Orang bilang mengajari anak berpuasa tuh penuh huru-hara. Yhaaa, namanya juga anak-anak, apalagi kalau si kecil punya hobi ngemil, pasti tak mudah melatih mereka berpuasa. Yekaaan? Sepertinya memang butuh beberapa trik atau cara khusus supaya anak mau menahan lapar dan haus, Enggak uma itu, orang tua juga punya tanggung jawab untuk memberikan pemahaman mengenai hakikat puasa yang sebenarnya kepada anak. Nah, berkaitan dengan anak berpuasa, kali ini saya mau cerita tentang pengalaman kami mengajari anak berpuasa.

Oh iya, FYI, tahun ini yang baru belajar puasa cuma Maxy (7 yo), sedangkan Dema (5 yo) soalnya masih agak susah dibangunin sahur. Plus, anaknya juga bolak balik bilang, “Dema enggak mau puasa.” Heuheuheu. Yawda, akhirnya kami enggak paksa, ntar anaknya malah punya pandangan negatif pada puasa kan? Walau, yaaa, pada saat Ramadan seperti sekarang, Dema makan utamanya juga cuma dua kali, xixixi. Kadang makan siang ikutan skip karena emaknya belum masak 😛 . Kalau ditanya “Dema lapar enggak?” Dia jawab, “Enggak” tapi mulutnya sambil ngunyah camilan apa aja yang tersedia di rumah 😛 .

Maxy mulai belajar puasa full tahun ini. InsyaAllah.

Balik lagi ke cara mengajari Maxy berpuasa, sebenarnya tahun kemarin, kami juga mengajak Maxy puasa sih. Tapi, masih enggak konsisten. Pasalnya, kadang kami kurang sabar membangunkannya sahur. Kalau anaknya tetep bobo, yawda kami selow aja. Kalau enggak sahur ya enggak ikutan puasa, kalau sahur ya lanjut puasa. Masih sesukanya aja. Namun, tahun ini berbeda donk, karena usia Maxy udah tambah gede, jadi kami putuskan untuk menjadi lebih “tegas” mengajarinya berpuasa.

Meski demikian, supaya enggak kaget, ujug-ujug enggak makan dan minum, maka Maxy kami sounding dulu mengenai bulan Ramadan. Khususnya menjalankan ibadah puasa.

Mengapa sih anak harus belajar berpuasa?

Masih kecil kok diajakin puasa? Kan kasihan…” Ada yang berpendapat demikian?

Kalau menurut kami pribadi, justru sejak usia dini, mestinya anak sudah dikenalkan dengan ibadah yang diajarkan dalam keyakinan/ agamanya. Harapannya saat sudah dewasa kelak, anak sudah “terbiasa” menjalankan ibadah.

Kamudian, alasan kedua adalah untuk alasan kesehatan. Sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa puasa bagus untuk kesehatan tubuh, ada waktu detox racun-racun dalam tubuh gitu saat anak puasa. Meski demikian, karena anak masih dalam tahap pertumbuhan, sebaiknya saat sahur dan buka puasa pastikan anak mengkonsumsi makanan sehat dan bernutrisi. Supaya anak-anak tidak kekurangan nutrisi.

Walau sedang berpuasa tetap berikan makanan bernutrisi ya.

Yang ketiga, mengajari anak puasa sejak usia dini juga berarti menanamkan bibit rasa empati kepada si kecil. Saya sering bilang ke Maxy, “Lihat tu ada orang enggak bisa makan, kelaparan. Rasanya enggak enak kan? Perutnya sakit. Maxy enak masih bisa makan.”

Ketika puasa, anak enggak makan, enggak minum, pasti turut merasakan lapar dan dahaga. Kondisi semacam ini bisa membuat si anak tahu bagaimana enggak enaknya kelaparan, sehingga tahu bagaimana nikmatnya masih bisa makan. Selain itu harapannya anak juga jadi mengenal rasa syukur sekaligus bisa berempati pada orang yang mungkin enggak seberuntung dia.

Masih banyak alasan lainnya mengapa orang tua perlu membiasakan anak berpuasa sejak usia dini, antara lain:

  • Mengajari anak disiplin karena waktu makan dan ibadah lainnya sesuai sudah otomatis terjadwal.
  • Mengajari anak mampu bersabar dan mengontrol emosi. Tentu saja dalam hal ini orang tua mesti ngasih tahu anak bahwa hakikat puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, namun juga menahan amarah.

Nah, jadi itulah alasan mengapa sebaiknya mengajari anak berpuasa sejak dini, sebab manfaatnya banyak sekali buat si kecil, baik itu fisik maupun mentalnya.

Langkah-langkah melatih anak belajar berpuasa

Lalu bagaimana caranya melatih anak berpuasa?”

Saya akan mencoba menjelaskan sesuai pengalaman saya pribadi yaaa. Nanti kalau ada pembaca parents lain yang memiliki metode lain dalam mengajari anak puasa, bisa nambahin dengan cara sharing di kolom komentar blog ini 🙂 .

Berikut adalah langkah-langkah yang kami jalankan untuk mengajari anak berpuasa:

  • Sounding anak sebelum Ramadan datang

Sebelum bulan puasa tiba, kami sounding Maxy dulu mengenai kapan datangnya Ramadan dan ibadah apa saja yang dilakukan. Khusus puasa, kami mencoba menjelaskan dengan bahasa yang simple bahwa puasa itu artinya menahan lapar dan haus. Kami juga menjelaskan tentang makan sahur dan waktu buka puasa. Apalagi waktu sahur, artinya si kecil harus bangun dini hari dan harus makan.

Kadang sahur dengan muka bantal 😀 .

Tak lupa kami sisipkan penjelasan tentang manfaat puasa apa aja. Ya, kurang lebih seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Lebih seringnya sih, kami kasi contoh tentang orang yang enggak bisa makan, supaya Maxy paham betapa nikmatnya berpuasa dan saat berbuka.

Selain itu, kami menjelaskan tentang risikonya apa aja kalau puasa, seperti mungkin ntar terasa lapar atau haus, bahkan pusing. Namun, kami memberikan beberapa option juga kalau Maxy merasa enggak nyaman, Maxy bisa istirahat/ tidur (kebetulan kan Ramadan kali ini aktivitasnya di rumah aja) atau membatalkan puasa dengan berbuka duluan.

  • Jangan dipaksa puasa full

Yes, jadi kami enggak memaksanya puasa full sampai Maghrib. Ya, pasti banyak lha ya orang tua yang seperti kami juga. Saya dulu juga kayaknya puasa tuh ya mulainya dengan puasa suka-suka. Kadang saya buka saat bedug Dhuhur, kadang Ashar, sampai akhirnya bisa puasa full.

Namun, alhamdulillah-nya si Maxy ini selama Ramadan (hari ke berapa ini?) puasanya full terus. Bukanya di waktu Maghrib. Walau, kadang ada waktu di mana sahurnya belum sempurna, masih nabrak adzan Subuh karena anaknya enggak bisa makan cepet sih, hehe. Tapi, tak masalah untuk sementara ini #imho.

Kadang, kalau Maxy terlihat lesu saya suka nanya,”Maxy lapar? Maxy haus?”

Dia udah bisa jawab, “Enggak, Maxy kan puasa.”

Alhamdulillah… 🙂 .

  • Orang tua memberi contoh

Ya, pasti donk ya? Bagaimana mungkin kita menyuruh anak puasa, eh, kita orang tuanya malah enggak puasa? Malu lha ma anak kecil.

Kecuali kalau emaknya sedang tamu bulanan nih, yaaa, jelasin aja apa adanya. Kalau anak-anak saya sih sudah paham kalau dalam kondisi demikian, ibunya enggak sholat, pasti juga enggak puasa.

  • Siapkan makanan kesukaan si kecil

Supaya anak semangat puasanya, maka di rumah kami menyiapkan camilan atau makanan favoritnya. Terutama untuk makanan pada saat sahur ya, supaya anaknya enggak males-malesan ketika sahur hehe. Eh, pas buka puasa juga sih. Namun, kalau saya perhatikan, karena anaknya laper, maka saat buka puasa ada kecenderungan makanan apa aja disantap, hehe.

Maxy paling semangat kalau menu sahur atau bukanya adalah nasi goreng.
  • Ajak anak melakukan aktivitas seru

Kalau anak sekolah mungkin lebih gampang kali yaaa, soalnya anak banyak aktivitas sehingga melupakan waktu selama puasa. Tahu-tahu pas pulang ke rumah udah jelang buka puasa aja. Nah, yang repot ya kayak sekarang pas di rumah aja ini, orang tua kudu pinter-pinter mencarikan aktivitas seru buat si kecil.

Kalau di rumah ya paling anaknya diajak main, nonton film animasi, sembari belajar, melibatkan anak membereskan rumah, memasak, dll. Ya, pokoknya dibikin sibuk lha. Namun, kalau kehabisan ide, kadang kalau siang gitu, anaknya saya giring ke kasur buat istirahat, xixixi.

Apakah mengajari anak berpuasa perlu pakai sistem reward?

Terakhir, mengenai pemberian reward atau hadiah. Hmmm, sengaja saya pisahkan dari langkah-langkah ke atas, karena ada beberapa pendapat ya? Ada orang tua yang memberikan hadiah kalau anaknya pinter dan rajin puasa, tapi ada juga yang enggak. Nah, saya masuk tim orang tua yang enggak memberikan reward khusus.

Baca juga: Yuk. Ajari Anak Berzakat Sejak Dini!

Alasannya adalah supaya anak berpuasa bukan karena hadiah, melainkan karena mereka ingin melaksanakan ibadah ini karena mereka tahu kewajibannya sebagai seorang muslim. Meski demikian, kami enggak pelit pujian kepada anak kami.

Maxy pinter!”

Maxy anak sholeh!”

Good job, Maxy puasa full. Besok lagi ya.”

Harapan kami pujian itu bisa memotivasi Maxy untuk makin semangat berpuasa.

Namun, bukan berarti yang memberi hadiah ke anak abis puasa keliru, lho. Ya, senyamannya para orang tua aja sih 😀 .

Yaaa, jadiiii, begitulah teman-teman, khususnya para orang tua, pengalaman saya mengajari anak berpuasa. Cara mengajari anak puasa tiap orang tua pasti berbeda, tak masalah, yang penting pesan atau ajaran tentang puasa ke anaknya nyampek, gitu 😀 .

April Hamsa