Tahukah parents, bahwa yang namanya kemampuan kognitif anak sangat mempengaruhi masa depannya? Anak yang memiliki kemampuan kognitif yang bagus, maka kelak akan menjadi the winning person. Tidak sekadar berprestasi di akademik, namun perilakunya pun baik. Itulah sebabnya, sebaiknya orang tua berusaha mengoptimalkan perkembangan kognitif anak ini sedini mungkin. Lalu, gimana donk cara mengoptimalkan perkembangan kognitif si anak ini? Tenaaang, mama-mama dan papa-papa, artikel ini emang sengaja dibuat untuk sharing mengenai 3 cara mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Monggo disimak yaaa 😀 .

FYI, sebelumnya, saya mau menginformasikan sumber postingan kali ini. Yang pasti bukan hasil pemikiran saya sendiri, melainkan bersumber langsung dari ahlinya, yakni:

  • Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, dr. Molly Dumakuri Oktarina, Sp.A(K) )dr. Molly);
  • Psikolog Klinis, Parenting Expert, CEO & Founder Personal Growth, Ratih Ibrahim, M.M (Ibu Ratih);
  • Medical and Scientific Affairs Director Danone Indonesia, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi MKK (dr. Ray).

Narasumber Bicara Gizi.

Ketiga narasumber yang saya sebut namanya tersebut membagikan materinya pada acara Bicara Gizi yang bertajuk “Optimalisasikan Perkembangan Kognitif Anak dengan Daya Tahan Tubuh yang Kuat dan Stimulasi yang tepat” yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia pada tanggal 26 Oktober lalu. Jadi, bisa dibilang artikel yang saya posting hari ini merupakan rangkuman dari materi acara hari itu ya.

Apakah kemampuan kognitif itu?

Sebelumnya memberitahu bagaimana cara mengoptimalkan perkembangan kognitif anak, saya mau memperjelas lagi mengenai apa itu “kemampuan kognitif” ya.

Jadi, kemampuan kognitif adalah sebuah kemampuan seseorang untuk mempelajari sebuah informasi, kemudian memprosesnya, lalu memikirkan maknanya, hingga mengubahnya atau membuatnya menjadi informasi baru.

Kemampuan kognitif ini sangat perlu dimiliki oleh anak sedini mungkin supaya si kecil gampang mempelajari banyak hal. Dengan demikian anak akan berkembang menjadi pribadi yang percaya diri akan kemampuannya, serta punya motivasi untuk bersaing dan menghadapi tantangan di masa mendatang.

3 cara mengoptimalkan perkembangan kognitif anak

Pasti semua ortu menginginkan anaknya menjadi “pemenang kehidupan” bukan? Nah, untuk itu sebaiknya lakukan 3 cara berikut supaya bisa mengoptimalkan perkembangan kognitif anak:

  • Sistem imun anak harus bagus

Dr. Molly dalam Bicara Gizi mengatakan bahwa sistem imun anak yang bagus dimulai pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) si anak, karena pada 1000 HPK terjadi:

  • Pertumbuhan sel-sel tubuh yang menentukan status gizi anak;
  • Pertumbuhan sel-sel otak yang akan menentukan tingkat kognisi, perilaku, dan kecerdasan.
  • Perkembangan sel-sel imun yang menentukan apakah si anak akan kuat atau lemah terhadap patogen.

Maka, bisa kita simpulkan bahwa perkembangan sistem imun terjadi bersamaan dengan terbentuknya sistem otak. Keduanya juga saling berinteraksi, sehingga akan sangat menentukan kemampuan kognitif dan perilaku seseorang. Kata dr. Molly, hal ini juga sesuai dengan Early Life Programming Theory yang mengatakan bahwa sistem imun berperan langsung dalam perkembangan otak.

Imunitas yang bagus mempengaruhi kemampuan kognitif anak.

Selain berperan dalam perkembangan otak, sistem imun ternyata juga angat berhubungan dengan mikrobiota usus (Gut-Brain-Axix Theory) di mana di dalam pencernaan terdapat berbagai macam jenis dan banyak mikrobiota baik yang bisa mengeluarkan zat yang berkompetisi dengan mikrobiota patogen, sehingga bisa merangsang sistem imun juga. Itulah sebabnya mengapa 70% sel imun dikatkan terdapat dalam usus.

Kalau pencernaan seseorang sehat, maka sistem imunnya bisa dikatakan kuat juga. Berbanding terbalik dengan mereka yang sering mengalami gangguan pencernaan, biasanya sistem imunnya tidak bagus.

Maka, tugas orang tua adalah mengoptimalisasi sistem imun anak, bahkan sejak anak masih ada dalam kandungan. Bagaimana caranya? Bisa dengan melakukan hal-hal berikut ini:

Pada saat hamil
  • Ibu hamil harus melakukan kontrol kehamilan secara teratur;
  • Ibu hamil harus menjaga kebersihan diri;
  • Mencegah infeksi selama kehamilan, kalau terjadi infeksi harus segera diobati;
  • Ibu hamil harus mendapatkan nutrisi yang lengkap dan seimbang;
  • Ibu hamil harus menghindari stress;
  • Ibu hamil wajib menghindari alkohol dan asap rokok.
Pada saat melahirkan:

Apabila tidak ada kontrainsikasi medis, maka sebaiknya orang tua memilih metode melahirkan secara per-vaginam.

Ketika anak lahir:

Langsung diberikan Air Susu Eksklusif (ASIX) selama 6 bulan pertama.

  • Berikan nutrisi yang baik

Masih nyambung dengan pemberian ASIX setelah bayi lahir yaaa. Iyes, orang tua wajib memberikan nutrisi yang baik kepada anak, dimulai dari pemberian ASIX. Mengapa ASI? Karena ASI memiliki komposisi yang sempurna, yakni:

  • Mengandung nutrisi makro maupun mikro yang berguna untuk pertumbuhan sel-sel;
  • Ada zat aktif yang berfungsi sebagai daya tahan tubuh atau mikrobiota komensal yang membantu perkembangan sistem imun dan otak;
  • Terdapat prebiotik yang merupakan makanan untuk probiotik sehingga membuat pencernaan anak sehat.

Lalu, pada saat anak sudah berusia 6 bulan, maka sangat dianjurkan untuk melanjutkan ASI sembari memberikan makanan padat (MPASI). ASI ini bisa lanjut hingga anak berusia 2 tahun atau sampai ibu dan bayinya masih menginginkan ASI.

Untuk makanan anak berikan nutrisi yang lengkap dan seimbang, meliputi nutrisi makro,mikro, vitamin, prebiotik, dan probiotik. Ibu Ratih mengatakan bahwa makanan ini sangat penting supaya otak anak bisa tumbuh dan berkembang optimal.

  • Berikan stimulasi yang tepat

Apabila sistem imun anak bagus dan anak mengkonsumsi makanan bernutrisi, maka ini sudah menjadi modal paling utama untuk menstimulasi anak.

Iyes, yang namanya stimulasi juga penting ya untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak, karena memberikan anak kesempatakan kepada adak untuk mengoptimalkan kemampuannya. Dalam hal ini, ibu Ratih mengatakan bahwa ortu sebaiknya terlibat penuh dalam stimulasi anak sebagai bentuk dukungan dan engagement dengan anak.

Jangan lupa juga, sebaiknya ortu berperan sebagai mediator yang memperkenalkan anak dengan lingkungan luar, orang lain, dll, supaya kemampuan anak juga bisa berkembang melalui pengamatan dan interaksi dengan lingkungan luar, selain orang tuanya.

Ibu Ratih, kemudian, memberikan beberapa contoh stimulasi kognitif untuk anak yang bisa dilakukan bersama orang tua, yakni antara lain:

  • Bermain puzzle: Anak diminta menyusun puzzle dengan gambar yang familiar dan dapat melihat contoh gambar. Mulai dari gambar buah dan kotak hingga gambar hewan dan tumbuhan. Semakin tinggi usianya,gambar semakin rumit dan jumlah kepingan puzzle bertambah
  • Menyusun balok/ lego: Anak diminta menyusun balok sesuai dengan panduan maupun secara bebas. Semakin tinggi usia anak, durasi bertambah, dan bantuan yang diberikan dikurangi.
  • Berlatih stop and go: Orang tua memutarkan lagu dan anak harus merespon berdasarkan aturan yang ditentukan, seperti menari saat lagu dinyalakan, berhenti saat lagu mati. Perbedaan stimulasi untuk setiap usia adalah bentuk aturan (contoh: berhenti saat musik berhenti) dan durasi lagu.
  • Membaca dongeng: Orang tua bisa menyebutkan/ bertanya pada anak tentang dongeng yang diceritakan. Semakin tinggi usia, durasi bertambah, dan semakin kompleks konten dan pertanyaan yang diajukan oleh orang tua.
  • Berbelanja: Anak diminta berbelanja sesuai dengan aturan yang diberikan dan menukarkan uang kertas dengan kartu yang berisi barang. Perbedaan stimulasi setiap usia adalah bentuk aturan (belanja sesuai list atau bebas) dan jumlah percobaan (3 atau 5 kali kesempatan belanja).

Itulah beberapa contoh stimulasi kognitif. Masih banyak lagi contoh permainan untuk melatih kognitif anak yang bisa kita lakukan ya parents. Pokoknya konsisten membersamai anak-anak 🙂 .

Winning assesment tools yang disusun dan dikembangkan oleh tim Personal Growth

Dalam kesempatan Bicara Gizi wktu itu, ibu Ratih mengatakan bahwa dirinya dan tim Personal Growth menyusun dan mengembangkan sebuah winning assesment tools untuk para orang tua.

Winning assesment tools ini merupakan alat ukur perkembangan kognitif anak yang didasarkan pada Piagets’s Theory of Cognitive. Dari teori tersebut kemudian disimpulkan bahwa terdapat 8 parameter perkembangan kognitif, yakni:

  • Perhatian: Mengarahkan perhatian terhadap satu hal tertentu dan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan;
  • Fokus: Memusatkan perhatian dan minatnya terhadap satu hal dan dapat menyelesaikan tugas tanpa teralihkan;
  • Daya ingat: Mengingat informasi yang diterima mengenai benda, orang, dan kejadian;
  • Kemampuan berbahasa: Mampu mengekspresikan atau mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya sevara lisan maupu tertulis;
  • Psikomotor: Bergerak dan mengambil gerakan tubuhnya. Motorik kasar melibatkan gerakan otot besar (berjalan, berlari) dan motorik halus (melibatkan gerakan otot kecil untuk menulis, mewarnai;
  • Logika: Berpikir dengan peniaian yang tepat dan masuk akal dan dapat mengikuti serangkaian aturan.
  • Penalaran: Memahami argumen atau bukti untuk menilai atau memahami sesuatu;
  • Membuat keputusan: Menentukan keputusan dari antara dua pilihan atau lebih atas kemauannya sendiri.

Alat untuk mengetahui seberapa optimalnya kemampuan kognitif anak.

Melengkapi penjelasan ibu Ratih, dr. Ray mengatakan bahwa adanya winning assesment tools ini bertujuan untuk membuat orang tua makin percaya diri mengamati milestones perkembangan anak-anaknya.

Winning assesment tools ini sangat gampang diakses, cukup memakai gadget, seperti smartphone orang tua lalu ketik http://mynutri.club/twl di browser. Aksesnya FREE ya di website Nutriclub.

Selain mudah diakses kapanpun, di mana pun, alat ini juga memiliki kelebihan berupa:

  • Komprehensif: Mencakup semua aspek penting, jumlahnya tidak berlebihan 8 aspek ideal, mencakup 5 pertanyaan untuk masing-masing aspek.
  • Mudah dipahami: Pertanyaan dalam bahasa awam, orang tua cukup menjawab pertanyaan ya/ ragu/ tidak.

Jadi, nanti ada 5 pertanyaan dengan pilihan 3 jawaban:

  • Ya: Orang tua yakin anak mampu melakukan dengan baik dan konsisten, nilainya 2 poin;
  • Ragu: Orang tua menilai anak mampu melakukan namun belum konsisten, nilainya 1 poin;
  • Tidak: Orang tua menilai anak sama sekali tidak mampu melakukan, nilainya 0 poin.

Total poin maksimal per aspek = 10, dengan penjelasan apabila poinnya:

  • 0-5 poin = Maka, aspek kognitif anak belum optimal dan perlu stimulasi lebih;
  • 6-10 poin = Artinya aspek kognitif anak sudah optimal dan perlu dipantau terus.

Mudah bukan assesment-nya. Yuk, parents, silakan mencoba winning assesment tools untuk mengukur kemampuan kognitif tersebut.

Nanti, setelah mengetahui hasilnya, kita bisa mengoptimalkan kemampuan perkembangan anak kita sesuai panduan yang diberikan. Oh iya, ada bonus stimulation kit juga lho di akhir tes/ assesment-nya.

Semoga postingan ini dapat membantu mama-mama dan papa-papa mengoptimalkan kemampuan kognitif si kecil ya 🙂 .

April Hamsa