Kalau ngobrolin lebaran 2021, kayaknya teman-teman udah bisa nebak sih ya? Hehe. Soalnya, lebaran 2021 ini masih sama seperti lebaran tahun lalu. Kami enggak mudik lagi. Teman-teman juga kan? 😀 Toooss!

Sebenarnya sih enggak yang terlalu melow-melow gimana gitu kalau enggak mudik, karena beberapa kali kami pernah juga tidak mudik saat Idulfitri. Tahun 2017, misalnya. Waktu itu kami enggak mudik dan menikmati libur lebaran di Jakarta aja.

Hanya saja, tak mudik ketika lebaran dalam dua tahun berturut-turut sekarang ini, rasanya berbeda. Soalnya alasannya karena pandemi Covid-19.

Kalau enggak ada wabah kan, walau tak bisa mudik saat Idulfitri, kami masih bisa mudik di waktu yang lain. Misalnya saat liburan Iduladha, long weekend tanggal merah libur nasional, dll. Kalau karena pandemi gini, puyeng deh kapan bisa gantiin mudik lebaran. Apalagi, rasa-rasanya pandemi makin geje aja di negeri ini.

Namun, kalau mau ngeluh kok ya isin. Lha wong sedunia problemnya sama, Jadi, yawdalah, pasrah sama aturan pemerintah aja. Belum boleh mudik, yo ora mudik dhisik. Ketimbang bawa penyakit kan?

Trus, daripada saya gabut, yawda saya mau dokumentasikan cerita lebaran 2021 di blog ini aja, deh 😀 .

13 Mei 2021, pagi…

Karena suasananya masih bau-bau Ramadan, anak-anak gampang sekali dibangunkan. Saya bilang bahwa kami akan sholat Id di depan rumah.

Yes, sejak malam sebelumnya, bapak-bapak di komplek kerja bakti merapikan mushola yang setengah jadi di seberang rumah kami. Rencananya, warga komplek akan sholat di mushola plus jalan depan rumah.

Alhamdulillah, tahun ini bisa sholat Id.

Saya sendiri, selama tinggal di Cilebut belum pernah sholat Id karena selalu berhalangan. Cuma, kata suami, biasanya sholat Id digelar di jalan depan komplek. Namun, karena sekarang kami punya mushola, walau masih belum sempurna pembangunannya, akhirnya diputuskan sholat Id di sana.

Awalnya jujur agak malesin sholat Id karena warga komplek kayaknya enggak terlalu peduli soal memakai masker. Namun, karena saya mendengar speaker mushola bolak-balik mengumumkan bahwa jamaah yang sholat wajib pakai masker, akhirnya saya ikut sholat juga.

Alhamdulillah, saya lihat semua pakai masker. Walau yaaa ada lha ya satu dua orang membagongkan yang tidak pakai masker dengan benar. Saya juga melihat di jendela mushola disediakan satu box masker supaya orang-orang yang mau sholat dan enggak pakai masker bisa mengambilnya.

Ternyata, kata suami itu adalah idenya dan salah seorang tetangga yang selama ini juga rajin makai masker di komplek. Alhamdulillah, panitia penyelenggara sholat Id setuju. Yaaa, daripada berisiko kenapa-kenapa, lebih baik pencegahan kan? Warga komplek juga lumayan pada nurut sama anjuran pakai masker.

Setelah selesai sholat Id, yaaa paling cek WA, kirim-kirim ucapan selamat lebaran dan saling memohon maaf sama beberapa orang baik di “dunia maya” maupun “dunia nyata”. Abis itu lanjut video call kakek neneknya anak-anak.

Video call dengan keluarga yang jauh di sana.

Oh iya, di rumah kami tahun ini sepi, enggak ada opor ayam dan ketupat lebaran di hari pertama. Tak ada pula nastar maupun kastengel, wkwkwk. Namun, untung, masih punya nasi dan lauk buat sarapan sebelum sholat Id.

Yeah, UNTUNG. Soalnya mungkin di luar sana banyak yang enggak seberuntung kita, masih punya makanan di rumah. Saat kita berlebaran, bisa jadi ada orang-orang yang bingung hari ini dan esok hari makan apa.

Semua ya gara-gara pandemi. Banyak yang kehilangan pekerjaan atau usahanya terpaksa gulung tikar. Kita yang masih punya mata pencaharian cukup beruntung.

Asalkan jangan jumawa aja, sih. Tetep berempati. Jangan lupa mengeluarkan shodaqoh, infak, zakat, wakaf, dll, apabila ada kemampuan #ntms.

Siangnya…

Emang udah diniatin, karena saya dan suami sama-sama enggak masak, akhirnya memutuskan jalan aja gitu ke Hokben. Hari sebelumnya udah nanya ke mimin Hokben di Twitter, apakah Hokben baru yang terdekat dengan rumah buka atau enggak. Katanya buka.

Hari raya silaturahminya ke Hokben 😛 .

Abisnya bingung mau silaturahmi ke rumah saudara, tak ada saudara dekat. Mau ke rumah teman, bingung ke rumah siapa. Lagian, iya kalau tuan rumahnya seneng dikunjungi. Khawatirnya kalau masih agak ketat soal aturan menerima tamu kayak kami yang memang sementara ini “enggak dulu” menerima tamu, hehe.

Udah lumrah aja sih, zaman now, sehingga ra sah baper. Namanya juga bagian dari perlindungan diri karena mencegah tertular virus.

Yawda, akhirnya kami berangkat ke Hokben di cabang yang dimaksud. FYI, Hokben yang ini tuh baru banget buka Maret atau April lalu.

Sebenarnya, ini kali kedua kami ke sana. Agak deg-deg’an karena khawatir ramai, soalnya waktu awal April lalu kami sempat ke sana dan agak ramai, huhu. Walaupun enggak yang crowded banget sih, namun tolerasi “ramai” saat pandemi kan beda dengan kondisi normal ya? Padahal ke sananya pukul 3 sore, lho.

Akhirnya makan cepet-cepetan di area teras luarnya. Namun, saya perhatikan kanan kiri kami cukup taat bermasker, kalau sudah selesai makan. Masih ada untungnya hehe.

Orang lain makan opor, kami makan Hokben. Melas beut… 😛 .

Trus, karena termasuk Hokben baru kali ya, entah kenapa waktu itu palayanannya lama sekali. Pas saya ngecek review restoran tersebut di Google Review ternyata emang banyak yang agak kecewa dengan pelayanannya.

Nah, kali kedua ini kami ke sana sekitar jam makan siang sambil finger crossed aja dah, berharap sepi. Eh, alhamdulillah sampai di sana ternyata sepiTadinya kalau ramai kami udah kepikiran mau take away aja hehe.

Alhamdulillah, pas sepi.

Sebelum masuk sudah ada bapak satpam yang menunggu untuk memeriksa suhu. Sempat kaget juga soalnya, berbeda dengan sebelumnya yang ngarahin thermogun cuma di tangan, kali ini nembaknya di jidat.

Bu, nanti enggak boleh duduk berempat ya, maksimal bertiga!” Pesan pak satpam selanjutnya.

Lhaaa, gimana, bulan April lalu bebas aja duduk sama berapapun anggota keluarganya, sekarang kok beda lagi? Hmmm…

Bingung soalnya kan kami berempat gitu.

Soalnya khawatir nanti kalau ada razia,” lanjutnya.

Owalaaahh… Yawda deh, nurut aja.

Cuma waktu itu saya pilih bangku yang deketan banget, saya agak geret dikit juga jadi enggak jauh-jauh amat 😛 .

Asliiik, enak banget hari pertama lebaran makan di Hokben, sepiii. Pas rezekinya kali ya? Orang-orang mungkin masih pada sibuk silaturahim ke tetangga atau ke saudara masing-masing.

Tak ada opor, salad pun jadi 😛 .

Sama kayak sebelumnya, kami tetap memilih makan di teras luar soalnya masih malas terlalu lama berada di ruangan tertutup dan ber-AC. Alhamdulillah, dua kali makan di teras Hokben yang sama enggak ada pengunjung yang merokok. Mungkin banyak yang sadar kalau sedang musim wabah, sehingga ke sana ya benar-benar untuk makan, bukan buat nongkrong dan ngobrol cakep 😛 .

Trus, soal menu, seperti biasa karena anak-anak porsi makannya belum banyak, kami pesan dua paket menu aja, lalu tambah dua nasi dan empat minuman. Eh, nambah takoyaki juga ding soalnya tertarik sama “serut kayu” alias olahan ikan kering yang diserut itu.

Takoyaki dengan “serut kayu”.

Dulu tuh kirain yang dimakan orang Jepang di dorama-dorama tuh serut kayu beneran, wkwkwk. Eh, tibake iwak yang diproses sedemikian rupa dengan dikeringkan lalu diasapin. FYI, kalau di Jepang, mereka menyebutnya “katsuobushi”. Bisa googling sendiri deh gimana cara ikan ini diawetkan lalu berakhir jadi kek kayu serut begini hehehe.

Setelah selesai makan, kami enggak langsung pulang, melainkan mampir sebentar ke Transmart yang lokasinya tak jauh dari Hokben. Tinggal ngesot aja.

Di sana ngapain?

Mampir Transmart bentar, suepiii.

Tadinya mau nyariin Dema baju warna hijau buat dress code “acara kelulusan” TK-nya di Sekolah Murid Merdeka , tapi ora ono yang cucok heuheu. Yawda, akhirnya naik ke lantai atas bentar buat belanja beberapa kebutuhan barang pokok. Enggak banyak yang dibeli, karena udah belanja pada hari sebelumnya. Puas belanja, pulang deh.

Cuma yang saya soroti adalah beberapa merchant tutup gitu. Pengunjung juga cenderung sepi. Entah karena lebaran atau gulung tikar entahlah. Pokoknya trenyuh aja lihatnya.

Yaaa, semoga bisnis-bisnis ini baik-baik saja. Semoga krisis enggak jelas ini segera berlalu. Aamiin.

Mohon maaf lahir batin. Tetap pakai masker kalau bepergian ke mana-mana ya 🙂 .

Gitu doank sih, teman-teman cerita lebaran Keluarga Hamsa. Sepiii. Namun, kudu tetep semangaaatt! 😀 

Berharap semoga tahun depan bisa mudik dengan aman dan nyaman yaaa, aamiin.

Terakhir, selamat lebaran, mohon maaf lahir dan batin ya 🙂 .

April Hamsa