Orang-orang yang datang ke Surabaya biasanya suka mampir ke depot yang namanya Sate Klopo Ondomohen yang lokasinya dekat Kantor Walikota. Nah, kalau saya, jika mudik, biasanya mampir ke Depot Ampel Surabaya yang terletak persis di sebelah Sate Klopo Ondomohen ini. Justru, saya belum pernah sama sekali makan di Sate Klopo Ondomohen hehe. Yaaa, kapan-kapan lha ya diagendakan.

Balik lagi ke Depot Ampel. Pertama kali mengenal rumah makan ini tuh dari liputan kuliner almarhum Pak Bondan Winarno “Mak Nyus” yang waktu itu tayang di televisi.  Rumah makan ini juga udah lama berdiri, yakni sejak tahun 1994.

Pak Bondan mengatakan kalau Depot Ampel ini banyak dikunjungi orang-orang terkenal, seperti aktris, pejabat, dll. Tak heran di dinding rumah makan tersebut banyak sekali foto-foto publik figur yang datang berkunjung. Sayangnya saya enggak terlalu memperhatikan siapa aja, yang pasti ada Pak Bondan sih, hehe 😛 .

Waktu itu saya datang ke sana bersama keluarga buat makan siang, setelah nyekar ke makam Oma-nya suami. Rencananya mau lanjut ke rumah budhe saya dan nyekar ke makam Eyang saya yang lokasi kuburannya persis di belakang rumah budhe.

Tadinya, mau lanjut nyekarnya, eh ternyata anak-anak udah rewel, katanya lapar. Yawda, karena rutenya melewati Depot Ampel, kami pun memutuskan makan di rumah makan ini.

BTW, kayaknya enggak semua orang Surabaya mengetahui lokasi Depot Ampel ini. Mungkin karena Namanya “Ampel” sering dikira lokasinya di daerah Ampel yang merupakan kawasan kota tua Surabaya sekaligus di mana ada makan Sunan Ampel di sana.

Kawasan ini memang terkenal ramai, karena selain makam Sunan Ampel, ada pasar, serta masjid yang bersejarah. Nah, kalau saya cerita tentang Depot Ampel, orang sering mengira lokasinya di sana. Padahal, enggak. Seperti yang saya sebutkan di awal tadi, lokasinya berada di pusat kota Surabaya, yakni Jl. Walikota Mustajab. Orang Surabaya sering menyebutnya sebagai daerah Genteng.

Begitu kami tiba di Depot Ampel, enggak terlalu banyak yang berubah ya. Cuma dulu tuh kalau enggak keliru saya masuk ke bangunan yang disebelahnya yang ada kusen warna hijau. Cuma, kemarin, terakhir ke sana diarahkan masuk ke Gedung satunya.

Gedungnya tuh memanjang ke belakang. Kalau datang ramean sama mas-mas pelayannya sepertinya langsung diarahkan ke belakang, karena mejanya cukup besar-besar. Padahal, di depan masih ada meja kosong. Namun, yaweslah apalagi bawa anak-anak kan? Biar enak juga di belakang, karena yang bagian sana cenderung sepi.

Meja yang kami duduki tuh gede banget. Bisa kali buat 10-12 orang, padahal kami cuma datang berenam, hehe.

Kemudian, mas-masnya memberi kami list menu. Oh ya, makanan di sini tuh khas Timur Tengah ya, teman-teman. Makanya, namanya mengandung kata “Ampel”. Di list tersebut harga makanannya sudah tercantum, sehingga teman-teman bisa memperkirakan biaya untuk makan berapa. Enggak takut kemahalan atau gimana-gimana, gitu 😀 .

Waktu itu, kami memesan Nampan Kebuli. Jadi nasi kebulinya ditaruh di nampan dengan aneka lauk. Katanya sih bisa buat 4 orang.

Lalu, karena saya kepengen Nampan Kebuli tadi pakai daging kambing, buat ibu pesanan nasi kebulinya satu piring lagi dengan lauk daging ayam. Buat jaga-jaga kalau Dema enggak suka nasi kebuli, saya kemudian memesankan nasi putih setengah porsi. Untuk minumnya kami memesan dua Susu Soda Gembira, satu Jeruk Manis Hangat, satu Es Teh Manis, dan satu air mineral.

Ternyataaa, meskipun satu Nampan Kebuli ditulis untuk empat porsi, bisa buat berenam lho, haha. Banyak yaaa. Mungkin juga karena kami kalau makan enggak bisa banyak lagi. Namun, alhamdulillah, alon-alon kami berhasil menghabiskan juga makanannya haha.

Untuk semua makanan yang kami pesan, kami membayar Rp. 341.000,-00 tanpa pajak lagi. Mungkin, karena gedungnya udah milik sendiri 😀 .

Rinciannya sebagai berikut:

Nampan Kebuli Rp. 230.000,-00

Nasi Kebuli Ayam Rp. 40.000,-00

Nasi Putih Rp. 4.000,-00

Jeruk Manis Hangat (2) Rp. 9.500,-00

Soda gembira (2) Rp. 44.000,-00

Es The Manis Rp. 8.500,-00

Air Mineral Rp. 5.000,-00.

Worth it banget sih buat makan berenam. Rasa masakannya juga enak, khas Timur Tengah tetapi sudah menyesuaikan dengan lidah orang Surabaya.

Setelah makan, kami menumpang sholat di mushola yang ada di Depot Ampel. Soalnya, budhe saya penganut Katholik, jadi daripada bingung sholatnya di mana, sholat di depot bae 😛 .

Musholanya luas untuk ukuran rumah makan. Trus, buat kaum Hawa udah disediakan mukena juga. Jadi, kayaknya ini tuh salah satu lokasi yang asyik gitu buat bukber deh. Kalau mau lanjut makan dessert tinggal nyeberang aja ke Zangrandi 😀 .

Itulah cerita makan siang saya bersama keluarga saat mudik bulan lalu. Kalau teman-teman berkesempatan ke Surabaya, monggo mampir juga ke Depot Ampel ini 😀 .

April Hamsa

Categorized in: