Ada yang mengernyitkan dahi ketika membaca judul artikel ini, Cara Mengelola Keuangan Keluarga dan Usaha untuk Womanpreneur? Hayooo lho, kapokmu kapan, abot to judule? Hahaha, uppsss…

Tenang, tenang. Saya cuma bercanda, kok. Jadi, jangan ketakutan dulu baca judulnya ya. Kali ini, saya memang mau sharing tentang bagaimana cara yang baik untuk mengelola keuangan, khususnya buat ibu-ibu yang memiliki usaha (womanpreneur). Eh, tapi saya rasa materi yang mau saya sharing ini bakal cocok diterapkan oleh semua ibu-ibu atau perempuan yang kebanyakan memiliki jabatan sebagai “menteri keuangan” di rumah tangga masing-masing, kok 🙂 .

Tentang program literasi keuangan #IbuBerbagiBijak

Jadi, ceritanya, pada tanggal 30 Agustus kemarin, saya mendapat undangan workshop #IbuBerbagiBijak (Instagram: @ibuberbagibijak) dari Visa. For your information, #IbuBerbagiBijak merupakan sebuah kampanye/ program literasi keuangan yang digelar dalam rangka mengedukasi dan mendorong para perempuan untuk berbagi pengetahuan seputar literasi keuangan. Program literasi keuangan yang berkolaborasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia ini telah menjangkau lebih dari 200.000 perempuan di seluruh Indonesia, selama kurang lebih dua tahun terakhir.

Saya saat menghadiri workshop #IbuBerbagiBijak.

Mengapa Visa memilih untuk mengedukasi perempuan? Berikut jawabannya:

Ada data yang mengejutkan dari survei nasional OJK tahun 2016 bahwa tingkat literasi keuangan perempuan hanya sekitar 25 persen. Artinya hanya sedikit perempuan yang mampu mengelola keuangan,” kata Head of Corporate Communication PT Visa Worldwide Indonesia, Mbak Adhe Hapsari, saat membuka workshop.

Head of Corporate Communication PT Visa Worldwide Indonesia, Mbak Adhe Hapsari.

Artinya, sisanya, sekitar 75% perempuan enggak pinter mengelola keuangan (hiks, saya kayaknya masuk yang 75% deh 🙁 ). Sehingga, #IbuBerbagiBijak ini fokus pada mengedukasi perempuan, terutama ibu-ibu rumah tangga yang biasanya merupakan “manajer keuangan” dalam rumah tangga.

Program literasi keuangan #IbuBerbagiBijak ini juga melibatkan pakar finansial ternama untuk sharing kepada perempuan Indonesia tentang bagaimana sebaiknya mengelola keuangan dengan bijak. Selain itu, program ini juga melibatkan sejumlah wirausaha perempuan (womanpreneur) untuk membagikan cerita mereka dalam berbisnis, sekaligus bagaimaan mereka mengelola keuangan keluarga dan usaha mereka.

#IbuBerbagiBijak yang mengusung konsep “train the trainer” ini dilaksanakan sejak bulan Juli sampai September dengan berbagai aktivitas, seperti workshop dan aktivitas online melalui akun Instagram @ibuberbagibijak. Beragam topik yang berhubungan dengan keuangan dibahas, mulai dari tips membuat anggaran, bagaimana cara mengatur keuangan yang bijak, cara menabung dan berinvestasi, tips mendapat penghasilan tambahan, juga tips keamanan dalam bertransaksi non tunai.

Kalau workshop #IbuBerbagiBijak yang saya ikuti kemarin, mengusung tema “Bijak Kelola Keuangan, Kunci Keluarga dan Masa Depan Sejahtera”. Workshop yang diselenggarakan di RPTRA Ciganjur Berseri, Jagakarsa, Jakarta Selatan itu menghadirkan narasumber:

  • Financial Educator, Prita Ghozie (Mbak Prita).
  • Pengusaha Brownies Dapur Gladies, Gladies Rahman (Mbak Gladies).

Workshop ini diikuti oleh ibu-ibu dari HIMAPAUDI Ciganjur dan ibu-ibu blogger dari komunitas Kumpulan Emak Blogger (KEB). Visa sebagai penggagas program edukasi ini berharap setelah mengikuti program ini, para peserta memiliki pemahaman dan keterampilan dalam mengelola keuangan, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Perwakilan visa, narasumber, dan ibu-ibu dari HIMAPAUDI Ciganjur.

Bijak mengelola keuangan keluarga untuk masa depan sejahtera

Workshop dimulai dengan sharing dari Mbak Prita mengenai bagaimana cara mengelola keuangan yang baik. Mbak Prita mengatakan bahwa mengelola keuangan sangat diperlukan supaya kita bisa mencapai keuangan yang ideal dalam hidup kita. Lalu, bagaimana cara mencapai keuangan yang ideal itu?

Ada tiga hal yang bisa kita lakukan untuk mencapai keuangan ideal, yakni:

  • Melakukan financial check up
  • Mengelola arus kas
  • Merencanakan keuangan.

Kita bahas satu-satu ya, teman-teman. Pertama, melakukan financial check up. Financial check up perlu kita lakukan supaya kita tahu apakah keuangan (keluarga) kita sehat atau enggak. Berikut adalah checklist dalam financial check up:

Sehat atau tidak keuangan saya?
  • Pertama, kita cek kita punya utang atau enggak. Kemudian, jika kita punya utang, utang itu termasuk utang produktif atau enggak? Utang produktif itu contohnya, kita mengambil KPR untuk hunian kemudian kita sewakan, kita kredit mobil buat usaha, dll. Intinya utang untuk membeli sesuatu, lalu sesuatu itu bisa menghasilkan pendapatan. Bukan utang-utang seperti beli gadget baru, baju baru, dll.
  • Kedua, berapa banyak cicilan utang kita? Keuangan yang sehat adalah apabila utang/ cicilan yang harus kita bayar tiap bulannya di bawah 30% total pendapatan kita.

Sudah sehatkah keuanganmu?
Biaya hidup < pemasukan?
  • Pertama, pastikan bahwa biaya hidup kita maksimal 50% dari pendapatan kita tiap bulan.
  • Kedua, kita mesti paham prioritas pengeluaran.
Punya dana darurat?

Dana darurat berbeda dengan tabungan, ya teman-teman. Dana darurat yang membuat keuangan kita memenuhi syarat keuangan sehat adalah:

  • Pertama, besarnya 3x pengeluaran rutin.
  • Kedua, berbentuk kas.
Punya tabungan?
  • Pertama, kita punya tabungan untuk rencana-rencana kita.
  • Kedua, kita punya investasi untuk masa depan ketika kita pensiun. Contoh investasi seperti:Investasi emas, tanah, rumah, dll.

Mbak Prita Ghozie, financial educator.

Setelah kita memastikan bahwa keuangan kita sehat, maka langkah kedua adalah mengelola arus kas. Bagaimana langkah mengelola arus kas yang baik? Mbak Prita memberi saran sebagai berikut:

  • Ketika menerima pemasukan untuk pertama kalinya, maka hal yang pertama kali kita lakukan adalah langsung sisihkan untuk dana-dana sosial, seperti zakat, sedekah, dll.
  • Kedua, kita masukkan dana ke pos asuransi dan dana darurat.
  • Ketiga, alokasikan untuk kebutuhan rutin, seperti bayar utang, pos untuk belanja bulanan, pos biaya sekolah anak, dll.
  • Keempat, setelah kita mengalokasikan ke pos-pos kebutuhan rutin, lalu kita tabung.
  • Kelima, lakukan investasi. Apabila tidak ada utang, teman-teman bisa mengalokasikan dana itu ke investasi ini.

By the way, teman-teman mau tahu tidak bagaimana alokasi ideal untuk penghasilan kita tiap bulannya? Mbak Prita memberi rumus alokasi ideal untuk penghasilan bulanan sebagai berikut:

  • 5% buat dana sosial, zakat, sedekah, dll.
  • 10% untuk dana darurat dan asuransi.
  • 30% untuk biaya hidup sehari-hari.
  • 30% untuk bayar cicilan/ utang.
  • 15% untuk investasi.
  • 10% untuk gaya hidup (jajan anak, ngemall, makan di restoran, beli baju, dll).

Saya beri contoh ya teman-teman, misal pendapatan perbulan Rp. 15.000.000,-, maka berikut adalah alokasi dana idealnya:

  • Sosial: Rp. 750.000,-
  • Dana darurat dan asuransi: Rp. 1.500.000,-
  • Biaya hidup: Rp. 4.500.000,-
  • Cicilan: Rp. 4.500.000,-
  • Investasi: Rp. 1.050.000,-
  • Gaya hidup: Rp. 1.500.000,-

Mbak Prita saat memberikan tips bagaimana mengelola keuangan.

Kalau angka pendapatan bulanan teman-teman di atas itu, maka ya tinggal tambah angkanya aja. Tapi, syukur-syukur kalau cukup, ya lanjutkan gaya hidup sederhananya. Banyakin nabung dan investasi. Sebaliknya, apabila pendapatan bulanan teman-teman di bawah itu, maka harus berhemat dan turunkan standar hidupnya. Jelas yaaa…. 🙂 .

Mbak Prita juga memberi saran, sebaiknya begitu menerima gaji, langsung masukkan ke rekening untuk tiap-tiap pos itu. Kalau bisa minimalisir transaksi dengan cash, sebab kalau online lebih tercatat rapi dan kalau enggak pegang cash kita lebih bisa mengerem keinginan buat beli-beli barang.

Setelah kita mampu mengalokasikan keuangan kita, maka langkah ketiga adalah merencanakan keuangan. Rencana keuangan itu apa aja sih? Ya, misla kita pengen punya rumah kedua, ingin menabung buat biaya kuliah anak, ingin liburan keluarga, punya usaha, dll.

Menjadi womanpreneur, salah satu cara memperbaiki kondisi keuangan

Semua rencana-rencana itu tentu saja membutuhkan biaya yang enggak sedikit ya teman-teman, khususnya ibu-ibu. Maka, sebagai ibu-ibu, kita juga bisa lho bantu-bantu suami supaya kondisi keuangan kita memungkinkan kita merealisasikan rencana-rencana tersebut. Ada tiga cara yang bisa kita lakukan untuk menambah penghasilan/ pendapatan rumah tangga, antara lain:

  • Bekerja secara aktif.
  • Menjadi investor.
  • Menjadi womanpreneur.

Khusus pada sesi workshop kemarin, Mbak Prita menggarisbawahi cara ketiga, yakni menjadi womanpreneur.

Ketika kita ingin memulai suatu usaha, maka sebaiknya kita checklist lagi tantangan-tantangannya, antara lain:

Mau usaha apa?
  • Sebaiknya kita memiliki usaha yang sesuai dengan hobi atau kesukaan kita. Misal, kita enggak suka masak, lalu buka bisnis catering, kayaknya kok agak susah yaaa…
  • Lalu, kita cek apakah ada pasar dari hobi kita itu.
  • Kemudian, kita sesuaikan usaha itu dengan jam kerja yang kita sukai.
Tidak tahu untung vs rugi

Ini adalah tantangan yang paling sering dihadapi seseorang saat baru memulai usaha, biasanya enggak tahu dirinya untung atau rugi. Maka, supaya kita tahu kondisi kita untung atau rugi, Mbak Prita memberi saran supaya kita melakukan hal-hal berikut:

  • Pisahkan keuangan pribadi dan usaha.
  • Punya catatan arus kas.
  • Modal investasi versus biaya, apakah modal sudah kembali?
Pertimbangan lain
  • Memilih usaha sendiri atau bermitra dengan orang lain?
  • Modal dari mana? Kalau saran Mbak Prita sih, ketika pertama kali memulai usaha, sebaiknya jangan dari utang, melainkan modal sendiri. Masa belum apa-apa, kita udah ngutang?

Tips mengelola keuangan untuk womanpreneur yang juga sekaligus “manajer keuangan” rumah tangga

Mbak Prita kemudian memberi tips mengelola keuangan rumah tangga dan usaha bagi womanpreneur. Pada prinsipnya caranya seperti ini :

  • Pisahkan antara keuangan rumah tangga dengan usaha.
  • Omzet usaha dikurangi biaya adalah keuntungan.
  • Keuntungan usaha menjadi dana kas masuk bagi keuangan rumah tangga.

Kemudian, sebaiknya para womanpreneur ini tidak lupa untuk:

  • Mempunya rencana pengeluaran.
  • Tidak punya utang konsumtif.
  • Menabung dan berinvestasi.
  • Punya dana darurat.
  • Memiliki asuransi.

Menabung itu enggak cukup, ibu-ibu. Zaman sekarang, kita juga harus punya dana darurat, tabungan, dan investasi,” pesan Mbak Prita.

Berikut adalah arus kas keuangan rumah tangga (keluarga) dan usaha yang bisa dijalankan oleh womenpreneur:

Arus kas keuangan keluarga dan usaha yang ideal.

Bagaimana, sudah jelas kan teman-teman, khususnya yang sudah punya usaha atau sudah punya usaha (womenpreneur) mengenai cara mengelola keuangan untuk rumah tangga dan usaha dari Mbak Prita ini?

Selanjutnya, saya tulis sharing dari Mbak Gladies yang punya usaha kue brownies Dapur Gladies (Instagram: @dapurgladies) yaaa…

Sharing Mbak Gladies tentang bagaimana cara mengelola keuangan bisnisnya

For your information, Mbak Gladies sudah berbisnis kue brownies selama kurang lebih lima tahun. Awalnya sih keluarganya kurang mendukung, namun Mbak Gladies bertekad menunjukkan bahwa dirinya bisa lho menjadi womanpreneur. Lama-kelamaan keluarganya mendukung, malah turut membantu.

Mbak Gladies memilih membuat usaha kue brownies karena memang suka/ hobi baking. Sama seperti saran Mbak Prita yang saya sampaikan di atas tadi ya teman-teman, kalau bisa, jika ingin memulai usaha sesuaikan sama kegemaran/ hobi teman-teman.

Usaha yang berawal dari minat atau passion, biasanya bisa bertahan,” kata Mbak Prita.

Usaha kue brownies yang awalnya berskala kecil ini, lama-kelamaan transaksinya makin banyak, sampai enggak tercatat sama sekali. Dari sanalah Mbak Gladies menyadari betapa pentingnya melakukan pencatatan keuangan, sekecil apapun, supaya tahu usahanya untung atau rugi.

Mbak Gladies saat sharing tentang usaha browniesnya.

Tantangan berikutnya yang berhubungan dengan keuangan usaha adalah saat Mbak Gladies menikah lalu pindah ke Jakarta (awalnya Mbak Gladies tinggal di Bandung). Mbak Gladies, dengan izin suaminya, kemudian membuka cabang di Jakarta. Namun, berkaca dari pengalaman sebelumnya, kali ini Mbak Gladies langsung membuka rekening khusus transaksi bisnisnya yang di Jakarta. Jadi, Dapur Gladies Bandung dan Jakarta, masing-masing punya rekening sendiri, enggak boleh dicampur-campur. Selain rekening usaha yang dipisah, tentu saja Mbak Gladies disiplin memisahkan rekening usaha dan rekening rumah tangganya. Kedisiplinan tersebut lah yang membuat usaha kue brownies Dapur Gladies semakin sukses.

Meski saya pegang ATM, saya enggak pernah sekalipun berani memakainya untuk membeli kebutuhan pribadi. Walau ada diskon. Saya enggak berani nalangin dulu pakai rekening usaha,” kata Mbak Gladies.

Mbak Gladies juga mengatakan bahwa dulu, saat memulai usaha, dirinya begitu idealis. Ingin mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Kalau sekarang, Mbak Gladies punya partner. Pembagian keuntungan untuk partner disesuaikan dengan modal yang ditanamkan ke usaha ini. Mbak Gladies juga telah memiliki orang yang dipercaya untuk mengerjakan pekerjaannya (khususnya yang berhubungan dengan resep), untuk jaga-jaga kalau misalnya Mbak Gladies liburan atau berhalangan karena sakit, sehingga produksi Dapur Gladies bisa tetap jalan.

Selain itu, supaya bisnisnya tetap dilirik orang, Mbak Gladies sama sekali tidak pernah mengubah resepnya. Selama ini, Mbak Gladies senantiasa memakai bahan-bahan baku berkualitas. Mbak Gladies juga lebih memilih menjelaskan kepada pelanggannya, mengapa harga kue brownies-nya naik, ketimbang menurunkan kualitas kue brownies produksinya. Alhasil, selama ini, Dapur Gladies masih memiliki pelanggan setia yang bahkan rela menunggu/ memesan agak lama untuk mendapatkan kue brownies Dapur Gladies.

Brownies Dapur Gladies yang yummy.

Pada saat workshop, saya juga sempat mencicipi kue brownies Dapur Gladies. Emang enak, sih. Beda gitu dari brownies-brownies yang saya cicipi sebelumnya. Pantesan Dapur Gladies enggak pernah sepi oreder 😀 .

Itulah teman-teman sharing dari Mbak Gladies. Kalau saya simpulkan, kunci sukses Mbak Gladies ada lima, yakni:

  • Bikin usaha sesuai passion.
  • Fokus menjalankan bisnis.
  • Disiplin mengatur keuangan usaha.
  • Jangan sesekali mencampur keuangan rumah tangga dengan usaha.
  • Jangan pernah menurunkan kualitas produk.

Well, kayaknya udah kepanjangan saya ceritanya, haha. Emang kalau ngobrolin soal keuangan itu panjang yaaa… Saya akan berusaha mengingat-ingat lagi, kalau ada yang belum saya tulis, nanti saya sambung di artikel selanjutnya, hehe…

Semoga sharing materi workshop dari #IbuBerbagiBijak ini bermanfaat ya teman-teman dan semoga bisa dipraktikkan #ntms, semangat!

April Hamsa