Uang memang bukan segalanya. Tapi, segalanya butuh uang.”

Teman-teman pasti sudah sering mendengar kalimat guyonan yang berkaitan dengan “uang” seperti itu, bukan? Namun, menurut saya, kalau kita mau merenungkan kalimat itu lebih dalam lagi, sebenarnya ya emang bener kan? Kita enggak bisa menyangkal bahwa kita semua memang butuh uang.

Saat tanggal tua seperti sekarang ini, misalnya. Pernah tidak teman-teman merasa deg-degan, khawatir uang di dompet tidak cukup sampai tanggal gajian tiba lagi? Mumet ya, saat menyadari bahwa, “Kok, yang namanya uang itu udah kayak air yang keluar dari kran rusak ya? Mengalir terus, enggak bisa ditahan.” Terus terang, saya sering merasa begitu 🙁 .

Siapa yang tiap tanggal tua deg-degan mikirin kondisi uang di dompet?

Rasanya saya ingin tereak-tereak minta tolong kepada seseorang untuk membantu mengatasi permasalahan keuangan keluarga saya. Tapi, siapa yang bisa dimintain tolong?

Mengikuti diskusi bertajuk “Smart Mom, Protect Your Family’s Smile”

Hingga, pada awal September lalu, tepatnya tanggal 9, saya mendapatkan undangan acara bertema “Smart Mom, Protect Your Family’s Smile” dari komunitas blogger yang saya ikuti, Kumpulan Emak Blogger (KEB). KEB tidak sendirian menghelat acara yang mengambil tempat di JSC Hive Coworking Space di Jakarta Selatan tersebut, melainkan bekerja sama dengan Sinarmas MSIG Life.

For your information, Sinarmas MSIG Life adalah salah satu perusahaan asuransi di Indonesia. Dalam kesempatan itu, Section Head of Training Quality Assurance Sinarmas MSIG Life Suandi Sitorus menyampaikan bahwa tujuan dari acara tersebut adalah untuk membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai literasi keuangan.

Section Head of Training Quality Assurance Sinarmas MSIG Life Suandi Sitorus.

Sebenarnya, selain mendapatkan pencerahan mengenai keuangan, pada siang hari itu, kami yang hadir juga diajak membicarakan dengan serius mengenai masalah bullying pada anak. Namun, supaya enggak kecampur-campur maka saya membagi artikel reportase acara tersebut menjadi dua bagian, tentang keuangan dan bullying.

Untuk artikel yang saat ini teman-teman baca, saya menulis tentang informasi dan pengetahuan terkait keuangan yang saya dapatkan dari acara tersebut. Sekaligus, saya mencoba menggambarkan langkah-langkah apa saja yang bisa segera saya dan teman-teman ambil supaya kita terlepas dari masalah keuangan.

Masalah keuangan sangat besar dampaknya untuk keluarga

Kembali ke rasa deg-degan tiap tanggal tua tadi. Sebenarnya, kalau masih dalam tahap deg-degan itu masih lumayan oke, lha. Hubungan sama pasangan (suami/ istri) masih baik-baik saja kan? Bukan bermaksud nyukurin kondisi orang lain, tapi di luar sana, banyak lho pasangan suami istri yang berselisih bahkan bercerai karena masalah keuangan.

Luar biasa ya berarti dampaknya masalah keuangan ini? Semoga kita dijauhkan dari perselisihan sama pasangan gara-gara masalah keuangan ya teman-teman? Aamiin aamiin aamiin!

Lalu kondisi keuangan yang baik dan tanpa masalah itu seperti apa, sih? Nah, dalam acara tersebut, saya mendapat pencerahan mengenai keuangan dari CEO sekaligus founder Jouska Financial Aakar Abyasa (Mas Aakar). Jouska Financial adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang financial advisor.

CEO dan founder Jouska Financial Aakar Abyasa.

Apakah financial advisor itu? Financial advisor itu ibaratnya seperti seorang fashion stylish kalau buat seorang hijaber. Fashion stylish memiliki kemampuan untuk membuat si hijaber bisa tampil lebih cantik. Sedangkan, financial advisor mampu mendandani kondisi keuangan pribadi atau perusahaan yang carut marut, supaya kondisinya bisa menjadi lebih baik.

Ibu-ibu di sini siapa yang masih punya prinsip Uangku Uangku, Uangmu Uangku?” Tanya Mas Aakar saat memulai pemaparannya tentang keuangannya. Kebanyakan yang hadir mengacungkan tangan, termasuk saya.

Lha, kan emang yang umum berlaku begitu kan? Uang suami bisa dipakai oleh istri, kalau uang istri buat istri seneng-seneng dewe. Bebas, terserah si istri mau diapain. Ternyata, menurut Mas Aakar, prinsip tersebut sebenarnya sangat keliru.

Ibu-ibu kalau masih makai prinsip itu, nantinya akan berpotensi dicerai lalu ditinggalin utang!” tegas Mas Aakar. Hedeh, maaf jadi nyebut soal perceraian lagi. Tapi, kok ngeri ya? 🙁 .

Jadi, menurut Mas Aakar sebaiknya kita harus tahu mengenai pendapatan dan kondisi keuangan masing-masing. Baik istri maupun suami sebaiknya harus sama-sama saling terbuka mengenai hal tersebut. Setiap pendapatan atau penghasilan yang masuk sebaiknya dijadikan satu. Kemudian, suami dan istri bersama-sama memanage keuangan keluarga tersebut dengan perencanaan yang jelas. InsyaAllah kalau sudah jelas, akan jarang deg-degan lagi.

Paradigma Uang dan jebakan Middle Income

Mas Aakar kemudian menjelaskan mengenai Paradigma Uang yang berlaku dalam masyarakat. Secara umum terdapat dua paradigma yakni yang Conservative dan Aggresive:

Conservative

Orang yang menganut paradigma seperti ini biasanya punya ciri-ciri:

  • Menganggap uang cuma merupakan alat pembayaran.
  • Memiliki prinsip go with the flow.

Aggresive

Memiliki ciri-ciri:

  • Seseorang menganggap kalau dia banyak uang artinya dia bisa menunjukkan ke sekitarnya kalau dia sukses.
  • Dia bekerja keras supaya dapat uang banyak supaya membuat orang terkagum-kagum kepadanya.

Dua orang berbeda yang menganut kedua Paradigma Uang tersebut mungkin sama-sama menganggap dirinya telah sukses. Namun, sebenarnya tanpa sadar mereka terjebak dalam Middle Income Trap.

Middle Income Trap itu ciri-cirinya biasanya umur 20 tahun kerja, 30 tahun nyicil rumah atau mobil atau menyekolahkan anak, usia 40 udah merasa mateng, eh pas usia 50 tahun nyari mantu kaya,” canda Mas Aakar.

Mengapa harus mencari menantu kaya? Soalnya orang yang terjebak dalam Middle Income Trap enggak percaya diri kalau dia masih bisa berleha-leha saat masa pensiun, Jadi, supaya kehidupan keluarganya tetap terjamin ya begitu solusinya, haha. Mau tertawa kok ya piye yo? Kenyataannya, memang kondisi dalam masyarakat banyak yang seperti itu.

Menurut Mas Aakar, seseorang dikatakan sukses dalam hal keuangan adalah jika dia bisa melompat dari kondisi enggak punya apa-apa (Zero) ke kelas Middle Income, kemudian bisa naik lagi ke kondisi keuangan yang Wealthy. Namun, menurut Mas Aakar cuma sedikit orang yang bisa berhasil naik ke tingkatan Wealthy.

Tingkatan Wealthy ini maksudnya meskipun sudah pensiun, seseorang bisa tetap punya penghasilan. Enggak hidup berdasarkan paycheck demi paycheck tiap bulannya. Dimana kalau paycheck-nya tiba-tiba stop, dia bingung mau bagaimana.

Penyebab seseorang susah naik ke tingkatan Wealthy ya Middle Income Trap tadi. Orang itu menganggap bahwa kehidupannya membaik karena tiap bulan ada penghasilan, dapat paycheck rutin. Tapi, kalau diperhatikan orang ini kan sebenarnya hidupnya tergantung pekerjaannya ya? Kalau enggak kerja, enggak dapat uang lagi, bagaimana nasibnya?

Mas Aakar menjelaskan mengenai ciri-ciri orang yang terkena Middle Trap Income:

Gaji naik, gaya hidup ikut naik

Saya pernah punya klien seorang pengusaha yang sudah menjalankan usahanya selama delapan tahun. Dia pernah kontrak eksklusif dengan sebuah perusahaan. Begitu perusahaan tersebut memutus kontraknya ya akhirnya berantakan semua. Saya menemukan bahwa selama delapan tahun itu, ternyata dia punya banyak utang dan asetnya minus,” cerita Mas Aakar.

Memang Middle Income Trap itu berbahaya banget. Bisa membuat orang lupa daratan. Sampai gaya hidupnya enggak sesuai dengan yang seharusnya. Gaji naik, gaya hidup naik. Misal, kalau dulu saat jadi karyawan nongkrong di warung kopi dekat rumah, begitu naik jabatan jadi manajer pindah ke kafe kekinian. Akibatnya saat bangkrut, enggak kerasa yang tertinggal cuma utang. Tabungan maupun investasi enggak ada sama sekali.

Jadi, sebaiknya kalau gaji naik, gaya hidup enggak perlu ikut menyesuaikan “naik”. Cukup sewajarnya saja, sehingga hasil dari kenaikan gaji tersebut bisa ditabung atau diinvestasikan.

Kalau ada badai, biasanya matinya duluan.

Hal tersebut terjadi karena sudah merasa pekerjaan bagus dan punya cukup penghasilan. Padahal kan perusahaan bisa sewaktu-waktu bangkrut atau bisa kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Orang-orang yang hanya mengandalkan gaji, maka begitu sudah enggak punya pekerjaan, mereka akan “mati duluan”.

Wah, sepertinya itu ciri-ciri saya. Jadi, selama ini saya enggak kerasa udah terjabak dalam Middle Income Trap, huhuhu 🙁 . Kalau teman-teman bagaimana?

Bagaimana cara keluar dari Middle Income Trap?

Supaya bisa keluar dari Middle Income Trap, menurut Mas Aakar, sebaiknya kita “berhenti” dulu di Pit Stop. Pit Stop itu apa dan maksudnya “berhenti” apa?

Jadi, gini, ibaratnya sedang ikut lomba balap mobil, kalau mobilnya udah kerasa enggak enak ya sebaiknya jangan meneruskan lajunya. Berhenti dulu di Pit Stop (pinggiran arena balap mobil/ motor itu lho).

Saat berhenti itu, kita mesti melakukan financial check up. Financial check up mengacu pada Basic Triangle berikut:

Pertama, yang kita lakukan adalah mengecek kondisi keuangan keluarga kita saat ini (current financial statement). Caranya, kita dan pasangan harus mulai terbuka mengenai pendapatan masing-masing berapa, punya investasi apa saja, rumah surat-suratnya bagaimana, kalau punya asuransi seperti apa, dan lain sebagainya.

Kalau bisa buat rekening bersama atas nama suami dan istri. Jadi, keduanya sama-sama saling bisa megakses informasi mengenai kondisi keuangan keluarga.

Kedua, cek mengenai risk profile. Kalau misalnya berinvestasi atau memiliki usaha, pertimbangkan segala risikonya.

Ketiga, milikilah goals atau tujuan. Salah satunya ya tujuannya saat pensiun nanti, kita udah enggak repot mikirin besok makan apa, sebab udah punya pendapatan pasif. Sebab, saat masih muda kita sudah memiliki investasi atau usaha sampingan.

Terakhir, Mas Aakar juga berpesan supaya ketujuh hal berikut mendapat perhatian serius saat ini, supaya kita mendapatkan masa pensiun yang menyenangkan:

  • Property: Punya rumah sendiri.
  • Education: Biaya pendidikan anak-anak terjamin.
  • Investment: Punya investasi supaya bisa kita petik hasilnya saat masa tua nanti.
  • Insurance: Kalau sakit enggak lagi memikirkan biaya pengobatan darimana.
  • Tax: Pajak-pajak yang wajib dibayarkan tiap tahun sudah terjamin bisa kita bayar.
  • Emergency: Dana darurat supaya bisa jaga-jaga kalau ada kejadian yang tidak terduga yang membutuhkan biaya.
  • Retirenment: Berupa dana pensiun yang kita tabung sejak dini.

Kerjakan semua itu, pada saat lapangmu,” pesan Mas Aakar. Mas Aakar juga menekankan untuk tidak lagi menganggap tabu membicarakan keuangan masalah keluarga bersama pasangan dan anggota keluarga lainnya (seperti anak, jika anaknya sudah mengerti tentang konsep uang).

To do list untuk keluar dari Middle Income Trap saat ini

Dari mengikuti acara tersebut, saya mulai tercerahkan mengenai pentingnya financial planning dan saling terbuka dengan pasangan mengenai kondisi keuangan. Untuk itu, saya membuat to do list untuk diterapkan pada kondisi keuangan keluarga saya, yakni antara lain:

Melakukan financial check up

Dengan cara mengamati pemasukan dan pengeluaran sekecil apapun. Dari sana maka saya akan bisa mendeteksi di pos mana, kebocoran paling banyak terjadi. Jika, kebocoran sudah diketahui dan diatasi maka saya bisa menyusun anggaran yang lebih terencana dan terarah bersama dengan suami.

Melakukan financial check up untuk melihat kondisi keuangan keluarga sangat penting.

Memiliki asuransi kesehatan

Saya teringat saat melahirkan anak kedua. Ternyata kondisi kesehatannya bermasalah dan anak saya terpaksa masuk NICU. Waktu itu, kami enggak punya asuransi. Untungnya, ada keluarga yang membantu membiayai. Peristiwa terrsebut menyadarkan kepada saya mengenai betapa pentingnya asuransi. Cuma, saya masih belum menemukan asuransi yang sesuai.

Saat acara kemarin itu, Mas Aakar juga sangat menyarankan kepada peserta yang hadir untuk memiliki asuransi, khususnya asuransi kesehatan.

Asuransi kesehatan itu lebih murah daripada ikut fitness. Jangan menjadikan asuransi kesehatan sebuah option, namun jadikan pondasi,” kata Mas Aakar.

Kalau dipikir-pikir asuransi kesehatan emang sangat diperlukan. Selain BPJS, lho ya, maksudnya. Berkaca dari pengalaman saat anak saya masuk NICU usai dilahirkan. Ya, namanya juga manusia ya. Kita enggak bisa memprediksi kapan kita sakit atau kapan kita meninggal. Tapi, dengan adanya asuransi nanti, minimal saya dan keluarga (juga teman-teman) bisa lebih “santai” apabila hal-hal yang tak bisa diprediksi tersebut terjadi.

Mungkin, ada sebagian teman-teman berpikiran “Ah, kan asuransi ditanggung kantor” coba deh berandai-andai, bagaimana jika kita kena PHK atau kita pensiun nanti? Enggak mungkin masih ditanggung oleh kantor bukan?

Menurut informasi dari Mas Aakar, setelah Mas Aakar membandingkan beberapa asuransi kesehatan, menurutnya asuransi kesehatan yang ditawarkan Sinarmas MSIG Live adalah produk asuransi yang paling tidak memberatkan nasabahnya. Kelebihan asuransi kesehatan Sinarmas MSIG Live dibandingkan asuransi yang menawarkan produk sejenis adalah:

  • Sinarmas MSIG Live adalah perusahaan yang sudah memiliki nama di Indonesia, jadi sistemnya sudah bagus dan bisa dipercaya.
  • Premi yang ditawarkan oleh Sinarmas MSIG Live terkenal sangat terjangkau.
  • Perlindungan yang ditawarkan oleh Sinarmas MSIG Live optimal.

Hmmm, kemungkinan saya akan mempertimbangkan Sinarmas MSIG Live untuk asuransi kesehatan keluarga saya.

Memiliki rumah

Menurut saya ini penting dan harus dipikirkan sejak sekarang. Alhamdulillah, meski enggak beli cash, kami sudah mulai mencicil. Ini merupakan usaha kami supaya kami dan anak-anak punya tempat untuk berteduh.

Memiliki manajemen utang yang baik

Berkaca dari kasus kliennya Mas Aakar yang ternyata enggak punya aset, justru banyak utang, maka saya belajar supaya utang-utang tersebut harus sudah lunas sebelum saya dan suami memasuki masa pensiun. Khususnya utang cicilan rumah (KPR). Caranya, tidak menunggak membayar utang/ cicilan dan tidak menambah utang jika tidak dibutuhkan (misal utang untuk barang konsumtif demi memenuhi gaya hidup).

Menyiapkan dana darurat

Selama ini dana darurat kami ya tabungan itu. Ternyata, kalau dari penjelasan Mas Aakar sebaiknya dana darurat itu dipisah dari tabungan.

Memiliki investasi dan tabungan pendidikan anak-anak akan membuat kita tenang saat pensiun nanti.

Menyiapkan dana pendidikan anak-anak

Saat ini, anak-anak saya masih kecil. Namun, tidak ada salahnya sih untuk segera menyiapkan dana pendidikan anak-anak sedini mungkin. Apalagi, zaman sekarang yang namanya sekolah bagus itu biayanya enggak sedikit.

Punya investasi dan bisnis sendiri

Selain, tabungan yang memang harus rutin tiap bulan diisi, saya juga ingin memiliki investasi dan bisnis sendiri. Tujuannya supaya saat pensiun nanti, kami punya penghasilan pasif, sehingga enggak mengandalkan paycheck ke paycheck.

Ternyata to do list saya emang sebanyak itu gara-gara saya telat menyadari kalau selama ini saya terjebak dalam Middle Income Trap 🙁 . Tapi, bagaimanapun juga, lebih baik telat daripada enggak sama sekali, lalu menyesal saat masa pensiun nanti.

Mari, teman-teman, kita sama-sama membenahi keuangan keluarga. Supaya kelak bisa santai saat masa pensiun telah tiba. Yuk, atur uangmu!

Yuk, atur uangmu sekarang juga demi masa pensiun yang indah!

April Hamsa