Salah satu yang bikin saya dan suami memutuskan untuk enggak nambah anak lagi (lo kira makanan nambah? Haha 😛 ) adalah karena sekarang anak-anak udah usia SD. Mereka udah bisa ngapa-ngapain sendiri. Mandi sendiri, cebok sendiri, makan sendiri, dll. Ortunya tinggal enaknya aja. Sesekali, kami bahkan udah bisa keluar berdua aja ninggalin mereka sambal nitip-nitip ke tetangga/ satpam buat ngliatin. Yeaaayy, anak-kami udah mandiri. Udah enggak harus nempelin emak bapaknya mulu 😀 .

Kemandirian anak tidak datang begitu saja tetapi perlu distimulasi.

Ngobrolin tentang kemandirian anak, tentu ini enggak datang sendiri ya, moms,melainkan harus diajarkan/ distimulasi oleh orang tuanya. Nah, kali ini, izinkan saya sharing tips mengenai cara mengajari anak mandiri.

Kemandirian yang saya maksud meliputi apa aja, misalnya mengerjakan tugasnya sendiri, bersosialisasi dengan orang, dll.

Okey, tak pakai basa-basi berlebih ya, berikut adalah hal-hal yang saya terapkan supaya anak-anak bisa mandiri:

  • Mendelegasikan tugas yang bisa anak kerjakan sesuai usianya

Iyes, pertama perhatikan dulu usia si anak. Dahulu, saya sepertinya memulainya saat si anak bisa makan sendiri, kira-kira usia TK. Soalnya kan udah ada kegiatan makan Bersama di TK-nya kala itu. Tinggal kasi sendok makannya dan minta makan sendiri. Awalnya ya gitu, makannya berantakan. Buat moms yang sumpek liat yang kotor-kotor berikan saja alas makan atau koran gitu. Ntar, berantakannya akan di satu tempat saja dan tinggal dibereskan.

Contoh lain, membuat si anak membereskan kamar tidurnya sendiri. Ini juga udah mayan lama saya terapkan. Wajib hukumnya setelah sholat Subuh, seprei tertata rapi, semua sampah kemarin sudah hilang.

Contoh lain lagi, pekerjaan mencuci piring dan gelasnya sendiri. Iyes, saya udah enggak pernah mencuci piring makan dan gelas anak-anak lagi, karena rules di rumah begitu selesai makan wajib mencuci piringnya sendiri, sekalian cuci tangan 😀 .

Paling ortu tinggal bagian kasi tau apa yang sekiranya belum bener, supaya dikerjakan ulang.

  • Sesekali bebaskan anak memilih tugasnya sendiri

Sebagai latihan menuju kemandirian, sebaiknya sesekali berikan pilihan kepada anak, mana tugas yang ingin dikerjakannya sendiri, mana yang membutuhkan bantuan. Hal ini juga bisa melatih anak menentukan skala prioritas mana dulu yang mau dia kerjakan.

Dengan sesekali membebaskan si anak memilih tugasnya sendiri, maka kita juga melatih anak memilih tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuannya/ kedsanggupannya. Dengan begitu, secara tak langsung kita juga melatihnya membuat keputusan-keputusan yang sangat bermanfaat untuk masa mendatang juga.

  • Biarkan anak memecahkan masalahnya sendiri

Ini contohnya lebih ke mencari barang. Namanya anak-anak ya, selalu saja ada barangnya nyelip. Udah gitu nyarinya saat detik-detik terakhir mau dibutuhkan grrrhh. Biasanya saya minta mencarinya sendiri. Kalau enggak ketemu yawda cari saja barang substitusi.

Contoh lain berlaku juga dengan hubungan/ interaksi bersama teman-temannya. Sering anak saya pulang main bilang dijahili oleh temannya. Paling pilihannya saya minta bilang ke teman-temannya supaya enggak gangguin lagi atau enggak main lagi sama mereka. Eh, kenyataannya tetep aja milih tetap berteman, hehe.

Sebenarnya ketika anak mengalami masalah, mereka tuh juga bisa cepat tahu gimana cara penyelesaiannya. Asalkan, ortu enggak terburu-buru ikut campur membuat keputusan akan masalah yang tengah dihadapi anak saat itu.

Kecuali, kalau si anak meminta saran, karena benar-benar sudah bingung mau ngapain lagi. Momen seperti ini juga sangat menarik untuk kita manfaatkan mengajak anak berdiskusi ya, moms.

  • Meskipun tergoda ingin membantu, tahan saja

Kadang, saat kita melihat anak membersihkan kamar gitu, trus masih ada yang terlihat belum beres, biasanya ada aja ortu yang enggak tahan lalu tiba-tiba sudah membantu si anak. Yang ada kadang anak malah berhenti membereskan kamarnya, karena merasa toh ada yang sudah bisa diandalkan, hehe.

Maka, dari itu moms, sebaiknya biarkan saja dulu, awasi saja dulu bagaimana cara beberesnya. Setelah si anak bilang dia done, ajak saja mengevaluasi bareng-bareng apakah masih ada yang keliru/ kurang.

Dengan demikian, anak juga akan mampu membedakan, mana pekerjaan yang sudah benar dan mana yang masih keliru. Pengalaman ini tentu akan sangat berharga buat anak dan membuatnya menjadi anak yang lebih baik lagi mengerjakan tugas-tugasnya di masa yang akan datang.

  • Kalau ada kesalahan jangan dimarahi

Nah, ini. Namanya anak-anak ya, tentu apa yang dikerjakan masih jauh dari sempurna. Meski demikian, kalau ada kesalahan jangan langsung dimarahi ya moms. Lagi-lagi lakukan saja evaluasi bersama-sama dan diskusikan dengan anak di bagian mana salahnya.

Bila perlu tulis saja di kertas, lakukan ceklist lagi mana saja yang perlu diperbaiki terkait tugas-tugas yang dikerjakannya. Dengan begitu, biasanya anak lebih cepat memahami di mana letak kesalahannya dan bisa memperbaiki di masa mendatang.

Kalau anak ujug-ujug dimarahi karena kesalahan yang biasanya enggak terlalu besar, misalnya, malah bikin anak ilfil untuk melakukan tugas-tugasnya lagi, karena merasa toh yang dilakukannya keliru. Jadi, yawes, yang penting si anak mau dulu mengerjakan tugasnya, itu saja udah poin bagus.

  • Hargai usaha anak, kalau bisa berikan apresiasi

Sekecil apapun hal-hal yang bisa dilakukan oleh si kecil secara mandiri, sebaiknya kita hargai ya, moms. Kalau bisa berikan apresiasi. Enggak perlu harus dengan kado atau apa, memberikan pujian kecil juga bisa bikin si anak lebih semangat.

  • Mengajari anak tentang kemampuan sosial

Hal ini terkait kemampuan sosial anak atau berhubungan dengan lingkungan yang lebih luas, selain lingkungan rumahnya/ keluarganya. Misalnya, nih, saat kita sudah merasa bahwa si anak sebaiknya berangkat ke sekolah sendirian. Kita bisa mengajari anak tentang bagaimana minta tolong orang menyeberangkan jalan, mengajari anak untuk menghafal nama dan nomor telepon ortu barangkali dibutuhkan saat butuh pertolongan orang lain. Trus, kita juga bisa mengajari anak kita untuk waspada kalau ada orang lain yang mencurigakan.

Kalau anak-anak saya kebetulan sekolah di rumah ya. Kalau yang saya biasakan mandiri keluar rumah tuh pergi mengaji sendiri ke masjid yang jaraknya hampir sekilo dari rumah. Alhamdulillah, sudah bisa pulang pergi sendiri.

Sesekali ada ortu lain yang mengantar. Tentu tak lupa kalau dalam situasi seperti itu, saya mengajari mereka mengucapkan terima kasih.

Sedikit demi sedikit melepas anak dan menghilangkan rasa khawatir, percaya pada kemampuan anak. InsyaAllah mereka bisa mandiri melakukan apa saja sendiri, sesuai usia dan kemampuannya.

Itulah sharing tentang cara melatih anak mandiri kali ini. Mohon maaf kalau bahasanya agak belibet dan kayakn lebih banyak memakai contoh ya. Soalnya memang sesuai dengan pengalaman saya sendiri dalam melatih anak supaya jadi lebih mandiri 😀 . Semoga postingan ini bermanfaat ya, moms 😀 .

April Hamsa