Cara Menyiapkan Balita Menjadi Kakak – “Ayah, bangun, Yah! Tespeknya positif, neeeeh,” saya membangunkan suami yang masih terlelap. Kalau tidak salah, waktu itu adzan subuh baru akan berkumandang sekitar satu jam lagi. Saking kagetnya karena test pack di tangan menunjukkan dua strip, saya langsung buru-buru mengabarkan kepada suami.
Kami menerima “kenyataan” itu dengan agak grogi gimana gitu. Maklum, usia anak pertama saya Si Maxy waktu itu baru sekitar 1,5 tahunan. Usia unyu-unyunya balita yang masih butuh perhatian. Kalau ada adiknya, bagaimana ya nanti? Namun, karena sudah dipercaya sama Gusti Allah untuk punya anak lagi, yawda, nrimo aja sih 😀 .
Cuma, emang kali ini tantangannya enggak cuma menyiapkan mental kami sebagai orang tua, tapi juga kakaknya. Bagaimanapun juga, kakaknya masih balita. Kami juga harus memikirkan perasaanya, ketika tiba-tiba suatu hari nanti ada bayi lain di rumah yang mencuri perhatian kedua orang tuanya.
Menyiapkan balita menjadi kakak itu penting, lho.
Ternyata, alhamdulillah, begitu adiknya lahir, reaksi Maxy enggak yang gimana-gimana gitu. Dia bisa menerima adiknya sebagai bagian anggota keluarganya yang baru. Tidak ada iri, apalagi pukul-pukul adik, sebagaimana yang sering saya dengar dari cerita beberapa teman yang balitanya juga udah jadi kakak.
Kemungkinan besar, hal tersebut dapat terjadi, karena semenjak hamil saya dan suami sudah menyiapkan Maxy menjadi kakak dengan cara melakukan hal-hal berikut ini:
Sounding kalau sebentar lagi si kecil akan jadi kakak
Saya sengaja waktu itu sounding Maxy terus, kalau sebentar lagi dia akan menjadi kakak. Menjadi kakak, artinya nanti Maxy akan punya saudara yang masih bayi. Kemudian saya tekankan kalimat, “Nanti adek disayang ya?” atau “Nanti adek diajak main ya?”
Saya menunjukkan kondisi perut yang membesar kepada Maxy dan mengatakan bahwa di dalamnya ada calon adiknya. Kemudian saya minta dia mengelus perut dan bicara kepada adiknya di dalam sana. Lakukan sambil bercanda aja 😀 .
Saya juga sering mengetesnya dengan pertanyaan, “Maxy seneng enggak bentar lagi punya adek?” atau “Adeknya cowok apa cewek?” Lalu, kalau pas sedang keluar rumah, jalan-jalan kemana gitu, jika ada bayi, saya bilang ke Maxy, “Itu lho adek bayi. Nanti, adeknya Maxy seperti itu ya?”
Oh ya, kalau teman-teman punya buku atau majalah yang ada cerita mengenai kakak adik bisa juga tuh dibacain ke si kecil. Supaya anak lebih mudah paham tentang konsep kakak dan adik.
Selain itu, saat periksa kehamilan, saya juga selalu mengajak Maxy. Saat ada hasil USG di layar, bisa minta tolong suami untuk memberitahu kalau di layar yang sedang gerak-gerak itu adalah adik.
Pokoknya saat itu kami sering-sering menyebutkan kata “adik” gitu ke Maxy. Supaya Maxy paham sebentar lagi dia akan punya saudara. Sekaligus, secara enggak langsung menjelaskan konsep kakak dan adik.
Memberi tahu apa saja keuntungan menjadi kakak
Kebetulan, dulu di lingkungan rumah yang lama, Maxy tidak terlalu punya banyak teman main. Jadi, saya juga suka sounding Maxy bahwa nanti kalau dia punya adik, artinya dia akan punya teman main. Kemudian, saya sebutkan permainan apa saja yang asyik jika dimainkan bersama-sama dengan adiknya.
Saya juga memberitahu Maxy bahwa nanti sebagian baju dan mainannya akan berpindah tangan ke adik. Sedangkan Maxy akan mendapatkan yang baru.
Melibatkan kakak menyiapkan perlengkapan bayi
Ketika menyiapkan perlengkapan bayi, saya meminta bantuan kepada Maxy. Misal, minta tolong ambilkan di box, lalu memintanya memilah, mana baju atau popok atau selimut yang sudah sobek, mana yang bagus.
Begitu juga ketika membelikan pakaian atau perlengkapan bayi baru buat adik, saya meminta Maxy memilihkan mana yang menurutnya bagus dan cocok buat adiknya. Jadi, si kakak merasa dirinya penting karena diajak mengambil keputusan mengenai adiknya.
Quality time bersama kakak
Saya ingat dulu saat masih hamil anak kedua, sering banget jalan bertiga. Entah, itu piknik ke danau UI sekalian sarapan, main ke taman-taman dekat rumah, sampai ke kebun binatang. Selain itu, kami juga sering ngemall, makan di luar rumah, pokoknya seneng-seneng bertiga. Tujuannya, untuk membuat Maxy ingat bahwa kami kedua orang tuanya sayang kepadanya.
Tidak hanya itu, saat sebelum tidur pun, saya dan suami berusaha sounding kalau nanti walau sudah adik, Maxy tetap akan jadi anak kesayangan Bunda dan Ayah. Tujuannya meyakinkan Maxy, bahwa walau nanti ada anak yang lebih kecil di rumah, Maxy tetap menjadi bagian keluarga.
Mengajak kakak berdoa bersama supaya kelahiran adiknya lancar
Ini yang paling penting. Biasanya sebelum tidur kami, selaion membaca doa sebelum tidur, kami juga bersama-sama mendoakan supaya adik bayi lahir selamat dan sehat.
Alhamdulilah, berkat melakukan langkah-langkah tersebut, saat adiknya sudah lahir, Maxy cepat menerima kehadiran adiknya. Tidak ada drama Maxy ngambek atau mukul-mukul adik. Saat diminta cium adik, ya, dia mau. Saat dimintain tolong mengambilkan baju atau popok adik juga mau.
Begitulah pengalaman saya saat menyiapkan balita menjadi kakak. Buat teman-teman yang sedang menyiapkan balita untuk menjadi kakak, semangat ya! Semoga bisa berhasil juga sounding balitanya agar siap menjadi kakak saat adiknya lahir nanti 😀
April Hamsa
#ODOP #Day14 #BloggerMuslimahIndonesia
Kalau di tempat saya ada keluarga yg anaknya banyak. Hihi… Boro2 menjalankan persiapan si.anak.jadi kakak, yang ada setiap tahun adik bergantian statusnya jadi kakak dan kakak berganti jadi kakak paling tua dst 😉
tips nya sangat bermanfaat sekali mbak…bener sekali, melibatkan anak dalam masalah perlengkapan adiknya kelak, akan menumbuhkan rasa senang bagi sang kakak.
Sejak hamil aku audah sampaikan ke kakak kakak Ayyas bahwa mereka punya adik. Dan alhamdulillah mereka sangat mendukung dan menjaga
Ini kjadian Sama bngt bedanya cuma 18bln Blum siap sbnrnya jd kk,,, tapi alhamdulillah,, skrng ank lk lebih ngelindungi adikny dn bs ngalah
Saat saya lahiran dulu, si kakaknya sayang banget ma adiknya, eh sekarang adiknya sering usil ma kakaknya.
Duh Mbak, baca ini kenapa aku keinget cerita mamaku waktu hamil kedua aku ribut terus bilang mau mukul-mukul perut mama. Mungkinkah kurang diajarin konsep menjadi kakak ini ya?
Aku ajarkan ini pada anak2ku, alhamdulillah berhasil. Anak sulung bisa diandalkan. Namun, kadang bosan juga dititipkan adiknya hehe namanya anak-anak ya
Mbaaa aku pikir mau muncul si Dede. Hihihi… iya ada tuh beberapa buku cerita anak yang bertemakan mempersiapkan anak menjadi kakak.
Aku mau pubpish tulisan sejenis tp ketunda2 terus. Haha. Keduluan deh. Eh tp dulu pernah nulis jg sih pas menjelang kelahiran Ranu. 😀
bahagianya ya kalau testpack hasilnya positif, duh aku dan suami sedang menunggu hari itu tiba 🙂