Boleh pinjam uangmu lima ratus ribu, tidak?”

Maaf, kalau segitu Aku enggak punya. Tapi ini Aku ada seratus ribu. Sudah ambil aja. Ini kuberikan, jadi bukan pinjaman.”

Begitulah jawaban yang sering saya berikan kalau ada yang mau meminjam uang. Tentu saja, tidak semua langsung saya beri uang. Saya gali informasi terlebih dahulu untuk apa si peminjam membutuhkan uang, juga saya melihat dompet dulu ada uang yang bisa diberikan enggak? Hehehe.

Urusan utang piutang sudah menjadi rahasia umum adalah hal yang sensitif. Utang piutang bisa membuat dua orang yang berteman makin bersahabat baik atau sebaliknya menjadi bermusuhan. Sering kita dengar kan perselisihan bahkan kriminalitas mengerikan di media-media yang disebabkan dari masalah utang yang tak kunjung dibayar?

Sebutlah saya lebay atau gimana? Namun, yang pasti, saya ogah berurusan dengan utang piutang, baik menjadi peminjam maupun pemberi pinjaman. Kalau memang sedang ada uang, saya memilih membantu saja, semampu dan seikhlas saya. Sebab, biasanya hal yang paling sering terjadi, si peminjam tidak mengembalikan uangnya, sementara orang yang meminjami mendadak seolah jadi “pengemis” saat menagih uang yang dipinjamkannya. Ujung-ujungnya, sama saja, “Yo wes ikhlaskan, saja.” Jadi, lebih baik saya menghindari sakit hati semacam itu sejak awal.

Lalu bagaimana dengan berhutang? Apakah saya pernah punya utang kepada seseorang? Iya, saya pernah. Namun, alhamdulillah, enggak pernah lupa melunasi (seingat saya). Saya kok ngerasa enggak enak makan dan tidur ya kalau masih punya utang? Makanya, saya heran, bagaimana orang-orang yang punya utang banyak bisa tidur lelap di malam harinya? Eh, beneran, bisa bobo kan ya? Jadi, menurut saya, demi ketenangan hidup lebih baik kalau enggak terpaksa banget (yang membahayakan nyawa) SAY NO to urusan utang piutang.

Beberapa hal yang bisa kita lakukan supaya enggak sampai berhutang kepada orang maupun bank, antara lain:

  • Jangan iri dengan “rumput tetangga”.

Sering mendengar “rumput tetangga lebih hijau” kan? Memang sekilas kehidupan orang lain sepertinya mungkin lebih enak Eh, Si X punya rumah luas, punya mobil keluaran terbaru, gonta-ganti gadget tiap hari? So what? Kita enggak pernah tahu bagaimana Si X memperoleh itu semua? Bisa jadi emang dia uangnya lebi banyak dari kita, kan? So, kalau enggak punya modal buat membeli semua yang dimiliki oleh Si X ya kita enggak perlu ngiri kepadanya, apalagi memaksakan diri berhutang hanya untuk nyama-nyamain.

  • Beli barang sesuai kebutuhan dan kemampuan.

Usahakan untuk selalu membeli barang sesuai kebutuhan. Kalau enggak butuh-butuh amat ya enggak usah membeli. Sesuaikan juga dengan anggaran yang kita miliki. Kalau memang duit-nya enggak cukup yo wes. Tahan dulu keinginan untuk membeli, sabar menabung dulu.

  • Hidup hemat dan rajin menabung.

Saya ingin bisnis. Butuh modal gedhe. Kalau enggak ngutang, modal dari mana?”

Ya, hidup hemat dan rajin menabung hehehe.

Kalaupun terpaksa berhutang, berhitunglah dengan cermat, apakah setelah kurun waktu tertentu kita memiliki kemampuan mengembalikan utang? Jika iya, maka buatlah perjanjian yang jelas dengan pihak yang memberi piutang. Jangan ngemplang saat bayar utang. Ya, mungkin si pemberi piutang enggak menagih sekarang, tapi bukan berarti dia mengikhlaskan. Selalu ingatlah bahwa jika utang kita enggak ditagih sekarang di dunia, maka akan ditagih di akherat kelak. Itu lebih mengerikan!

Nah, di atas adalah cara untuk menghindari utang. Lalu bagaimana dengan cara menghindari piutang? Berikut beberapa cara yang bisa kita terapkan:

  • Jangan bersikap hidup mewah.

Saya teringat beberapa tahun lalu saat mudik ke rumah embah saya. Sepupu saya ditanya oleh tetangga, “Itu mobil baru, ya?” Sepupu saya menjawab, “Enggak itu mobil sewaan.”

Berhentilah si tetangga bertanya-tanya tentang mobil, hehehe.

Memang ada kalanya menjadi humble dibutuhkan. Sebab mana ada orang yang ngutang sama “orang kere”? Orang akan selalu mencari orang yang mampu untuk meminjam uang kan?

  • Berikan bantuan semampunya dan seikhlasnya.

Sudah saya bahas di ilustrasi percakapan paling atas saat saya membuka tulisan ini. Kalau ada uang, ya sudah, berikan saja, ketimbang memberi piutang.

  • Jika terpaksa memberi piutang maka harus ada catatan tertulis dan saksi.

Biasanya untuk urusan bisnis dengan nominal yang cukup besar. Catatlah semua utang, bila perlu dibubuhi materai dan menghadirkan saksi. Supaya kita enggak kesulitan saat menagih kelak.

Semoga kita semua terhindar dari urusan utang piutang, ya! Lebih ayem hidup tanpa beban utang ataupun kepikiran duit yang dipinjam kok enggak kembali-kembali… 🙂

Depok, 5 Oktober 2016

April Hamsa

***

Note: Tulisan ini dibuat sebagai tanggapan dari artikel Haeriah Syamsuddin yang berjudul Bayarlah Utangmu Sebelum Ditagih di website www.emak2blogger.com.