Cara merawat bayi prematur itu gampang-gampang susah,” kata teman saya yang dulu anak pertamanya terlahir prematur, ketika saya bertanya kepadanya tentang perjuangannya merawat si kecil ketika awal-awal kelahirannya dulu.

Alhamdulillah sih, masa-masa itu sudah terlampaui,” lanjut teman saya sambil menunjuk ke arah buah hatinya, yang kini telah berusia lima tahun lebih, yang tengah berlari-lari mengejar bola di teras rumahnya, tempat kami mengobrol, hari itu.

Cerita tentang kelahiran prematur

Ya, sekitar lima tahun lalu, merupakan masa-masa sulit buat teman saya itu. Pada suatu sore, ketika kehamilannya memasuki usia sekitar 35-36 mingguan, teman saya itu terpeleset di kamar mandi. Akibat peristiwa itu, teman saya mengalami ketuban pecah dini, sehingga harus cepat-cepat dilarikan ke rumah sakit.

Dokter kandungan kemudian memutuskan melakukan operasi untuk mengeluarkan janinnya. Alhamdulillah, ibu dan anak selamat. Meski demikian, teman saya mengaku, kalau awal-awal merawat bayi prematurnya dirasa cukup berat. Soalnya, banyak pandangan sinis ditujukan kepadanya, seolah-olah menyalahkannya. Belum lagi, ketika orang melihat anaknya begitu mungil, banyak yang nanya kok anaknya kecil. Trus ada banyak tantangan dari orang terdekat mengenai cara yang benar untuk merawat bayinya, serta masalah-masalah lainnya. Sampai-sampai teman saya itu sempat terkena baby blues syndrom.

FYI, baby blues syndrom adalah suatu kondisi dimana seorang ibu yang baru melahirkan tiba-tiba dilanda perasaan sedih. Gejalanya seperti: ibu mudah tersinggung, mudah menangis, gampang tertekan, dll. Alhamdulillah, teman saya itu mendapat banyak dukungan, sehingga baby blues syndrom-nya enggak berlarut-larut. Salah satunya, kalau enggak salah, ada beberapa grup support untuk orang tua dan bayi prematur di media sosial. Nah, teman saya itu bergabung di grup-grup itu dan dia survive sampai sekarang, menghadapi kenyataan kalau anaknya prematur dan harus waras untuk merawat anaknya.

Saya dan Baby Khalid (1 yo) yang dulu terlahir prematur.

Cerita lain tentang kelahiran prematur yang saya ketahui adalah berasal dari Ibu Nina, ibunda dari Khalid (1 yo) yang terlahir prematur juga. Nah, kalau cerita tentang kelahiran dedek Khalid saya dapatkan ketika menghadiri acara Bicara Gizi dengan tema “Dukung Si Kecil yang Lahir Prematur untuk Tumbuh Kembang Optimal” yang diselenggarakan oleh Nutrisi untuk Bangsa (NUB) dalam rangka memperingati World Prematurity Day yang jatuh pada tanggal 17 November lalu. Dalam acara yang berlangsung di Ocha & Bella, Hotel Morrisey, Menteng, Jakarta Pusat itu, saya berkesempatan bertemu langsung dengan Ibu Nina dan Khalid. Ibu Nina juga sempat sharing mengenai kondisi kehamilannya kala itu dan bagaimana ceritanya Khalid terlahir prematur.

“Sebelum melahirkan Khalid saya tiga kali mengalami keguguran. Saya juga punya tekanan darah tinggi dan kencing manis. Jadi, waktu hamil delapan bulan saya diharuskan lahiran prematur,” tutur Ibu Nina.

Ibu Nina dan suami, serta Khalid hadir dalam sharing session Bicara Gizi NUB.

Jadi, ceritanya, sebenarnya Khalid ini anak kelima. Anak pertama Ibu Nina lahir normal dan sehat. Namun, Ibu Nina baru berhasil memiliki Khalid, setelah sebelumnya mengalami tiga kali mengalami keguguran. Penyebabnya diduga adalah hipertensi dan kencing manis yang diderita oleh Ibu Nina. Akhirnya, ketika usia kehamilan menginjak bulan ke-8, dokter memutuskan untuk mengoperasi Ibu Nina.

Waktu lahir, berat badan lahir Khalid hanya sekitar 1000 gram saja. Ibu Nina bahkan khawatir apakah Khalid akan bisa bertahan hidup, apalagi dokter menyatakan kalau Khalid punya kelainan jantung bawaan dan berisiko gampang terkena infeksi. Namun, kenyataannya tidak semenakutkan itu. Berkat perawatan yang baik, alhamdulillah, Khalid bisa bertahan. Sekarang usia Khalid sudah satu tahun dan sedang aktif-aktifnya bergerak dan berjalan ke sana-kemari.

Mengapa kelahiran prematur bisa terjadi?

Cerita tentang kelahiran buah hati teman saya dan juga Khalid-nya Ibu Nina cukup bikin trenyuh ya teman-teman? Meski demikian, bukankah cerita-cerita tentang bayi prematur juga membuat kita ikut takjub dan bersyukur? Apalagi ketika kita mengetahui bahwa anak-anak yang dulu berat lahirnya cuma sekilo-sekilo itu kini sehat dan aktif 🙂 . Soalnya, sebenarnya, banyak banget masalah yang berisiko terjadi pada bayi prematur lho, teman-teman. Jadi, membesarkan bayi-bayi ini kemungkinan besar enggak semudah merawat bayi-bayi yang terlahir dengan berat badan normal.

Sebelum saya menyebutkan masalah atau risiko apa saja yang bisa terjadi pada bayi prematur, saya mau cerita dulu ya teman-teman mengenai bayi prematur. Kapan bayi disebut prematur dan apa penyebabnya? Bayi disebut prematur apabila lahid pada usia kehamilan kurang dari 37 weeks.

Sedangkan, penyebab bayi prematur itu seenggaknya-enggaknya ada tiga macam, teman-teman. Demikian menurut dr. Putri Maharani Tristanita Marsubrin, SpA (K) (dr. Putri), seorang Dokter Anak Konsultan Neonatalogi di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang juga menjadi narasumber pada acara Bicara Gizi NUB hari itu.

Dokter Anak Konsultan Neonatalogi  RSCM dr. Putri Maharani Tristanita Marsubrin, SpA (K).

Apa ada permasalahan di janinnya, apa mungkin ada permasalahan di ibunya, apa ada permasalahan di ari-arinya atau yang kita sebut plasentanya,” kata dr. Putri.

Jadi, faktor-faktor penyebab kelahiran prematur itu, antara lain:

  • Faktor Janin: Memang sudah ada kelainan saat janin terbentuk.
  • Faktor ibu: Ibu mengalami tekanan darah tinggi, terjadi preeklampsia, sehingga ada periode dimana janinnya enggak nyaman lagi dalam rahim, sehingga lahir prematur.
  • Faktor ari-ari/ plasenta: Ada kelainan pada plasenta.

Dr. Putri juga menjelaskan bahwa kondisi bayi prematur saat lahir ada dua:

  • Sesuai masa kehamilan: beratnya sesuai dengan usia kandungan.
  • Kecil masa kehamilan: berat janinnya lebih kecil dari usia kandungan yang sebenarnya.

Cara membedakannya begini teman-teman, lihat kurva berikut ya:

Grafik yang menunjukkan dua bayi yang sama-sama lahir saat usia 32 weeks.

Gambar tersebut menunjukkan dua bayi yang sama-sama lahir usia 32 weeks. Supaya gampang dibacanya (saya niruin penjelasan dr. Putri sih, hehe), satu bayi lahir dengan berat 1 kg, satunya lagi 1,5 kg. Secara berat badan emang kecilan yang lahir 1 kg kan? Namun, meski dia kecil, tapi ukurannya itu masih sesuai dengan masa kehamilan. Sedangkan bayi yang 1,5 kg dilihat dari kurva berat badannya di bawa persentil 3, maka kita sebut bayi ini adalah kecil masa kehamilan.

Mengapa perlu membedakan kedua kondisi tersebut? Menurut dr. Putri hal tersebut akan ada kaitannya dengan pendekatan pemberian nutrisi buat si baby.

Oh iya, selain dr. Putri, saat event Bicara Gizi NUB, hadir pula narasumber yakni aktris Joanna Alexandra (Joanna) yang sharing tentang kisah kelahiran anak keempatnya, Ziona, yang prematur. Kisah Joanna ini adalah salah satu contoh kelahiran prematur karena faktor janin.

Zio (panggilan Ziona) lahir waktu umur tiga puluh enam minggu. Waktu itu lagi chek up ke dokter untuk tiga puluh enam minggu. Ternyata saat cek denyut jantungnya lemah sehingga dokter bilang harus dilahirkan,” tutur Joanna.

Joanna kemudian mengatakan bahwa sebenarnya saat itu dirinya enggak terlalu ngeh kalau Ziona lahir prematur. Joanna baru nyadar bahwa Ziona prematur ketika dokter langsung memasukkan bayinya itu ke ruang NICU.

Sebenarnya aku waktu kehamilan semua berjalan dengan lancar. Baru nyadar waktu Ziona lahir, dia enggak nangis, trus, langsung ke NICU karena butuh bantuan ke pernafasan. Aku dikasi tahu dokter dan suster ternyata lahirnya 2695 gram. Untuk hitungan prematur sebenarnya beratnya masih oke, tapi dibandingkan sama anak-anakku sebelumnya, kok kecil ya. Hah beratnya cuma dua koma enam, kok kecil? Ternyata prematur. Saya jadi tahu bahwa waktu seminggu (kurang dari 37 weeks) tuh ngefek banget sama perkembangan si anak,” cerita Joanna.

Masalah apa saja yang berisiko terjadi pada bayi prematur?

Betul banget apa yang dikatakan oleh Joanna, walau selisih cuma satu minggu dari usia kelahiran normal (37 weeks), namun pengaruhnya sangat signifikan untuk si anak. Karena kelahirannya yang lebih cepat dari waktunya, maka bayi prematur cenderung memiliki beberapa masalah berikut:

  • Memiliki postur tubuh lebih kecil

Berat badan, lingkar kepala, panjang badan yang lebih kecil dari bayi lahir dengan berat badan normal.

  • Imaturitas organ

Ada kemungkinan organ-organnya, terutama organ dalam, belum terlalu sempurna fungsinya.

  • Rentan terhadap penyakit

Bayi prematur memang lebih rentan terinfeksi virus, bakteri, dll.

  • Mengalami feeding intolerance

Yang udah masuk NICU misalnya, Mom hari ini minumnya lima cc ya, besok baik lagi she top dulu minumnya, karena saluran cernanya masih beradaptasi, karena khawatir kembung, feeding intolerance. Namun bisa diatasi pelan-pelan dengan teknologi sekarang,” kata dr. Putri.

  • Cadangan nutrisi rendah
  • Kebutuhan nutrisi tinggi
  • Metabolisme tinggi

Untuk tiga masalah terakhir yang saya sebutkan, dr. Putri memberikan penjelasan sebagai berikut:

Si anak prematur harusnya masih di dalam kandungan kan? Ternyata pertumbuhan tercepat terjadi di trimester ketiga, namun rata-rata bayi ini keluar di trimester ketiga awal. Jadi dimana yang harusnya bertumbuh, dia keluar. Maka harusnya dia bertumbuh, tapi semenjak mengalami kekurangan di dalam kandungan, artinya dia butuh kebutuhan nutrisi tinggi tapi cuma bisa masuk sedikit. Lagian awalnya kolostrum dikit, kapasitas lambung juga kecil. Intinya butuh nutrisi tinggi, tapi cadangan dalam tubuhnya masih relatif sedikit. Kita kepengennya masukin banyak, tapi itu enggak boleh. Jadi, enggak boleh kelambatan, tapi juga enggak boleh kecepetan,” kata dr. Putri menjelaskan tentang masalah “memasukkan” nutrisi untuk bayi prematur.

Selain masalah-masalah tersebut, menurut dr. Putri, hal-hal lain yang biasanya dicemaskan akan terjadi pada bayi prematur adalah:

  • Gagal tumbuh dan stunting

Kondisi dimana pertumbuhan bayi terhambat dan dia gagal atau tidak mencapai kejar tumbuh. Bayi terlihat lebih kecil dan lebih pendek dibanding rata-rata bayi pada usianya. Dari mana kita bisa tahu? Ya, dari mengamati kurva pertumbuhan.

Ciri-cirinya kurva datar terus, makin lama berat badan engak nambah, panjang enggak nambah, khawatir stunting. Boleh dia bayi prematur tapi ya jangan kurang-kurang banget kasi nutrisinya, nanti yang ada pertumbuhannya yang terhambat” kata dr. Putri.

  • Sindrom metabolik

Kemudian, karena orang tua bayi prematur khawatir anaknya gagal tumbuh atau stunting akhirnya memutuskan “Ya udah, cepetin aja pertumbuhannya dengan kasi banyak makanan.” Menurut teman-teman betul atau enggak cara demikian?

Nah, kalau menurut dr. Putri hal tersebut juga enggak boleh.

Enggak boleh. Karena kalau dikasi berlebihan, kecepatan berat badannya nanti loncat, nanti hati-hati di kemudian hari anaknya klo berat badan nambah banyak (secara drastis) jadi obesitas, diabetes, kena jantung, mengalami hipertensi. Artinya si anak prematur harus dapat yang pas di tengah-tengah. Banyak banget enggak boleh, kesedikitan ya enggak boleh. Gimana cara tahunya yg pas? Ya lagi-lagi, pantau pakai kurva,” jelas dr. Putri.

Apakah anak-anak yang lahir prematur bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak yang berat badan lahirnya normal?

Kalau berdasarkan pengalaman teman saya dan Ibu Nina di awal artikel ini, menurut teman-teman bagaimana? Yup, jawabannya adalah “InsyaAllah anak-anak yang terlahir prematur bisa tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lainnya”.

Sedangkan menurut dr. Putri:

Prematur enggak semenakutkan itu, yang penting kita bisa meberikan dukungan optimal sejak awal dan selanjutnya pemantauan yang continue.”

Maksudnya, bayi prematur akan bisa tumbuh dan berkembang optimal apabila kita melakukan hal-hal sebagai berikut:

  • Pemberian nutrisi yang tepat

Menurut dr. Putri, cara memberikan nutrisi pada bayi prematur adalah dengan:

Pertama, hitung kebutuhannya (perhatikan aspek kalori dan volumenya). Sama seperti yang sudah saya jelaskan di atas, pemberian nutrisinya enggak boleh terlalu berlebihan, namun juga enggak boleh kurang banget. Dr. Putri juga menyarankan supaya orang tua senantiasa berkonsultasi dengan dokter anak untuk memastikan kebutuhan nutrisi bayi prematur yang tepat dan sesuai.

Kedua, pantau pertumbuhannya, yang meliputi berat badan, panjang badan, lingkar kepala. Kurvanya harus naik terus. Namun, tentu saja enggak boleh terlalu cepat maupun enggak boleh terlalu lambat naiknya.

  • Lakukan skrinning

Sangat disarankan untuk bayi yang lahir saat usia kehamilan masih muda banget.

Pertanyaan favorit ortu selanjutnya? Anak saya lahir prematur nih ke depannya gimana?Organ-organnya lengkap enggak? jari-jarinya lengkap engggak? Oke kalau jari kan keliatan ya? Selanjutnya yang kita pantau terkait fungsi organnya yang biasanya masih belum matang atau immature,” jelas dr. Putri.

Berikut adalah beberapa skrinning yang disarankan untuk bayi prematur:

USG kepala

Khawatirnya ada masalah di kepala seperti perdarahan otak pada bayi prematur.

Pemeriksaan pendengaran

Supaya bisa memastikan si anak bisa mendengar atau enggak.

Osteopenia of Prematurity

Pemeriksaan tulang bayi prematur.

Anemia of Prematurity

Menurut dr. Putri, bayi prematur rentan mengalami Anemia of Prematurity dimana sel darah merahnya berumur pendej dan gampang pecah seiring kebutuhan tubuhnya yang meningkat drastis.

Extrauterine Growth Restriction

Bayi prematur memiliki risiko pertumbuhannya enggak sesuai kurva, cenderung landai terus, artinya anaknya enggak tumbuh.

  • Hal-hal lain yang harus diperhatikan

Selain pemberian nutrisi yang tepat dan skrinning, dr. Putri juga menyarankan orang tua dari bayi prematur memperhatikan hal-hal berikut:

  • Rutin kontrol untuk pemantauan tumbuh kembang.
  • Tanyakan kepada dokter apakah bayi sudah tumbuh sesuai kurva pertumbuhan.
  • Apakah perkembangan sudah dicapai sesuai usia bayi?

Oh iya, terkait usia bayi prematur, ada tiga usia yang dimiliki oleh bayi prematur, antara lain:

  • Usia Gestasi (Umur kehamilan)

Usia ini dihitung dari hari pertama haid terakhir ibunya sampai hari dilahirkan.

  • Usia Kronologis (Usia Kalender)

Usia sejak dilahirkan sampai saat ini.

  • Usia Koreksi

(Usia Gestasi + Usia Kronologis) – 40 weeks

Dr. Putri kemudian memberikan contoh perhitungan Usia Koreksi:

Jadi misalnya ada bayi lahir pada usia gestasi 33 weeks, saat ini Usia Kronologisnya 8 weeks 4 days. Maka Usia Koreksinya adalah (33 weeks + 8 weeks 4 days) – 40 weeks = 1 week 4 days.

Mengapa sih kok ada Usia Koreksi segala?

Pentingnya Usia Koreksi adalah untuk mengetahui perkembangan dia, jadi usia perkembangan liatnya di Usia Koreksi,” kata dr. Putri.

Jadi, kemampuan bayi prematur disejajarkan dengan bayi cukup bulan berdasarkan Usia Koreksinya, bukan Usia Kronologisnya. Namun, Usia Koreksi ini hanya diperhitungkan hanya sampai usia si anak dua tahun saja. Oh iya info tambahan lagi, kalau buat imunisasi, usia yang dipakai adalah Usia Kronologis si bayi.

  • Perawatan di rumah

Kondisi bayi prematur biasanya lebih ringkih dari bayi cukup bulan. Maka, orang tua harus melanjutkan dengan melakukan perawatan di rumah. Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua, khususnya ibu, untuk merawat bayi prematurnya di rumah, antara lain:

  • Menjaga kebersihan lingkungan bayi prematur. Misalnya sebelum memegang bayi cuci tangan dulu, rajin membersihkan kamar anak, memakai baju bersih saat menggendong anak, dll.
  • Melakukan Gendong Kangguru. Gendong Kangguru merupakan inkubator alamiah untuk bayi. Dengan Gendong Kangguru, maka bayi akan mendapatkan kehangatan dari ibu, sehingga suhu tubuhnya stabil, denyut jantung juga stabil, anaknya rileks, lebih mudah menyusu, sehingga berat badannya pun cepat naik.
  • Lakukan stimulasi

Selain parameter pertumbuhan, menurut dr. Putri hal yang perlu diperhatikan adalah parameter perkembangan.

Sesekali harus datang ke DSA lihat kurvanya sesuai tidak, trus harus lihat perkembangannya, biasanya akan dilakukan dokter tumbuh kembang. Setidaknya ada lha selain liat parameter tumbuh juga liat paramerter perkembangan. Kita bisa lihat anak udah bisa duduk belum, udah bisa ngoceh berapa kata kadang juga ada yg luput, untuk yang spesifik-spesifik seperti itu saran tetep ke dokter anak supaya bisa liat screening perkembangannnya,” kata dr. Putri.

  • Terakhir, please don’t be stressed mom!

Selain bayinya, jangan lupa ibunya juga perlu diperhatikan sih. Terkait hal tersebut, Joanna dan dr. Putri memberikan saran sebagai berikut:

Pertama, saat tahu bayinya prematur jangan langsung stress

Kalau punya bayi prematur, please mom jangan stress. Saya tahu itu pasti kondisinya mengagetkan, setenang apapun kita, saya (dokter) butuh mom yang tenang supaya bonding antara mom dan anak lebih nyaman. Kedua, kalau mom lebih rileks, santai, dengan sendirinya maka ASI-nya keluar,” saran dr. Putri.

Kedua, senyum aja saat ada yang bertanya tentang kondisi bayi prematur (kita)

Disenyumin aja. Soalnya baik prematur atau enggak kan tiap anak beda. Kita bisa ngeles, kondisi tiap anak kan beda, Bu,” kata Joanna.

Ketiga, meminta dukungan dari lingkungan

Dr. Putri menyarankan untuk para ibu yang memiliki bayi prematur supaya meminta dukungan dari keluarga, suami, mertua, orang tua, dll. Selain itu, dr. Putri juga menyarankan ibu dari bayi prematur berteman dengan sesama ibu-ibu yang “bernasib sama” punya bayi prematur juga. Biasanya peer group semacam ini akan saling support, karena sama-sama mengalami.

Saya dan teman-teman mombloggers ketika datang ke acara Bicara Gizi NUB.

Dukungan dari lingkungan, baik keluarga terdekat maupun peer group (inner circle) akan membuat suasana hati dan pikiran ibu dengan bayi prematur akan tenang. Biasanya kalau ibu tenang, inner circle udah bikin nyaman, maka ibu enggak akan peduli lagi tentang omongan orang di luar sana.

Joanna kemudian juga menambahkan pernyataan dr. Putri:

Tentang dukungan dari orang tua, suami, sangat membantu aku, awal-awal itu emang keinget aku mau dapat ASI tapi enggak boleh setres tapi dengan kenyataan yang harus dilewatin sangat stressfull, sangat stress, tapi dukungan suami manteb banget. Kadang cuma ngrangkul itu aja udah bikin tenang atau pijatan-pijatan yang sebentar, sangat membantu supaya sang ibu rileks. Mom di sini jangan takut untuk minta bantuan. We need all the help we can get, selain bantuan ngurusin anak, kita juga butuh bantuan menjaga suasana hati,” kata Joanna.

Joanna Alexandra ketika memberi support kepada ibu-ibu yang memiliki anak prematur.

Kalau kita punya teman-teman sperjuangan yg udah berhasil melewatinya pasti sangat membantu suasana hati. Trus, aku belajar kalau kita khawatir atau stress enggak akan bikin anak lebih sehat. Yang bikin tumbuh kembang anak membaik kalau kita bawa aura positif dalam keluarga. Anak kita juga akan ngrasa kok kalau ibu stress, anak stress, kalau ibu positif, maka anaknya juga akan semangat untuk berjuang,” tambah Joanna.

Itulah beberapa cara untuk merawat bayi prematur, teman-teman. Jadi, kesimpulannya, bayi prematur bisa kok tumbuh dan berkembang optimal, asalkan:

  • Berikan nutrisi yang tepat dan cukup.
  • Pantau terus pertumbuhan dan perkembangannya.
  • Beri dukungan pada orang tuanya, khususnya sang ibu.

Video acara Bicara Gizi NUB tentang “Dukung Si Kecil yang Lahir Prematur untuk Tumbuh Kembang Optimal”.

Semoga artikel ini bermanfaat ya, khususnya buat teman-teman yang baru saja dikaruniai bayi prematur. Semoga anaknya senantiasa sehat, bisa tumbuh dan berkembang optimal, aamiin 🙂

April Hamsa