Ngabuburit. Saya baru mengenal istilah tersebut ketika saya sudah pindah ke Ibu Kota. Kata seorang teman, ngabuburit itu berasa dari kata dalam Bahasa Sunda β€œburit” yang berarti sore. Teman saya tersebut juga menjelaskan bahwa ngabuburit berarti aktivitas yang kita lakukan pada saat sore hari.

Belakangan, sepertinya istilah ngabuburit ini mengalami penyempitan makna menjadi segala aktivitas yang dilakukan oleh seseorang saat menunggu waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan. Sehingga, enggak lengkap rasanya kalau menunggu adzan Magrib tanpa ngabuburit.

Ada banyak cara ngabuburit. Namun, kali ini saya mau sharing cara ngabuburit asyik ala ibu dengan (dua) balita seperti saya. Bagi sebagian orang, ibu dengan balita itu sering dipandang rempong dengan urusan mengasuh balita, sehingga enggak akan sempat ngabuburit. Bisa punya waktu untuk memasak menu sahur dan buka puasa saja, udah untung. Gitu, kan? Hehe.

Saya dan anak-anak saat ngabuburit.

Pandangan tersebut enggak sepenuhnya salah, sih. Ada benernya. Tapi, tentu saja segala kerepotan seorang ibu bisa disiasati, bukan? Supaya dirinya pun punya waktu untuk ngabuburit. Biasanya, saya memasak satu kali saja dalam sehari. Sehingga, menu buka puasa hari itu, sekaligus juga menjadi menu sahur keesokan harinya. Sedangkan, untuk urusan domestik lainnya, saya kerjakan pada saat pagi atau siang harinya.

So, pada sore hari, yeaaayy, saya yang ibu rumah tangga ini punya waktu luang untuk ngabuburit bersama kedua balita saya. Enggak sekadar ngabuburit, namun juga memanfaatkannya untuk memperkenalkan anak-anak kepada agamanya, khususnya kegiatan ibadah selama Ramadhan. Berikut adalah tujuh cara ngabuburit asyik ala ibu dengan balita versi saya:

Mengajari anak mengaji

Anak-anak saya, Maxy (4,5 yo) dan Dema (2 yo) masih belum lancar membaca huruf hijaiyah. Jadi, ngabuburit adalah saat yang tepat untuk mengajari mereka mengaji. Saya biasa mengajari mereka membaca huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan Iqro Balita. Sesekali, supaya mereka enggak bosan, saya juga memperkenalkan huruf hijaiyah dengan menggunakan mainan edukatif seperti puzzle huruf hijaiyah.

Membacakan buku cerita untuk anak

Karena suasananya Ramadhan, maka pada saat ngabuburit saya pun membacakan buku-buku cerita bernuansa Islami kepada anak-anak. Misalnya, seperti buku cerita anak seri Nabi. Setelah membaca buku, biasanya saya akan memberikan pertanyaan kepada anak-anak mengenai isi buku tersebut. Pertanyaan simple saja. Seperti, siapa nama Nabi atau sahabat Nabi dalam cerita di buku tersebut.

Menonton film animasi anak

Menonton film animasi anak juga bisa menjadi alternatif ngabuburit. Sama halnya seperti buku cerita, film animasi yang saya pilih masih bernuansa Islami. Biasanya saya memperlihatkan film animasi yang Islami dari channel YouTube atau memutarkan VCD Anak Islam Seri Kisah Nabi dan Rasul. Setelah menonton film animasi, saya juga akan me-refresh ingatan mereka tentang film yang baru saja mereka tonton dengan mengajukan beberapa pertanyaan.

Membuat takjil bersama anak

Jika sempat, sesekali saya membuat takjil. Menu takjilnya yang sederhana saja. Seperti, pisang goreng atau sekadar memblender buah menjadi juice. Saya melibatkan anak-anak dalam prosesnya. Misal, kalau membuat pisang goreng, mereka yang mencelup-celupkan pisang ke dalam adonan tepung. Jika membuat juice, anak-anak saya minta memasukkan bahan dasar buah-buahannya ke dalam blender.

Menggambar atau mewarnai

Mengajak anak menggambar dan mewarnai juga menjadi pilihan ngabuburitΒ saya. Misalnya, saya mengajari anak menggambar tempat ibadah masjid dengan segala kegiatan di dalamnya. Opsi lain, saya melatih anak menulis huruf hijaiyah dengan pensil warnanya, kemudian meminta anak menyebutkan huruf apa yang ditulis itu. Jika anak enggak mood mengambar, bisa juga meminta anak mewarnai Buku Mewarnai Islami yang memiliki tema-tema seperti puasa, wudhu, zakat, silaturahmi, dan lain-lain.

Mengajak anak jalan-jalan sore keliling komplek

Supaya enggak bosan di rumah saja setiap sore, maka saya mengajak anak-anak berjalan kaki keliling komplek perumahan. Untuk antisipasi agar kaki mereka enggak pegal, maka saya memakaikan sandal anak yang nyaman. Sepanjang perjalanan, saya bertanya tentang apa saja yang mereka lihat. Apabila bertemu seseorang (tetangga) di jalan, saya meminta mereka menyapa dan bersalaman.

Mengajak anak silaturahmi ke rumah tetangga/ kerabat dekat rumah

Sesekali saya mengajak anak-anak untuk berkunjung ke rumah tetangga/ kerabat yang tinggal dekat rumah. Kalau bisa, saya membawakan mereka buah tangan, seperti makanan/ minuman untuk takjil. Harapan dari kunjungan tersebut adalah supaya anak-anak jadi kenal kepada tetangga/ kerabat dan belajar tentang pentingnya silaturahmi.

Nah, itulah tujuh cara ngabuburit asyik ala ibu dengan balita seperti saya. Jadi, waktu sorenya enggak terbuang percuma. Sambil menunggu adzan Magrib, sekaligus bisa mengedukasi anak-anak tentang agama. Kalau teman-teman, biasanya ngabuburit-nya dengan cara apa? Yuk, sharing!

April Hamsa