juga lumayan banyak tanaman hijau, biar terlihat adem juga
Berarti nggak hanya di kotaku aja, di Jember sini yang panas y, ternyata Bogor juga demikian.
Bangun rumah vertikal, ini sih jadi rumah susun atau apartemen ya. Kalau di kampung sih kebanyakan horizontal soalnya tanahnya sendiri-sendiri. Mungkin habis itu, dikasih penghijauan sendiri di rumah masing-masing biar tetap menjaga bumi
Jadi PR semua orang yang tinggal di bumi untuk menjaga lingkungan ini, karena kalau nggak bumi akan semakin cepat hancur. Makasih mba buat tipsnya dan remindernya.
Cuaca sekarang tidak menentu, tiba-tiba hujan tiba-tiba panas. Dan panasnya itu panas banget, padahal aku tinggal di kaki gunung loh.
PR banget nih tentang pengelolaan sampah dan beralih ke transportasi umum, sekarang tuh di daerahku jarang loh ada transportasi umum. Setiap rumah pada punya motor dan lebih dari satu.
Jadi pingin sambat kalau transportasi massal di beberapa kota besar selain Jekarda tuh memang terbilang syuliitt.. Apalagi iya nih.. kalau di perumahan tertentu yang kini uda semakin melebar hingga ke daerah Kabupaten, makin sulit untuk mendapatkan transportasi umum.
Semoga kebijakan pemerintah daerah bisa memikirkan hal demikian selain memang kudu ada aturan dan regulasi hukum yang jelas.
Sampah dari aktivitas rumah tangga tuh emang banyak yaa.. aku sendiri mengalami, dan belum bisa berbuat banyak. Tapi ya harus bergerak sih untuk ikut menjaga bumi. Dimulai dari langkah-langkah kecil ya, seperti poin-poin di atas 🙂
Menjaga lingkungan itu mudah, cuma manusianya aja yang malas dan mageran untuk menjaganya, setuju?
Manajemen sampah smoga bisa jadi prioritas banyak rumah tangga dan pemerintah. Supaya TPA ga penuh dan longsor hiks. Solusi lain ya mengurangi sampah rumah tangga