Ketika seorang perempuan menjadi ibu, maka hidupnya akan berubah.”

Teman-teman pernah mendengar pernyataan seperti itu? Dulu, sebelum punya anak, saya sering mendengarnya. Namun, saya enggak percaya dengan pernyataan yang menyatakan bahwa hidup seorang perempuan akan berubah begitu saja begitu menjadi ibu.

Menurut saya, semuanya akan sama saja. Ya, walaupun ada perubahan, enggak bakal drastis sampai 180 derajat. Menurut saya, seorang ibu tetap bisa menjadi dirinya sendiri, apalagi jika sejak awal memiliki karakter kuat. Ibu juga bisa tetap bekerja, apabila si ibu ini memang seorang working mom dari awal sebelum menikah atau melahirkan.

Banyak hal berubah ketika seorang perempuan menjadi ibu

Namun, begitu saya menjadi ibu sejak tahun 2012, baru deh saya mempercayai pernyataan tersebut. Ternyata, menjadi ibu itu bisa mengubah banyak hal dalam diri seorang perempuan. Enggak cuma dalam hal “beban pekerjaan”, tapi menurut saya juga mengubah perilaku dan karakter. Serius.

Hidup perempuan berubah ketika dia menjadi ibu.

Untuk perubahan perilaku kayaknya udah jelas deh ya? Misalnya nih, saat masih gadis atau sebelum punya anak dulu tomboy, begitu menjadi ibu eh berubah menjadi kalem. Dulu boro-boro bisa masak, masuk dapur aja cuma buat ambil gula buat bikin teh. Namun, begitu jadi ibu, seorang perempuan jadi gemar bereksperimen di dapur.

Lalu, mengapa menjadi ibu sampai bisa mengubah karakter seorang perempuan? Sebab, ada pergeseran pola pikir yang terjadi pada saat seorang perempuan menjadi ibu. Misalnya nih, dulu saat belum punya anak, jika mendengar anak orang lain menangis di pesawat, telinga terganggu banget. Begitu punya anak, saat ada penumpang anak menangis, telinga mendadak kebal dan memaklumi masalah ibu lain. Iya kan?

Lembur atau pulang malam dari kantor pun dulu enggak masalah buat working mom. Begitu menjadi ibu, ternyata cukup mempengaruhi pikirannya. Kepikiran anak-anaknya dijaga siapa, sudah makan apa belum, apa anak-anak menanyakan ibunya, dan lain-lain. Betul enggak sih?

Dulu males bangun pagi, males mandi (ada yang begitu? Haha), begitu menjadi ibu berubah jadi rajin. Sebab, seorang perempuan yang sudah menjadi ibu merasa memiliki tanggung jawab untuk menjadi role model untuk anak-anaknya.

Ada perempuan yang enggak bahagia menjadi ibu?

Sayangnya, enggak semua perempuan menikmati perubahan perannya menjadi ibu. Ada ibu yang senantiasa mengeluh, marah-marah, bahkan kasus yang sering terjadi adalah menjahati anak-anaknya sendiri.

Kalau menurut saya, sepertinya berawal dari kurangnya persiapan menjadi ibu. Selain itu, kayaknya mereka juga minim mendapat support dari lingkungan sekelilingnya. Akibatnya, perempuan pun merasa enggak bahagia dengan kehidupannya menjadi ibu.

Saya sendiri juga pernah lho kaget saat awal-awal menjadi ibu. Susah istirahat, susah merawat diri, susah mengkhatamkan novel, itu contoh-contoh masalah kecil ketika saya sudah menjadi ibu. Belum lagi masalah besarnya, seperti kesehatan anak, tumbuh kembang anak, dan pendidikan anak. Semuanya membuat pikiran saya mumet.

Belum lagi, kalau aktif di media sosial. Saat timeline dipenuhi oleh status dan foto ibuk-ibuk yang sempurna, dimana anak-anaknya digambarkan sehat dan cerdas, saya mendadak jadi merasa kerdil. Suka bertanya-tanya pula, “Kok gini amat ya menjadi ibu?” Pernah begitu juga?

Seorang ibu harus strong.

Mungkin kalau saya dan ibuk-ibuk yang membaca artikel ini, alhamdulillah ya, masih diberi kewarasan dan support dari lingkungan terdekat untuk melewati semua shock yang terjadi akibat perubahan tersebut. Alhamdulillah juga, kita memiliki dukungan yang kuat dari suami, keluarga, serta teman-teman.

Namun, sayangnya ada sebagian ibu yang enggak bisa survive. Sehingga, berakhir dengan perbuatan-perbuatan yang kurang baik, seperti menjahati anak-anaknnya sendiri atau bahkan lebih ngeri lagi, depresi dan bunuh diri. Seperti yang akhir-akhir ini sering kita ketahui dari media-media.

Maka, wahai para perempuan sekaligus ibu, melalui tulisan ini saya berharap kita semua bisa saling support satu sama lain. Minimal enggak melakukan sesuatu atau simple-nya jangan menulis hal-hal yang membuat perempuan lain merasa hidupnya enggak berguna ketika sudah menjadi ibu. Setuju kah? Yuk, saling dukung sesama ibu!

Jadilah perempuan yang berbahagia ketika menjadi ibu

Dan untuk para ibu yang merasa kurang bahagia, mungkin ibu bisa melakukan hal-hal berikut ini untuk melepaskan sebagian beban ibu:

Banyak-banyak bersyukur

Tuhan menitipkan calon manusia ke rahim ibu selama sembilan bulan, kemudian mempercayakan kehidupan mereka kepada para ibu. Bahwa artinya Tuhan memilih ibu karena Dia percaya bahwa ibu punya kemampuan untuk melakukannya.

Sementara, di luar sana banyak perempuan yang berjuang untuk mendapatkan buah hati. Sebaiknya, ibu senantiasa mengingat hal-hal yang demikian dan bersyukur atas kemudahan tersebut.

Mintalah dukungan dari lingkungan sekitar

Sebaiknya, ibu jangan merasa bahwa anak adalah tanggung jawab ibu sendiri. Mintalah bantuan kepada lingkungan, entah itu suami atau keluarga. Jika perlu, ibu bisa membagi tanggung jawab mengasuh dan mendidik anak dengan mereka.

Memperbanyak interaksi positif

Sebaiknya, ibu memperbanyak interaksi positif baik di dunia maya maupun nyata. Cari kegiatan-kegiatan yang positif yang makin membuat ibu makin bersyukur telah menjadi seorang perempuan dengan pribadi matang sekaligus ibu.

Lakukan pula aktivitas yang bisa membuat hidup ibu menjadi lebih bermakna. Ya enggak harus muluk-muluk melakukan aktivitas yang berguna buat masyarakat, minimal aktivitas tersebut memberi manfaat dan kebahagiaan buat anak-anak dan keluarga ibu sendiri lha.

Lakukan me time

Me time itu enggak mustahil kok meski waktu ibu terbatas. Menurut saya, ibu enggak perlu merasa bersalah saat terpaksa harus meninggalkan anak dengan orang lain yang bisa dipercaya untuk melakukan me time. Sesekali ibu boleh lho egois, “melupakan mikirin anak” sejenak.

Pergilah keluar rumah, rawat diri sendiri di salon, belanja baju-baju bagus di mall, nongkrong dan makan di kafe sama teman-teman, dll. Percayalah, ibu berhak kok menghadiahi diri sendiri dengan semua aktivitas me time tersebut.

Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

Ketika apa yang sudah ibu lakukan enggak kunjung membuat ibu merasa lebih baik, maka sebaiknya ibu lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Mohon petunjuk, mohon jalan keluar, mohon kesabaran juga dalam menjalani peran sebagai ibu. Jangan lupa, doakan anak-anak supaya senantiasa menjadi anak yang sholeh/ sholehah.

Nah, itulah teman-teman sedikit saran saya kepada para perempuan yang telah menjadi ibu supaya bis hidup berbahagia. Sebenarnya, saya juga menulis artikel ini untuk diri saya pribadi sih. Sebagai pengingat bahwa diri bahwa ibu yang sempurna itu enggak ada. Di dunia ini yang ada cuma ibu yang terus belajar jadi ibu yang ideal, ibu yang sesekali khilaf karena ibu memang cuma manusia biasa, dan ibu yang melakukan introspeksi diri berulang-ulang.

Satu lagi ya bonus video untuk para ibu. Semoga bisa membuat kita para ibu merenung dan makin bahagia lagi dalam menjalankan peran sebagai ibu.

Selamat Hari Ibu. Semoga ibu selalu bahagia! 🙂

April Hamsa