Hiks, nulis judul artikel ini aja, saya jadi mewek 🙁 . Duh, wait, teman-teman, izinkan saya menyeka air yang keluar dari pelupuk mata ini sebentar… Pasalnya, saya jadi terkenang akan perjumpaan dengan orang tua dari pasien cilik penderita kanker, sekitar satu minggu yang lalu di Gedung Cyber 2, Jakarta Selatan. Oh iya, waktu itu, beberapa jam kemudian, saya juga ketemu dengan anak-anaknya, yang ternyata tengah berada di ruang sebelah. Anak-anak ini bermain di sana didampingi oleh teman-teman volunteers dari Danone Indonesia, sementara saya bersama orang tuanya menyimak materi tentang pemberian nutrisi untuk anak penderita kanker di ruangan yang berbeda.

Volunteers dari Danone Indonesia yang mendampingi anak-anak berkegiatan.

Yup, jadi ceritanya tanggal 13 Juli kemarin, Nutrisi untuk Bangsa (NUB) dari Danone Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (Pita Kuning) menyelenggarakan talkshow atau Bicara Gizi dengan tema “Peran Nutrisi pada Anak dengan Penyakit Tidak Menular untuk Mencegah Malnutrisi”. Tentang Pita Kuning akan saya jelaskan di kahir artikel ini ya teman-teman.

Bicara Gizi hari itu menghadirkan dua narasumber yang kesehariannya menangani pasien kanker anak yakni:

  • Dr. Mururul Aisyi, Sp.A(K)
  • Dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.(A).

Sebagaimana kita ketahui bersama ya teman-teman, bahwa yang namanya Penyakit Tidak Menular (PTM) saat ini menjadi masalah serius. PTM tak hanya diderita mereka yang berusia sepuh, namun belakangan justru menyerang kaum muda, bahkan anak-anak. Khusus Bincang Gizi hari itu, PTM yang dibahas adalah penyakit kanker. Hiks, mendengar seseorang terkena kanker aja rasanya turut prihatin dan sedih, apalagi kalau yang menderita penyakit ini adalah anak-anak yaaa… 🙁 .

Saya dan teman blogger Ani Berta saat menghadir Bicara Gizi NUB.

Namun, di luar dugaan saya, orang tua dari para pasien cilik yang menderita kanker ini justru terlihat tegar. Dua di antaranya ada Mama dari Ibam dan Ayah dari Bima. Sebelum Bicara Gizi dimulai, keduanya menyempatkan berbagi pengalamannya sebagai orang tua dari pasien kanker.

Dari mendampingi anak sakit (kanker) selama empat tahun ini, jangan sampai patah semangat. Cukup berikhtiar mendampingi dia sampai mana kesembuhannya. Perkara nanti, urusan Sang Kuasa. Jangan sampai ada kata putus asa, karena semangat kita adalah untuk anak kita,” kata Ayah Bima yang membuat peserta talkshow lainnya, termasuk saya, larut dalam keharuan.

Mama Ibam dan Ayah Bima sharing tentang mendampingi pasien kanker anak.

Mengapa kanker bisa menyerang anak-anak?

Sepertinya itulah pertanyaan yang pertama kali muncul di benak kita saat mendengar kabar ada anak menderita kanker ya teman-teman? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, dr. Mururul Aisyi menjelaskan bahwa saat ini angka kejadian kanker pada anak mencapai 9 dari 100.000 anak usia 0-17 tahun yang tersebar di seluruh Indonesia dengan jenis yang beragam. Kasus yang paling sering adalah Leukimia, Retinoblastoma, Osteosarcoma, Neuroblastoma, Limfoma, Maligna, Karsinoma, dan Nasofaring. Teman-teman mungkin bisa googling sendiri ya mengenai jenis-jenis penyakit kanker tersebut.

Menurut dr. Mururul Aisyi, ada tiga penyebab kanker pada anak:

  • 5-15% karena faktor genetik dan familial atau bisa kita katakan adalah karena faktor keturunan.
  • 1- < 5% karena faktor lingkungan, mungkin lingkungannya tercemar.
  • 75-90% karena multifaktor (tidak diketahui).

Dari data yang berasal dari Rumah Sakit Dharmais (2009) seringnya yang datang/ masuk rumah sakit adalah anak-anak yang sudah menderita kanker stadium IV. Berikut data statistiknya:

Data penderita kanker anak yang masuk RS Dharmais.

Padahal, menurut dr. Mururul Aisyi, semakin cepat anak penderita kanker mendapat perawatan, kemungkinan survive-nya juga bisa lebih besar. Dr. Mururul Aisyi kemudian memberi contoh salah seorang penderita kanker anak dari luar negeri yang kini berhasil survive dengan pengobatan yang tepat.


Penyintas kanker anak yang berhasil diobati dengan Terapi CAR-T. Sayangnya terapi ini butuh dana tidak sedikit.

FYI, pasien anak tersebut menggunakan CAR-T Therapy yang diperkenalkan oleh Hiroto Inaba, seorang peneliti dari Jepang. Terapi CAR-T adalah suatu terapi yang dilakukan dengan cara mengambil sel imun pasien dengan sebuah alat. Sel imun tersebut kemudian dimodifikasi di dalam laboratorium dan dikembalikan ke dalam tubuh pasien. Modifikasi tersebut memungkinakan sel bisa mengenali dan melawan/ membunuh sel kanker lebih cepat. Sayangnya, terapi ini belum banyak dilakukan, karena biayanya yang cukup mahal. Namun, dr. Mururul Aisyi optimis bahwa pasien kanker anak yang mendapatkan penanganan tepat dengan segera, plus didukung dengan asupan nutrisi yang tepat, maka “tingkat kesembuhannya” akan lebih tinggi.

Prinsip kerja Terapi Car-T.

Penemuan gejala dan tanda dini pada kanker anak meningkatkan angka harapan hidup,” kata dr. Mururul Aisyi.

Dr. Mururul Aisyi menjelaskan bahwa yang dimaksud “sembuh” dari kanker adalah tidak ada gejala yang muncul kembali dan sel kanker berkurang dalam kurun waktu lima tahun. Mereka yang “sembuh” ini disebut “survivor” atau “penyintas”, sehingga tetap harus dimonitor secara berkala. Pasalnya, yang namanya sel kanker sangat cerdas dan bisa bermutasi ke tempat lain, sehingga berubah jadi kanker lain.

Dr. Mururul Aisyi.

Kemudian, dr. Mururul Aisyi memberikan informasi kepada para peserta Bincang Gizi yang hadir mengenai tanda-tanda penyakit kanker. Oh iya, jenis kanker pada anak itu ada dua:

  • Cair
  • Padat (Solid).

Kanker cair yang banyak menyerang anak-anak adalah Leukimia. Gejala dan tanda dini Leukimia yakni:

  • Panas
  • Pucat
  • Pendarahan
  • Infiltrasi pada organ lain (benjolan di getah bening, pembesaran di salah satu testis jika anaknya laki-laki, perut membengkak, gangguan pada gusi, dll)

Sedangkan kanker padat yang sering menyerang anak-anak adalah:

  • Kanker otak dengan ciri-ciri: sakit kepala tidak biasa disertai kejang, muntah, gangguan keseimbangan, dan anak kerap terbangun di malam hari. Biasanya terjadi pada anak di atas usia 5 tahun.
  • Kanker Mata: menyerang anak di bawah usia 5 tahun, tanda-tandanya mata anak seperti mata kucing.
  • Limfoma: menyerang anak di atas usia 5 tahun (7-8 tahun) ditandai dengan benjolan di salah satu sisi leher, diameter lebih dari 2 cm, tidak disertai nyeri.
  • Nefroblastoma: ditandai dengan benjolan di perut sehingga perut terlihat membesar.

Dr. Mururul Aisyi berpesan kepada yang hadir, apabila menemukan gejala-gejala semcama itu untuk tidak ragu segera ke dokter. Jangan sampai menunggu sampai stadium IV dan terlambat mendapat penanganan dini. Dr. Mururul Aisyi juga mengatakan bahwa walaupun anak sudah divonis menderita kanker, namun bukan berarti tidak berkesempatan memiliki tumbuh kembang optimal. Nah, supaya tumbuh kembang pasien kanker anak ini optimal dan peluang survive-nya tinggi maka harus diperhatikan betul-betul asupan nutrisinya.

Pemberian nutrisi yang tepat untuk pasien kanker anak

Asupan nutrisi yang tepat berperan penting dalam penatalaksanaan pasien kanker anak, sebab:

  • Dapat mencegah terjadinya malnutrisi, baik stunting, wasting, maupun obesitas.
  • Status nutrisi/ gizi normal berdampak baik pada respon terapi/ pengobatan kanker.
  • Meningkatkan kualitas hidup pasien anak.
  • Angka kesembuhan kanker akan lebih baik.
  • Biaya pelayanan kesehatan juga bisa ditekan.

Anak dengan penyakit kanker umumnya mengalami peningkatan kebutuhan energi dan protein akibat adanya berbagai komplikasi. Apabila masalah nutrisinya tidak ditangani dengan baik, anak dengan kanker dapat memiliki konsekuensi deperti stunting, peningkatan risiko komplikasi, menurunnya respon dan toleransi terhadap engobatan, mudah relaps (kambuh), dan menurunnya tingkat kelangsungan hidup,” kata dr. Cut Nurul Hafifah.

Dr. Cut Nurul Hafifah.

Dr. Cut Nurul Hafifah kemudian menunjukkan data tentang malnutrisi yang dialami anak dengan kanker (Data RSCM Januari-Juni 2017):

Malnutrisi yang terjadi pada anak dengan kanker.

Di RSCM, saat anak masuk sudah ada screening duluan, sehingga saat anak pertama kali datang dilihat apakah akan berisiko kena malnutrisi, baru lalu lanjut penanganan yang sesuai,” jelas dr. Cut Nurul Hafifah.

Dr. Cut Nurul Hafifah kemudian menjelaskan mengenai cara mencegah malnutrisi pada anak dengan penyakit kanker. Cara ini disebut dengan deteksi dini, yang dilakukan dengan cara:

  • Ukur berat badan dan panjang/ tinggi badan.
  • Ukur lingkar lengan pada anak dengan pembesaran organ/ tumor padat.

Apabila dari screening tersebut sudah diketahui hasilnya, yakni risiko rendah atau tingga, maka selanjutnya tata laksananya terdapat dalam algoritma berikut:

Tata laksana nutrisi untuk pasien kanker anak.

Dr. Cut Nurul Hafifah juga membeberkan mengenai mitos dan fakta seputar nutrisi pada anak dengan sakit kanker. Berikut adalah beberapa mitos yang sering beredar di masyarakat:

  • Diet Neutopenia

Pasien dilarang makan buah dan sayur mentah, daging, ayam, ikan,telur setengah matang, kacang-kacangan mentah (raw nuts), yogurt atau produk yang mengandung probiotik.

Fakta: Tidak ada bukti pasien kanker ada pantangan makanan (Diet Neutropenia). Food and Drugs Administration (USA) mengatakan bahwa boleh kok pasien kanker makan buah dan sayur segar asalkan sudah dicuci bersih, membersihkan tutup makanan kaleng sebelum membuka,memasak hingga matang, menyimpan makanan di kulkas sesuai dengan suhu aman.

  • Mengkonsumsi antioksidan dapat membantu pengobatan kanker

Fakta: Bukan mengurangi sel kanker, namun memang menjanjikan untuk anak mudah menjalani kemoterapi. Antioksidan yang disarankan berasal dari makanan yang kaya akan antioksidan, seperti bayam, lemon, buah zaitun, biji bunga matahari, kacang-kacangan, ikan air tawar, tahu, bawang bombay, blackberry, dll.

  • Diet alkaline

Katanya kalau minum air alkaline nanti kondisi tubuh akan berubah pH-nya dari asam jadi seimbang.

Fakta: Mekanisme asam basa dalam tubuh diatur oleh ginjal dan sistem pernafasan.

  • Kanker makin bertumbuh karena konsumsi gula

Banyak orang yang menghentikan konsumsi gula karena mendengar bahwa gula mensupply makanan bagi kanker.

Fakta: Seluruh tubuh mengambil energi dari glukosa (bentuk sederhana gula). Konsumsi makanan tinggi kalori dan gula berkaitan dengan obesitas dan risiko diabetes, bukan kanker. Maka, penderita kanker boleh konsumsi gula, namun dalam batas wajar, tidak terlalu banyak, namun juga enggak terlalu sedikit.

  • Mitos-mitos lain yang sebaiknya tidak dilakukan oleh penderita kanker: Diet Ketogenik, Diet Vegan, Diet Paleolitik, dll.

Jadi, mohon maaf, mungkin ada teman-teman pembaca artikel ini yang merupakan orang tua dari pasien kanker anak, sebaiknya dalam memberikan nutrisi untuk anak berkonsultasilah pada ahlinya (dokter, ahli gizi, dll). Jangan terpengaruh oleh mitos-mitos, khawatirnya malah akan menyebabkan malnutrisi pada anak.

Nah, itulah teman-teman penjelasan mengenai mengapa anak bisa terserang kanker dan bagaimana sebaiknya pemberian nutrisi yang tepat untuk pasien kanker anak ini. Semoga bermanfaat yaaa…

Tentang Pita Kuning

Selanjutnya, saya mau menjelaskan tentang Pita Kuning. Sebagaimana janji saya saat mengawali artikel ini tadi di atas. Siapa tahu ada teman-teman atau saudara atau kenalan yang membutuhkan informasi mengenai Pita Kuning ini.

FYI, Pita Kuning adalah yayasan kanker anak pertama di Indonesia yang memberikan dukungan untuk pasien dari keluarga prasejahtera. Berikut adalah beberapa program layanan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya:

  • Layanan pendampingan

Meliputi aktivitas psikososial, pemantauan terkait kondisi klinis, fisik, psikis, serta ekonomi keluarganya.

  • Penyaluran dana bantuan

Melakukan penyaluran dana untuk mendukung proses pengobatan/ perawatan.

Pita Kuning beralamat di: Jl. Cendrawasih no. 20A, Kelurahan Gandaria Selatan, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Teman-teman bisa melihat aktivitas Pita Kuning di media sosial mereka di:

Silahkan, bagi yang membutuhkan informasi ini bisa menghubungi langsung Pita Kuning 🙂 .

April Hamsa