Dokter, anak saya punya alergi. Sejak baru lahir, setelah minum ASI, wajahnya jadi bruntusan. Dokter memberi saya list makanan apa saja yang jadi pantangan kepada saya. Tapi, akhirnya saya coba satu demi satu, sampai akhirnya anak enggak bruntusan lagi. Masalahnya, saat usia dua tahun seperti sekarang ini, ada makanan yang kalau dia makan pasti membuat bibirnya bengkak, Dok. Bagaimana cara mengetsnya, mengingat usianya masih kecil dan saya takut dia ditusuk-tusuk jarum?”

Itulah pertanyaan yang saya sampaikan kepada Dr. dr. Zakiudin Munasir, SpA(K) (dr. Zaki), seorang konsultan alergi imunologi anak. Sebenarnya, sudah sejak lama saya ingin menanyakan hal tersebut kepada dokter yang selama ini status facebook-nya sering wira-wira di timeline saya tersebut. Namun, karena segan wurung mulu, hehe.

Mendapat pencerahan tentang alergi anak

Maka, saat ada kesempatan bertemu langsung dengan dr. Zaki pada tanggal 24 Agustus 2017 kemarin di acara Expert Talkshow yang diselenggarakan oleh Nutriclub Indonesia, saya tidak menyia-nyiakannya. Saya menjelaskan alergi anak dan meminta solusi kepada dr. Zaki.

Dr. Zaki pun kemudian menjawab pertanyaan saya tentang alergi anak. Menurut dr. Zaki cara saya untuk mencoba satu demi satu makanan yang diduga menjadi penyebab alergi (alergen) anak saat masih minum ASI sudah tepat.

Memang, kalau anaknya, misalnya cuma alergi susu sapi, ya ibunya cukup menghindari susu sapi aja. Jangan sampai anak kekurangan nutrisi hanya karena ibunya pantang semua makanan yang dicurigai.

Kemudian, dr. Zaki juga menerangkan mengapa bibir anak saya bisa bengkak, berdasarkan kronologis yang saya ceritakan. Jadi, anak saya (Dema) waktu itu pernah makan ayam yang kami beli di sebuah rumah makan. Biasanya sih enggak masalah. Ternyata, pada saat itu, setelah makan, eh bibirnya bengkak.         

Saya saat menghadiri acara Special Day for Royal Mom – Allergy Sharing Session “Kenali Alergi Lebih Ahli”.

Sebenarnya, itu bukan pertama kalinya Dema mengalami bibir bengkak. Sebelumnya, bibirnya pernah bengkak juga setelah makan mie ayam yang kami beli. Biasanya sih, saya tungguin 1x 24 jam atau semalaman.

Esoknya, bengkak di bibirnya kempes sendiri. Saya enggak terlalu panik, karena kakaknya Si Maxy, saat masih seusia Dema dulu juga pernah mengalami bengkak di bibir setelah makan makanan tertentu.

Menurut dr. Zaki, kemungkinan anak-anak memang mengalami alergi pada bahan makanan tertentu. Karena kondisinya anak-anak bibirnya bengkak setelah jajan di luar, ayam misalnya, bisa jadi penyebabnya bukan ayam. Apalagi, kalau makan ayam masakan saya anak-anak baik-baik aja.

Kata dr. Zaki, ada kemungkinan saat digoreng, minyaknya juga untuk menggoreng makanan lain yang menyebabkan anak-anak alergi. Oleh sebab itu dr. Zaki menyarankan kepada saya untuk membawa anak-anak dicek atau dites alergi di laboratorium.

Kalau zaman dulu, memang metodenya ditusuk-tusuk jarum. Namun, menurut dr. Zaki, sekarang sudah bisa dengan cek darah. Jadi, enggak perlu khawatir usia anak masih dini saat dites, karena metode tersebut sudah bisa dilakukan sejak bayi usia newborn sekalipun. Alhamdulillah, akhirnya saya dapat pencerahan juga soal alergi anak-anak.

Alergi dan penyebabnya

Mungkin, ada teman-teman yang bertanya-tanya, mengapa sih seseorang bisa terkena alergi? Dalam acara Expert Talkshow yang bertajuk Special Day for Royal Mom – Allergy Sharing Session “Kenali Alergi Lebih Ahli” itu dr. Zaki mengajak peserta talkshow untuk mengenal alergi.

Alergi itu sebenarnya suatu respon sistem tubuh yang tidak normal. Tubuh mengenali bahan yang sebenarnya tidak berbahaya bagi orang lain, namun bahaya buat dirinya. Misal, Si A setelah minum susu sapi, wajahnya langsung bruntusan. Padahal, kalau orang lain yang minum fine-fine aja. Itu karena tubuh Si A mengenali bahwa susu sapi bahaya kalau diminumnya.

Pencetus alergi disebut dengan alergen. Alergen bisa berupa makanan dan sesuatu yang kita hirup. Contoh makanan yang dapat menjadi alergen, antara lain: susu sapi, kacang kedelai, kacang tanah, tree nuts, sea food, gandum, telur, dan ikan. Sedangkan alergen dari sesuatu yang terhirup, misalnya: tungau debu rumah, serbuk sari tanaman, kecoak, serpihan kulit binatang, dan jamur.

dr. Zaki saat menjawab pertanyaan mengenai alergi anak.

Seseorang yang terkena alergi biasanya akan mengalami gejala seperti kulitnya terkena dermatitis atopik, diare, asma, vertigo, sakit kepala menahun yang enggak sembuh-sembuh. Menurut dr. Zaki, kita tidak boleh menduga-duga pencetus alergi. Sangat penting buat kita untuk tes dan mencari tahu apa penyebab alergi, supaya mendapatkan pengobatan yang tepat sesuai gejalanya.

Cara mendeteksi dini alergi adalah dengan melihat riwayat alergi keluarganya. Kalau ada yang punya alergi berati anak itu juga memiliki risiko alergi. Jika ayah dan ibunya alergi, sekitar 80% kemungkinan anak akan alergi juga,” kata dr. Zaki.

Lalu bagaimana jika ayah dan ibunya tidak alergi, tapi ternyata anaknya alergi?

Kemungkinan besar orang tuanya tidak alergi, sebab cuma pembawa saja. Bisa jadi kakek atau neneknya atau ada keluarga lain yang alergi,” jawab dr. Zaki.

Alergi susu sapi dan tata laksana penanganannya

Karena peserta yang hadir, kebanyakan adalah ibu-ibu yang anak-anaknya pernah mengalami kondisi alergi susu sapi, maka dr. Zaki kemudian memberi penjelasan khusus mengenai alergi susu sapi. Alergi susu sapi sebenarnya disebabkan oleh kasein dan whey (protein dalam susu sapi).

Angka kejadian alergi susu sapi pada anak sekitar 2-7,5%. Biasanya manifestasi atau gejala yang sering terlihat adalah dermatitis atopik, merah-merah pada kulit (sekitar 35%). Alergi pada susu sapi biasanya akan berkurang bahkan menghilang sama sekali, seiring dengan bertambahnya usia anak.

Selain kulit mengalami dermatitis atopik, apa saja sebenarnya gejala anak terkena alergi susu sapi? Gejala alergi susu sapi dibedakan menjadi gejala ringan/ sedang dan berat.

Gejala alergi susu sapi ringan/ sedang:

  • Saluran pencernaan: regurgitasi (naiknya makanan dari kerongkongan atau lambung tanpa disertai rasa mual) secara berulang, muntah, diare, konstipasi, darah pada tinja, kolik.
  • Kulit: dermatitis atopik, angioederma, urtikaria.
  • Saluran pernafasan: pilek yang enggak sembuh-sembuh, batuk kronik, mengi.
  • Lain-lain: anemia defisiensi zat besi.

Gejala alergi susu sapi berat:

  • Saluran pencernaan: gagal tumbuh akibat diare, regurgitasi.
  • Kulit: dermatitis atopik berat.
  • Saluran pencernaan: obstruksi saluran nafas dengan kesulitan bernafas.
  • Lain-lain: shock anafilaksis (kesulitan bernafas, kehilangan kesadaran, penurunan tekanan darah), anemia defisiensi besi berat.

Dr. Zaki kemudian mengatakan bahwa alergi memiliki dampak yang signifikan bagi anak, keluarga, bahkan dalam masyarakat, sebab:

  • Bagi anak tentu saja sangat mempengaruhi kesehatan anak. Anak yang memiliki alergi berisiko memliki penyakit degeneratif, seperti obesitas, hipertensi, penyakit jantung.
  • Anak yang memiliki alergi biasanya juga mengalami keterlambatan pertumbuhan, karena berhubungan dengan jenis dan durasi pantang makanan.
  • Anak juga bisa mengalami gangguan psikologi, seperti stress karena sering mengalami alergi, akibatnya kualitas hidup anak menurun.
  • Sedangkan bagi keluarga dan masyarakat sangat erat kaitannya dengan ekonomi. Alergi yang dialami bisa meningkatkan biaya pengobatan. Belum lagi kerugian yang disebabkan oleh biaya enggak langsung, seperti kehilangan pendapatan karena sering enggak masuk kerja.

Dengan dampak semacam itu, maka sebaiknya alergi jangan disepelekan dan harus segera ditangani. Sebab jika tidak segera ditangani, anak yang alergi akan terhambat pertumbuhannya. Hal tersebut bisa terjadi, jika:

  • Diagnosis alergi terlambat.
  • Terjadi kejadian penyakit pada usia dini.
  • Anak alergi beragam makanan.
  • Eliminasi beragam makanan dari diet si kecil.
  • Eliminasi makanan dengan nilai nutrisi yang tinggi.
  • Tidak patuh terhadap manajemen diet.
  • Pembatasan yang ekstrim terhadap makanan.

Maka sangat dibutuhkan intervensi nutrisi supaya dapat mencegah rekasi alergi, memastikan tumbuh kembang anak yang sesuai, bisa mengenali dan menangani malnutrisi dengan tepat. Untuk itu, butuh penanganan alergi susu sapi dengan tata laksana yang benar.

Mengenai tata laksana alergi susu sapi, dr. Zaki menjelaskan bahwa ada dua hal yang bisa dilakukan oleh orang tua, apabila anaknya menderita alergi susu sapi. Pertama dengan cara menghindari protein susu sapi dan produk turunannya seperti keju, es krim, dan lain-lain. Kedua, dengan obat-obatan sesuai indikasinya.

Lalu bagaimana dengan bayi newborn yang belum bisa makan apa-apa? Maka makanan terbaik buat newborn adalah Air Susu Ibu (ASI). Ibunya wajib menghindari produk dari protein susu sapi. Namun, jika terpaksa tidak bisa mendapatkan ASI maka bayi bisa diberi asupan susu formula dan produk olahan lain yang tidak mengandung protein susu sapi.

Khusus untuk pemberian susu formula, itu juga enggak sembarangan. Perhatikan gejala alergi anak. Apabila anak mengalami gejala alergi ringan/ sedang maka berikan susu formula Extensive Hydrolisa Milk (eHF). Susu formula eHF adalah susu yang protein sapinya sudah dipecah kecil-kecil sehingga tidak lagi menyebabkan reaksi alergi.

Jika setelah meminum susu formula eHF ada perbaikan, anak enggak lagi bruntusan atau diare, maka terus berikan eHF. Namun, jika tidak ada perbaikan maka berikan susu formula Amino Acid (AA). Sama halnya dengan anak alergi dengan gejala berat, berikan susu formula AA. Susu formula AA adalah susu yang mengandung protein sapi paling sederhana.

Selain itu, alternatif untuk anak yang alergi susu sapi adalah dengan memberikan produk olahan seperti formula isolat protein kedelai. Formula isolat protein kedelai lebih dikenal oleh masyarakat sebagai susu soya.

Mengenal formula isolat protein kedelai

Formula soya berbeda dengan yang kita biasa beli di abang-abang yang jualan susu kedelai itu lho, ya!” tegas dr. Zaki saat memulai penjelsan mengenai susu soya.

Jadi, memang dalam masyarakat kita ada yang suka ngawur, saat mengetahui anaknya alergi susu sapi, sama ibunya dibikinin susu sari kedelai buatan rumahan. Kemudian, susu kedelai itulah yang diberikan kepada anaknya. Padahal, susu sari kedelai rumahan berbeda dengan susu soya dan tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada si kecil.

Mengapa? Sebab, susu sari kedelai murni masih memiliki kandungan alumunium, isoflavon, serta fitoestrogen yang tinggi. Akibatnya, akan mengganggu genetalia anak, mengganggu penyerapan zink, sehingga anak bisa anemia. Sedangkan, formula soya (susu soya) hanya mengambil isolat protein kedelai yang telah difortifikasi oleh beragam asam amino dan mineral sehingga tetap bisa mendukung tumbuh kembang si kecil.

Berikut adalah alasan mengapa susu soya bisa menjadi nutrisi alternatif bagi anak yang memiliki alergi susu sapi:

  • Harga susu soya lebih terjangkau dan penerimaan anak yang alergi terhadap susu ini lebih baik.
  • Tidak ditemukan adanya bukti yang kuat bahwa terdapat efek samping yang tidak diinginkan pada tumbuh kembang maupun hormon.
  • Direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebagai salah satu alternatif nutrisi pada anak alergi susu sapi usia 0-12 bulan dengan penggunaan di bawah pengawasan dokter.

Meski demikian, susu soya tidak dapat digunakan sebagai pencegahan alergi pada bayi dengan risiko tinggi atau bayi sehat.

Mitos dan fakta tentang fomula isolat atau susu soya

Dalam talkshow yang juga ditayangkan secara live di Facebook Nutriclub Indonesia itu, dr. Zaki juga memaparkan tentang berbagai mitos dan fakta mengenai susu soya. Berikut adalah mitos dan fakta susu soya:

Mitos: Formula soya atau susu soya hanya mengandung protein nabati sehingga tidak mendukung tumbuh kembang si kecil.

Fakta: Formula yang beredar di pasaran sudah difortifikasi oleh mineral dan asam amino esensial yang diperlukan untuk mendukung tumbuh kembang si kecil. Studi juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antropometri antara anak yang mengkonsumsi soya dan susu sapi biasa.

Mitos: Formula soya kandungan alumuniumnya tinggi sehingga berbahaya.

Fakta: Asupan alumunium pada anak mengkonsumsi formula soya tidak melebihin 1mg/ kg yang masih menjadi batas toleransi FAO/ WHO. Studi menyatakan tidak ada pengaruh negatif alumunium pada bayi lahir dengan usia gestasi normal yang mengkonsumsi susu soya. Jadi, alumunium dalam susu soya bukan merupakan sebuah isu, kecuali bila diberikan pada bayi prematur atau kepada bayi dengan gagal ginjal.

Mitos: Formula soya mengandung fitoestrogen yang akan menyebabkan feminisasi pada anak laki-laki.

Fakta: Studi menyebutkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara konsentrasi isoflavon dan kandungan dari hormon tertentu pada anak yang mengkonsumsi susu soya. Fitoestrogen yang terdapat dalam plasma darah anak yang minum susu soya berada dalam bentuk konjugat sehingga tidak dapat mengeluarkan efek hormonal.

Mitos: Formula soya mengandung fitat yang tinggi sehingga akan menghambat penyerapan mineral.

Fakta: Tidak ada studi yang menunjukkan dampak negatif kandungan fitat dalam susu soya terhadap pertumbuhan antropometri, jumlah Hb, serta jumlah serum kalsium dan zinc.

Mitos: Formula soya tidak mendukung kemampuan berpikir si kecil seperti formula susu sapi.

Fakta: Studi dilakukan pada anak usia 9-10 tahun yang pernah diberikan formula soya dan ASI selama tahun pertama kehidupannya. Hasilnya tidak ada perbedaan dalam IQ, gangguan perilaku, gangguan belajar atau maslaah emosi antara kedua kelompok tersebut.

Mitos: Formula soya tidak mendukung daya tahan tubuh si kecil seperti formula susu sapi.

Fakta: Sebuah studi menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam jumlah sel limfosit B, limfosit T, atau sel NK, jumlah IgA, IgB, dan IgM serta titrasi antibodi terhadap virus polio pada anak yang diberi ASI, susu formula standar, maupun formula soya.

Jadi, kesimpulannya, formula soya atau susu soya aman dikonsumsi sebagai nutrisi alternatif untuk anak yang mengalami alergi susu sapi. Bagaimana teman-teman, sudah jelas bukan mengenai alergi dan susu soya ini?

Mengikuti Royal Cooking Competition

Oh ya, talkshow mengenai alergi tersebut berlangsung di Almond Zuccini di bilangan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Tempat yang dipilih merupakan cooking studio, sebab selain talkshow, siang itu juga berlangsung Royal Cooking Competition. Saya juga ikut jadi peserta lomba masaknya, lho.

Saya berpasangan dengan Aymey Sandra (Mbak Aymey) masuk dalam tim Amazing. Kami memasak menu Creamy Omega Pasta. Apakah itu menu asli kreasi kami? Yaaaa, bukanlaaaah! Hehehe.

Creamy Omega Pasta yang kami masak adalah duplikasi resep dari Chef Deni Gumilang (Chef Deni) yang hadir pula dalam acara tersebut. Jadi, sebelum semua tim memasak, Chef Deni mempraktekkan dulu cara memasak Creamy Omega Pasta.

Chef Deni saat memasak Creamy Omega Pasta.

Saya dan rekan satu tim saya Mbak Aymey saat ikut kompetisi memasak.

Saya saat ikut kompetisi memasak.

Teman-teman penasaran dengan bahan dan cara memasak Creamy Omega Pasta? Okeh, saya bagi-bagi resepnya yaaaa.

Resep Creamy Omega Pasta:

Bahan dasar:

  • Pasta fettucini dengan rasa bayam.
  • Jamur
  • Ikan kembung
  • Smoked beef
  • Aneka sayuran seperti wortel, jagung manis, kacang polong
  • Olive oil
  • Jeruk lemon
  • Garam

Bahan white sauce:

  • Margarin
  • Terigu
  • Kaldu sayur
  • Chicken powder
  • Susu Nutrilon Royal Soya

Cara memasak Creamy Omega Pasta:

  • Masak air sampai mendidih. Kemudian masukan 1 sdt garam dan sedikit olive oil.
  • Masukan pasta. Rebus sekitar 10 menit sampai aldente.
  • Potong-potong jamur dan smoked beef sesuai selera.
  • Potong-potong ikan kembung.
  • Bumbui ikan kembung dengan garam, bisa juga diberi merica sedikit.
  • Panaskan penggorengan beri olive oil.
  • Goreng ikan kembung sampai kecoklatan. Untuk menghilangkan bau amis, jika sudah matang kecoklatan, beri perasan jeruk nipis.
  • Sambil menunggu ikan kembung matang, buat white sauce-nya dengan cara panaskan 1 sdm margarin di penggorengan sampai meleleh.
  • Masukkan 1 sdt tepung terigu, aduk sampai bau terigunya hilang.
  • Tuangkan kaldu sayur ke terigu, aduk-aduk jangan sampai menggumpal. Sebaiknya pakai panci yang agak melengkung. Kalau misalnya menggumpal maka sebaiknya saring, lalu panaskan lagi. Tunggu sampai mengental.
  • Masukkan aneka sayur ke dalam saus, aduk-aduk.
  • Lalu, masukkan smoked beef dan jamur ke dalam saus, aduk-aduk sausnya.
  • Berikan seasoning dengan menaburkan chicken powder. Aduk lagi.
  • Kemudian matikan kompor.
  • Setelah kompor mati, masukkan 2 sdm susu Nutrilon Royal Soya ke dalam adonan saus. Aduk-aduk sekali lagi sampai merata.
  • Maka pasta pun siap dihidangkan.

Cara menghidangkannya, taruh pasta di atas piring saji. Tuangkan white sauce di atas pasta. Berikan ikan di atasnya. Bisa juga ditambah hiasan lain seperti tomat atau daun peterseli. Kalau sudah selesai, akan seperti gambar di bawah ini penampilannya.

Creamy Omega Pasta ala saya dan Mbak Aymey.

Saya dan Mbak Aymey setelah selesai memasak.

Rasanya enak, lho. Walaupun enggak menang, tapi saya dan Mbak Aymey Sandra bersenang-senang di dapur, hehehe. Senang banget hari itu bisa join bersama Nutriclub Indonesia dan Royal Moms, baik saat acara kompetisi memasaknya maupun talkshow tentang alerginya.

Royal Moms berfoto bersama dr. Zaki dan Chef Deny.

Terima kasih Nutriclub Indonesia atas undangannya 🙂

April Hamsa