“Saya Blogger, Saya Siap #TangkisEksploitasiAnak.” Begitulah bunyi komitmen yang beramai-ramai ditandatangani oleh beberapa blogger seusai mengikuti Forum Group Discussion (FGD) bertema “Audisi Badminton: Eksploitasi Anak atau Pengembangan Bakat Anak?” FGD tersebut difasilitasi oleh Yayasan Lentera Anak (YLA) yang merupakan lembaga independen dalam bidang perlindungan dan pemenuhan hak anak.
Blogger yang mendukung untuk menghapus eksploitasi anak di ajang audisi beasiswa bulutangkis yang diselenggarakan perusahaan rokok. Doc: YLA.
Sejujurnya, saya senang, akhirnya ada juga yang mengangkat tentang isu ini setelah sekian lama. Soalnya, terus terang selama ini saya tuh sering merasa ada yang janggal ketika sebuah perusahaan rokok ikut terlibat dalam suatu kegiatan olahraga. Enggak cuma dalam hal audisi beasiswa bulutangkis saja sih. Dalam pertandingan-pertandingan olahraga misalnya, seperti bulutangkis, sepakbola, dll, kalau ada perusahaan rokok yang jadi sponsornya, kayaknya kok aneh.
Dari mana nyambungnya gitu? Perusahaan rokok dengan olahraga yang notabene berkaitan erat dengan kesehatan? Enggak ada deh kayaknya. Tapiii, kok bisa sih di Indonesia ini, sebuah perusahaan rokok ikut terlibat dalam event olahraga?
Saya ikut menandatangani dukungan untuk stop eksploitasi anak.
Balik lagi soal audisi beasiswa bulutangkis, belakangan ini YLA menerbitkan laporan tentang dugaan eksploitasi anak oleh salah satu perusahaan rokok penyelenggara audisi tersebut. Laporan tersebut dibuat berdasarkan penemuan di lapangan, dimana ada beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan rokok tersebut dalam pelaksanaan audisi bulutangkis.
Laporan tentang dugaan eksploitasi anak dalam audisi beassiswa bulutangkis perusahaan rokok oleh YLA bisa teman-teman unduh di sini. .
Ringkasan temuan YLA mengenai dugaan eksploitasi anak oleh perusahaan rokok lewat audisi beasiswa bulutangkis
Hal tersebut disampaikan oleh founder YLA Lisda Sundari (Mbak Lisda). Dalam FGD yang diselenggarakan pada tanggal 30 Maret 2019 di Perpusatakaan Kemendikbud RI itu, Mbak Lisda menyampaikan beberapa penemuan pelanggaran oleh perusahaan rokok yang mengakibatkan anak mengalami tindak eskploitasi, yakni antara lain:
1. Menempatkan anak dalam kondisi terpapar brand image produk rokok, dimana produk ini mencitrakan diri sebagai produk yang positif
Audisi beasiswa bulutangkis berlangsung di gedung olahraga dimana di bagian outdoor-nya dihiasi banner dan spanduk bertuliskan merek produk rokok tersebut. Di sana juga ada banyak sales promotion girls (SPG) yang menjual merchandise, yang lagi-lagi bertuliskan logo perusahaan. Semua stand dan lingkungan di tempat audisi, termasuk lapangan, didominasi dengan logo dan warna identitas dari perusahaan rokok tersebut.
Dengan kondisi demikian, perusahaan rokok penyelenggara audisi beasiswa bulutangkis tersebut sebenarnya telah melanggar PP 109/ 2012 Pasal 47 (I) yaitu mengikutsertakan anak-anak pada penyelenggaraan kegiatan yang disponsori rokok dan Pasal 37 (a) yaitu menggunakan nama merek dagang dan logo produk tembakau termasuk brand image produk tembakau.
Founder YLA Mbak Lisda Sundari.
Dengak kondisi semacam itu dimana anak-anak terpapar brand image produk rokok, maka tidak menutup kemungkinan anak-anak akan menganggap bahwa produk rokok ini adalah produk yang baik, dermawan karena memberikan beasiswa, terasosasi dengan olahraga/ kesehatan, dan hal-hal positif lainnya. Padahal, coba kita renungkan, rokok itu lebih banyak manfaatnya apa mudaratnya?
Kegiatan audisi beasiswa bulutangkis tersebut melanggar UU Perlindungan Anak Pasal 76 I, berikut:
“Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan eskploitasi secara ekonomi dan/ atau seksual terhadap anak”.
2. Perusahaan rokok penyelenggara audisi bulutangkis menggunakan tubuh anak sebagai iklan berjalan
Dalam penyelenggaraan audisi bulutangkis tersebut, peserta audisi yang merupakan anak-anak (usia 6-15 tahun) diwajibkan mengenakan kaus dengan tulisan logo dan huruf perusahaan. Masalahnya logo dan huruf itu merupakan brand image perusahaan rokok tersebut.
Ketika YLA melakukan wawancara di lapangan, ketika anak-anak tersebut ditanya mengenai logo huruf (tulisan) tersebut, anak-anak dengan usia 11-13 tahun tidak mengetahui bahwa logo tersebut adalah “produk rokok”, mereka menjawab itu “beasiswa bulutangkis”. Namun, pada akhirnya, setelah mengikuti audisi tersebut, mereka tahu bahwa logo dan tulisan itu adalah “produk rokok”.
Sedangkan anak-anak yang usianya sudah 15 tahun ke atas, ketika ditanya soal logo dan tulisan tersebut, mereka tahu bahwa itu adalah “produk rokok”. Begitu pula dengan orang tua yang mengantarkan mereka melakukan audisi, para orang tua ini sadar bahwa itu “produk rokok”.
Namun, anak-anak dan para orang tua ini tidak menyadari bahwa sebenarnya anak-anak dijadikan sebagai “spanduk berjalan” oleh perusahaan rokok. YLA menemukan data dengan mewawancarai pakar di bidang advertising, yang kemudian menjelaskan bahwa penggunaan tubuh anak (memakai kaus bertuliskan merek produk rokok) sangat efektif sebagai media promosi merek rokok tersebut.
YLA dan pakar advertising kemudian membuat simulasi perbandingan promosi dengan kaus anak dibanding dengan spanduk. Berikut adalah simulasi perhitungannya:
Sumber: Laporan YLA.
Terlihat jelas bahwa dengan menggunakan kaus (tubuh anak), jauh lebih murah, namun lebih efektif untuk promosi. Sebab, anak tersebut pasti enggak cuma pakai kaus itu saat di audisi saja, melainkan (kemungkinan besar) juga memakainya pada kesempatan lain. Intinya, menggunakan tubuh anak untuk mempromosikan brand image produk rokok lebih menguntungkan perusahaan dibandingkan pakai spanduk.
“Kalau buat spanduk, maka mereka harus bayar pajak. Kalau pakai kaus yang tinggal bikin kaus aja. Biaya promo pakai kaus ini enam kali lebih murah. Bahkan promosi produk rokok pakai tubuh anak jauh lebih efisien,” kata Mbak Lisda.
Selain itu, perbuatan mengeksploitasi tubuh anak seperti yang dilakukan perusahaan rokok ini bisa dipidana dengan merujuk pasal 88 UU Perlindungan Anak yang berbunyi:
“Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 I, dipidana paling lama 10 (sepuluh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).”
3. Menemukan fakta bahwa sebenarnya hanya sedikit anak yang akan diloloskan dalam audisi beasiswa bulutangkis tersebut
Perusahaan rokok yang dimaksud YLA telah melakukan audisi beasiswa bulutangkis sejak tahun 2006. Semula audisinya hanya digelar di satu kota saja dengan peserta remaja berusia 15 tahun. Namun, semenjak tahun 2015, audisi tersebut melebar ke berbagai kota di Indonesia. Bahkan pada tahun 2017 peserta audisi yang dijaring ada yang berusia lebih muda lagi, yakni mulai usia 6 tahun.
Pada tahun 2018, promosi audisi beasiswa bulutangkis diselengarakan secara massif, baik melalui channel media televisi, koran, dan media sosial. Hasilnya peserta audisi naik berkali-kali lipat. Teman-teman bisa melihat datanya di sini:
Sumber: Laporan YLA.
Namun, ada yang janggal. Walaupun peserta audisi meningkat, jumlah penerima beasiswa ya segitu-segitu aja. Akibatnya, terdapat perbandingan angka yang sedemikian ekstrem antara jumlah peserta yang ikut audisi dengan jumlah anak yang mendapatkan beasiswa.
Maka, alih-alih audisi itu dijadikan ajang perekrutan pemain bulutangkis masa depan, yang terlihat malah perekrutan tenaga pemasaran cilik dimana mereka enggak tahu kalau sebenarnya hanya dimanfaatkan sebagai pencitraan perusahaan yang seolah-olah peduli pada olahraga.
Mbak Lisda kemudian menyampaikan bahwa ada beberapa sikap yang telah dilakukan oleh YLA terkait permasalahan tersebut, yakni:
- Mendesak pemerintah untuk melakukan tindakan tegas kepada perusahaan rokok tersebut sebagai penyelenggara audisi beasiswa bulutangkis supaya menghentikan kegiatan yang berpotensi mengeksploitasi anak dan mengambil alih upaya pembinaan bulutangkis pada anak-anak.
- Menghimbau pemerintah, masyarakat, keluarga, pendidik, dan semua pihak untuk terus mewaspadai dan enggak terjebak dalam kegiatan promosi dan iklan terselubung produk rokok melalui bentuk kegfatan audisi semacam itu.
- Mendesak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebagai Lembaga Negara untuk menjalankan tugasnya, yakni melaporkan kepada pihak berwajib tentang adanya dugaan pelanggaran hukum dan eksploitasi anak pada kegiatan audisi beasiswa bulutangkis tersebut. Hal ini sesuai dengan pasal 76 (huruf g) UU Perlindunga Anak No. 35 Tahun 2014.
Pendapat para pakar mengenai penyelenggaraan audisi beasiswa bulutangkis perusahaan rokok
Pada acara FGD hari itu juga hadir seorang psikolog Liza Djaprie (Mbak Liza) yang mengamini pendapat YLA, bahwa ada yang “mencurigakan” dalam penyelenggaraan audisi tersebut. Menurut Mbak Liza ada semacam pesan, namanya subliminal, dimana ada sebuah pesan tersembunyi yang disisipkan pada media tertentu dimana pesan ini punya tujuan untuk mempengaruhi alam bawah sadar seseorang.
Mbak Liza kemudian memberikan contoh penelitian yang dilakukan oleh James Vicary (1957). Pada waktu itu James Vicary melakukan penelitian terhadap para penonton film “Picnic” di bioskop di Fort Lee, New Jersey. Dalam beberapa adegan film tersebut disisipkan secara terus menerus iklan Popcorn dan Coca Cola. Alhasil setelah itu penjualan Popcorn meningkat sebanyak 57% dan Covca Cola naik 18,1%.
Bagaimana hal tersebut terjadi? Menurut Mbak Liza karena sebenarnya memori manusia itu terdiri dari dua bagian yakni alam sadar 10% dan alam bawah sadar 90%. Iklan-iklan tadi sepertinya dianggap sebagai pengalaman yang enggak penting, sehingga disimpan dalam alam bawah sadar.
Namun, apabila seseorang terekspose terus-terusan iklan, lalu ketemu pemicunya, maka penonton tadi akan membeli Popcorn dan Coca Cola. Demikian pula dengan brand image perusahaan rokok yang mengadakan audisi beasiswa bulutangkis tadi, menurut Mbak Liza, tinggal tunggu waktunya saja, maka entah berapa persen dari anak-anak itu pasti akan membeli rokok merek tersebut saat dewasa.
Psikolog Mbak Liza Djaprie.
“Sebenarnya tidak ada yang salah dengan audisi badmintonnya. Tapi kenapa tulisan logo perusahaan itu ada gede di depan. Sementara tulisan Indonesia ada kecil di belakang, itu pun ditutup nomor. Kalau memang ingin berkontribusi pada bangsa kita, kenapa enggak tulisan logonya kecil saja, mengapa warna kaosnya kok menunjukkan warna produk rokoknya? Pasti ada sesuatu,” kata Mbak Liza sambil menyinggung sedikit tentang psikologi periklanan.
Mbak Liza juga mengatakan bahwa otak anak-anak bagian logikanya belum sempurna, namun bagian emosinya sangat dominan. Sehingga, ketika mereka dijejali pemikiran bahwa perusahaan rokok tersebut adalah sangat baik, sangat membantu, pemberi beasiswa, dan citra positif lainnya, mereka pasti akan menelan informasi itu mentah-mentah.
Hal tersebut sebenarnya sesuai dengan target perusahaan rokok, dimana mereka enggak mungkin menargetkan pembeli yang sudah berumur. Anak-anak dianggap target paling tepat untuk iklan rokok.
“Perusahaan rokok kan cerdas. Mereka enggak mungkin nargetin orang umur empat puluh tahun ke atas. Soalnya orang seusia ini kalau enggak tobat ya sudah sakit karena sebelumnya kebanyakan merokok. Maka yang disasar ya yang kecil-kecil, dengan harapan, ketika remaja mereka mulai merokok. Anak remaja kan gitu, ada teman ngomong,’ Ah lo cemen lo enggak ngerokok’, lalu si anak ini tertantang lalu beli rokok. Saat beli kan ada banyak pilihan merek rokok, yang diingat dulu waktu kecil ikut audisi beasiswa produk rokok ini, ah beli ini saja,” jelas Mbak Liza.
Mbak Liza mengatakan bahwa anak-anak di bawah usia 18 tahun, otaknya seperti sponge. Mereka akan menyerap apa saja. Sehinggam apabila sejak kecil anak-anak sudah dibiasakan bahwa perusahaan rokok adalah “orang baik”, maka selamanya mereka akan menganggap demikian. Mereka tidak akan lagi ingat kalau rokok itu sebenarnya zat adiktif yang berbahaya.
Mas Bagja mengajak peserta FGD berdiskusi temtang eksploitasi anak.
Selain Mbak Liza, hari itu ada Bagja Hidayat (Mas Bagja) Editor Senior Tempo yang juga menyoroti tentang audisi beasiswa bulutangkis tersebut. Sebagai seseorang yang berkecimpung di media dan sering menulis tentang perusahaan rokok, Mas Bagja berpendapat bahwa audisi semacam itu merupakan cara perusahaan rokok untuk tetap survive.
Mas Bagja juga mengatakan bahwa audisi tersebut adalah cara perusahaan rokok untuk mengkomunikasikan ke masyarakat bahwa rokok itu “Barang Normal”. Padahal kan rokok itu zat adiktif? Berbahaya. Bahkan menurut data, rokok itu membunuh 20.000 orang di dunia pertahunnya.
“Audisi itu adalah cara perusahaan rokok menormalkan barang yang tidak normal. Denormalisasi denormalisasi rokok. Bahwa rokok itu bantu olahraga, bantu konser musik. Ini cara marketing supaya rokok enggak dilarang-larang lagi. Audisi semacam ini adalah cara berkelit dari peraturan-peraturan yang mengatur rokok,” kata Mas Bagja.
Pendapat saya sebagai orang tua
Sebagai orang tua yang punya anak kecil, saya juga enggak ingin kelak anak-anak saya terpapar produk rokok ini. Maka, saya mendukung langkah YLA untuk mendesak pemerintah supaya menindak tegas “kejahatan” yang telah dilakukan selama bertahun-tahun oleh perusahaan rokok tersebut, dimana mereka memanfaatkan anak-anak untuk promosi mereka.
Sedangkan untuk masalah audisi beasiswa bulutangkis, seandainya mau dilanjutkan, sebaiknya pemerintah mendesak perusahaan rokok untuk menyembunyikan atributnya dari anak. Namun, tentu saja hal seperti itu enggak mungkin, karena penyelenggara audisi biasanya ingin show up namanya. Maka, menurut saya ya sekalian saja perusahaan rokok dilarang mengadakan audisi semacam ini 😀 .
Saya ketika ikut urun pendapat tentang eksploitasi anak oleh perusahaan rokok. Doc: YLA.
Maka, opsi kedua, saya berharap pemerintah bisa lebih tegas lagi soal rokok. Salah satunya, tentu saja sebaiknya melarang dengan tegas perusahaan rokok mensponsori event olahraga, baik dalam hal audisi, pertandingan, dll. Terlebih lagi yang melibatkan anak-anak. Oh iya, FYI, dari FGD tersebut saya mendapat informasi bahwa ternyata beberapa negara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dll, bahkan organisasi olahraga internasional telah melarang perusahaan rokok menjadi sponsor dalam event olahraga. Maka, pertanyaannya:
“Kalau pemerintah negara lain bisa tegas melarang perusahaan rokok mensponsori event olahraga, mengapa negara kita enggak?”
“Mengapa pemerintah Indonesia enggak pernah tegas mengatur soal rokok? Padahal kalau soal alkohol bisa? Padahal rokok ini masuk ke zat adiktif yang berbahaya?”
“Lebih bahaya mana, rokok atau alkohol? Orang minum alkohol yang sakit ya dirinya/ tubuhnya sendiri. Orang merokok yang kena dampak enggak cuma dirinya sendiri, namun juga orang lain yang terkena asapnya. Jadi lebih bahaya mana?”
Ketiga, saya berharap pemerintah mengambil alih pembinaan atlet-atlet muda bulutangkis Indonesia. Kalau pun pemerintah enggak bisa bertindak sendiri, ya bisa saja melibatkan perusahaan lain yang “lebih normal”, seperti perusahaan sepatu olahraga, perusahaan farmasi, perusahaan air minum mineral, perusahaan makanan, dll. Tentu saja, sebaiknya pemerintah juga mengatur/ memfasilitasi supaya perusahaan-perusahaan tersebut mendapat keuntungan, sehingga sama-sama saling memberi manfaat.
Keempat, sebagai orang tua saya memberi saran kepada orang tua yang mungkin anaknya menyukai bulutangkis, sebaiknya mencari channel lain untuk melejitkan bakat anaknya. Pasti ada caranya, kalau mau berusaha mencari jalan lain. Sebaiknya menjauhi perusahaan rokok untuk membantu kesuksesan anaknya. Bulutangkis olahraga untuk kesehatan, kalau disupport perusahaan rokok, hmmm rasa-rasanya janggal.
Demikian teman-teman cerita soal FGD hari itu dan sedikit pendapat saya mengenai temuan/ laporan YLA tentang dugaan eksploitasi anak oleh perusahaan rokok dalam audisi beasiswa bulutangkis. Semoga pesan dalam tulisan ini bisa kita renungkan bersama, ya teman-teman. Khususnya mengenai betapa enggak normalnya perusahaan rokok menggelar event olahraga yang berhubungan dengan kesehatan. Sungguh sebenarnya bukan sesuatu yang normal! Apabila kita mau memikirkannya…
April Hamsa
Bener banget mba April, ini kan jelas produk berbahaya ya..tapi kok rasanya kayak normal dan biasa aja. Kekuatan denormalisasi denormalisasinya kuat banget ya mba.
Aku dulu beranggapan bahwa audisi bulu tangkis yang meminta anak-anak untuk memakai berbagai atribut rokok itu suatu hal yang biasa aja. Malah membanggakan karena bisa membawa anak-anak berprestasi.
Namun seiring berjalannya waktu, kupikir bukannya itu sama aja dengan membuat anak secara tak langsung jadi iklan berjalan ya? Apalagi saat mereka memakai atribut dengan brand image rokok yang sama. Seketika aku pun baru sadar bahwa telah terjadi eksploitasi di dalamnya. Sedih 🙁
Aku sendiri mendukung audisi bulu tangkisnya. Namun tidak dengan penggunaan brand image rokok di dalamnya.
Aku berharap semoga semakin banyak masyarakat yang sadar akan isu ini dan pemerintah segera menindaklanjutinya demi menyelamatkan generasi bangsa.
wah, dari dulu berasa dilema ya. Entah kenapa kok perusahaan rokok boleh ikut dalam sponsor olahraga dan program pendidikan
Hmm aku baru ngeh ada eksploitasi anak ketika membaca artikel ini. Kupikir program seperti itu karena adanya dana CSR yang dimanfaatkan untuk kegiatan olahraga yang menyertakan anak.
Nah ini seperti kotaku yg disebut kota kretek kalo ada event banyak yg disponsori rokok. Bahkan sebuah institusi pendidikan yg fasilitasnya keren banget tapi yg membiayai brand rokok. Jadi semacam dilema.
Pertanyaan saya sejak lama sebetulnya. Kenapa di event olahraga malah perusahaan rokok yang menjadi sponsornya. Tetapi, pertanyaan saya gak hanya itu. Masih ada rentetan pertanyaan lain.
“Apakah tidak ada perusahaan lain yang tertarik mensponsori event olahraga?”
“Bagaimana nasib dunia olahraga bila tidak ada sponsor besar?”
Ya biar bagaimana sebuah event butuh biaya. Perusahaan rokok kalau bisa mendapatkan nama di event itu, pasti mengeluarkan biaya besar. Meskipun saya juga tetap merasa aneh kalau perusahaan rokok yang jadi sponsor event olahraga, tetap aja jadi seperti dilema. Harusnya memang ada solusi bersama, termasuk dari pemerintah
FGD nya itu bukan 30 April 2019 mungkin Ya? Sekarang kan baru tgl 8 April. 30 Maret 2019 mungkin Ya?
Saya pribadi sering merasa aneh, rokok yang jelas jelas merugikan kesehatan kok jadi sponsor dunia olahraga? Apalagi ini ada dugaan perlakuan eksploitasi anak jelas makin gak sreg saja ya mah
Oh iya aku typo haha. Makasih udah diingetin, aku edit.
Iya emang aneh, mestinya pemerintah lbh tegas lagi kyk pemerintah negara2 sebelah.
Sebagai mantan corporate slave di pabrik rokok :P, aku terpanggil untuk komen di postingan ini
Yaaa, gitu deh Pril, karena rokok dilarang buat iklan di TV (di bawah jam 10 malam), akhire diliriklah gaya iklan yg sekiranya engga melanggar aturan.
Serba dilematis emang.
Bener juga sich Mbak. Tidak ada hubungannya sama sekali, olah raga dan rokok. Malah sangat bertentangan banget kan ya. Dalam kesehatan jelas jelas merokok itu dilarang. Apalagi menggunakan anak-anak sebagai model iklannya. Duh, semoga saja, semua pihak berbesar hati untuk semakin bijak dalam membuat sebuah acara dan merekrut para sponsor. Lebih enak kan kalau olah raga sponsor utamanya adalah produk yang berkontribusi dengan kesehatan gitu ya, contohnya air mineral atau sepatu olah raga sekalian ya. Ops, itu sich dari sudut pandangku saja Mbak
Aneh memang, kegiatan olahraga tapi yang jadi sponsornya rokok , ckckckkc
Salut dengan kejelian dan kepeduliannya.
Memang aku pun udah lama merasa ga sreg dengan masuknya produk rokok dalam pendanaan pendidikan anak.
Sedih ya kalau rokok jadi sponsor untuk kegiatan olahraga. Apalagi olahraganya bulutangkis ya mba.
Hmmmm rokok jadi sponsor acara olahraga udah ga aneh sih, ya. Secara duit mereka emang banyak.Tapi kalau di iklannya melibatkan anak, ya aku ga sreg juga Mak. Kayak ngajakin mereka udah gedenya nanti buat jadi konsumen setianya. Ya kalau orang-orang dewasa cenderung loyal sama satu brand, anak-anak yang masih remaja ini jadi segmen yang bisa diprospek wkwkwk…. Aku sendiri suka ga nyaman kalau terpapar asap rokok
Mudah2an Kita sbg ortu bisa aware ya,, menyalurkn bakat anak2 ke tempat yg Aman bust dia dewasa kelak.. walaupun gratis jadi miris bngt ini
Ini memang cara perusahaan rokok bertahan ditengah massivenya ajakanan untuk tidak merokok. Ya, memang seyogianya bukan tidak menjadi sponsor kegiatan olah raga sih, apalagi targetnya anak-anak. Semacam propaganda kalau rokok itu baik. Rokok juga banyak memberi beasiswa lho, aku dulu salah satu penerimanya..hihi…
MasyaAllah ternyata banyak yang sepemikiran dengan saya. saya dulu juga berpikir gitu rokok dan olahraga kan hal yang sangat bertolakbelakang. Apalagi jika yang menjadi sasaran mereka adalah anak-anak.
Nah iya mba April setuju kenapa event yang begini malah sponsor utamanya perusahaan rokok emang pR banget buat pemerintah sih supaya tegas 🙂
Aku dari dulu juga sebel banget kenapa brand rokok jadi sponsor acara olahraga. Tapi apa daya tidak bisa berbuat apa2. Jadi aku seneng banget ada mbak Lisda dkk yang memprakarsai gerakan ini
NGeri ya, ini terselubung banget. Ya namanya ortu kan pasti bersemangat kalau ada yg bisa memfasilitasi bakat anaknya. Lha jebule, malah iklan. DUh, emang kudu selektif kita nih. Melihat mana yang beneran peluang atau bukan.
Thanks for sharing mbak… Aku baru sadar soal ini lho, sedia banget 🙁
Semacam kontradiktif gitu yah. Emang sesusah itukah nyari sponsor untuk acara olahraga yah? Banyak brand lain yang lebih cocok sih
Mba,setuju banget untuk pemerintah ambil alih saja deh penanganan pembinaan bibit bibit muda buat olahraga. Jadinya memang lebih tertangani. Dukung penghapusan ekploitasi anak di iklan rokok
Dan menurutku ini butuh kerjasama dari banyak pihak ya mba. Jadi nggak jalan sendiri sendiri
Gila juga ya!! Kl iklan roko itu ditargetkan bukan saja utk orang dewasa tp juga orang yg di bawah umur. Bagaimana ini penanggulangannya utk kebaikan masa depan?
Apa nggak ada perusahaan selain rokok yang bisa peduli sama pembinaan dan pembibitan olahraga ya? Mau atau tidak hasil dari pembinaan perusahaan rokok ini juga memberikan kontribusi besar, melahirkan atlet berprestasi.
Tapi kalau kegiatan itu ditunggangi buat ngiklan, eksploitasi anak ya jelas saya juga tidak setuju, hiks
Di saat mati-matian dunia olahraga menolak support dari perusahaan rokok, eh malahan perusahaan rokok masuk ke sekolah2 dengan penawaran segala macam yang juga ujung2nya mengangkat rokok itu sendiri.
Sedih sih, tapi salut banget dengan aksi2 penolakan yang berani dikeluarkan seperti ini 🙂
Jadi aku penasaran banget tu, iklannya yang bagaimana. Tadi aku juga sempat nich, nonton video meski dagelan tapi agak kurang suka. Dengan konten dewasa tapi modelnya anak-anak. Kenapa sich pada senang menggunakan model anak-anak untuk konten dewasa? sama halnya rokok, rokok kan buat orang dewasa saja harus diberikan pemahaman bahwa rokok itu berbahaya. Ih gemes
iya bener kak horor banget. mereka gencar banget promosi kayak gitu, dari segi biaya jauh lebih murah dibanding cetak spanduk. paling sebel sm perokok, bener tuh ga cuma racunin diri sendiri, tapi orang sekitar.
perusahaan rokok sekarang ini sedang naik daun mba, banyak sekali pendapatannya saya perhatikan ya dan malahan bisa sponsorin acara apapun itu. Tapi, kalo masalah audisi beasiswa untuk anak gitu kayanya gimana gitu kan kurang bagus juga
Aku juga nggak setuju bgd mbk klau perusahaan rokok menjadi sponsor di event olahraga. Selain nggak nyambung, ini malah bikin imej perusahaan rokok jd positif padahal kan sebaliknya. Secara tontonan olahraga pada umumnya tidak ada ketentuan batas usia penonton dan tayang bukan di jam jam khusus seperti iklan rokok. Dah, kalau ada gerakan penolakan begini aku maulah ekoottt.
Dulu tak terpikirkan tentang eksploitasi anak dengan iklan rokok ini, karena beberapa perusahaan besar rokok memang konsen banget dengan pelatihan dan upgrade skill serta prestasi di dunia olahraga, terutama bulutangkis. Sekarang kalau dipikir-pikir lagi, memang itu jadinya iklan ya karena ada nama brand di pakaian (biasanya), atau selama event yang mereka selenggarakan.
Aku juga kepikiran kaya gini dari lama mba. Tapi ya perusahaan rokok ini punya “bakti” banyak sama negara. Beasiswa pendidikannya jg dinanti2 sama banyak org.
Perusahaan rokok lain bhkan punya institut pendidikan yg sgt kredibel. Yaah susah pastinya buat pemenrintah nge-cut perusahaan rokok yg punya program CSR serupa itu
Hmmm kalau pendapat dari aku, dari pemerintahnya sendiri kan memang harus melawan. caranya ya mereka harus membangun sebuah program beasswa olahraga, yang lebih besar daripada yang ditawarkan rokok. mau gak mau sih harus seperti itu.
Bagaimana lagi mba, perusahaan rokok di kita itu ‘membantu’ anak-anak dalam berolah raga. Karena sepertinya itu bagian dari program kerja mereka. Kalau nggak salah pendapatan dari rokok itu yang paling besar pajak nya ke negara kita.
Krn di Indonesia hanya perusahaan rokok yg mau jor joran ngeluarin banyak uang untuk sponsori banyak event. Produk lain yg sy tahu hanya nestle dengan Milonya yg punya event olahraga anak
Dilema ya, disatu sisi programnya bagus, disatu sisi ambigu karena kegiatan olahraga kok disponsori rokok, nggak nyambung, semoga ada kebijakan dari pemerintah dan perusahaan agar bisa win win solution, mungkin logonya bisa dikurangi saat audisi atau bagaimana ya
Perusahaan rokok iklannya dimana2 mba, selain ada untuk beasiswa. Turnament yang bergengsi seperti sepak bola dan dikampung saya juga masih ada spanduk-spanduk dimulai dari kecil hingga besar terpajang di pinggir jalan.
Memang sih benefit atau biaya yg mereka keluarkan begitu besar, tapi mbok iya jangn smpe segitunya. Seolah-olah kita ikut serta mendukung, padahal dibungkus rokok / spanduk ada tertera “Peringatan, Merokok Membunuhmu” Tapi masih banyak juga yg ngrokok. 🙁 🙁
Tulisan yang cukup Berani ini mba April, aku sendiri gak pernah kepikiran sampai sejauh itu tentang beasiswa olahraga dari perusahaan rokok ini, dulu ada temenku yang berharap banget bisa masuk ke PB yang didirikan brand ini sampai dia ikut roadshow supaya kalo gak lolos di kota satu bisa coba lagi. Tapi pas baca ini aku baru ngeh kalau itu cara mereka menanam paradigma tentang rokok yang baik padahal sepatutnya sih gak ya. Terus sebutan iklan berjalan bagi anak-anak yang mengenakan kaosnya pun setuju sebaiknya engga. Ya semoga ada solusi terbaik mengenai hal ini
Aku dulu sih sempat takjub tapi sedikkit ganjal sih
Kok bisa sih ya perusahaan Rokok ngasih beasiswa utk para atlit. Jadi pengen duga gitu ikut audisinya, pas dulu dulu kwkwkwk
Semakin kesini ya semakin tahu, ohh kayak gini ya,
Terima kasih untuk pencerahannya Mbak April
adek bungsuku cowok positif paru bulan lalu karena perokok pasif. pas baca ini rasanya makin sesak aja. ga ada tempat yg layak nuat iklan rokok apalagi dgn tameng audisi olahraga. big no banget.
Dari dulu aku ga setuju sih sama perusahaan2 rokok yg ngasi beasiswa ke anak2 sekolah atau kuliahan dengan menggunakan nama perusahaannya. Jadi pencitraan gitu kan jatohnya
Audisi bulu tangkis perusahaan rokok ini emang dilema banget ya. Perlu ada ketegasan dari pemerintah juga ini yang mengatur hal ini. Nggak cuma asal nama baik berjasa untuk negara jadi bisa ngiklan terselubung. Pakai sasaran anak pula.
Bener banget, semakin sering anak lihat logo perusahaan tersebut, makin kepikiran deh dan penasaran ingin mencoba juga tuh pasti.
Ayooo dong pemerintah, tegaslah demi masa depan anak-anak, penerus bangsa di masa depan.
Suka gemes sama iklan-iklan rokok yang terselubung di acara musik, olahraga, dan aktivitas positif anak&remaja. Pemerintah kita kurang tegas banget mengangkat isu yang udah ada dari zaman kapan tau
Sedih ya kalau melibatkan anak-anak gini, padahal bisa tanpa anak-anak juga untuk membentuk brain awareness.
Aku saking semangatnya mau nulis brand awareness jadi brain deh tuh. Aku akuin sih emang rokok nih uangnya banyak banget tapi sangat disayangkan ya kak April kalau melakukan eksploitasi anak gitu.
Wah ulasannya panjang dan lengkap sekali. Saya baru tahu ada kasus semacam ini.
Setuju mba sama semua pendapatnya, dukung banget gerakannya. Ngeri juga ya ini demi sebuah keuntungan sampai harus ekploitasi anak.. Padahal masih banyak yang bisa jadi sponsor selain produk rokok.
Semoga ada jalan keluar ya mbak. Klo dilihat sih emang perusahaan rokok yang fokus ngedidik anak jadi pebulutangkis handal. Satu sisi mungkin banyak yang dieksploitasi tapi banyak juga jebolan sekolah bukitangkis ini yang berhasil membawa nama harum bangsa. Semoga pelatnas bisa jauh lebih hebat nantinya
Dan perusahaan rokok yang notabene memang penyandang dana besar, juga menjadi sponsor dalam membangun perpustakaan di kampus-kampus.
((kampusku salah satunya))
Heran yaa…
Ini ibarat bangkai bertahun² tqpi gak dibersihin ya mbak….ganggu.
Dari teman yang kerja di perusahaan rokok, mereka memang menyasar di event olahraga atau acara musik kaya pentas seni sekolah dll.
Serba salah, pusat pembinaan bulutangkis si merk rokok itu udah banyak menghasilkan atlet hebat bulutangkis. Ngarep pemerintah segera bertindak aja
Kadang Kita ortu Juga sadar y Akan bahayanya kelak ketika mereka dewasa , mudah2an Ada jln keluar walaupun memang baru djarum yg bisa sebooming ini dlm memberikn beasiswa
Sayang ya aku ga ikut FGD itu. Padahal aku dukung juga menghapus promo rokok di ajang olahraga apapun.
Ngeri ya mbak kalau sampai anak tereksploitasi semacam ini. Ingin memberikan beasiswa ternyata malah menampilkan produk yang nyata2 dilarang. Dan setuju dengan sarannya, agar pemerintah lebih memperhatikan hal ini. Pemberian beasiswa sih hal yang positif banget terutama untuk menumbuhkan kreatifitasnya anak tapi jangan menonjolkan label rokok…lebih baik dialihkan ke produk lain yang kompeten… Agar masa depan anak bangsa juga terselamatkan.
semoga niat baik untuk memberikan beasiswa jangan lagi dari sponsor rokok, Kuy perusahaan lain ambil alih peran baik ini
Miris juga ya, anak-anak dijadikan alat untuk mempromosikan produk rokok.
Padahal bakat mereka perlu distimulasi dengan baik dengan mengikutsertakan mereka dalam pertandingan-pertandingan.
Semoga saja pemerintah bisa lebih tanggap menyikapi hal ini, dan mengambil alih event pencarian bakat bulu tangkis.
Iya banget, Mbak. Kenapa sih kalau ada acara2 apapun itu, pasti minta sponsornya dari perusahaan rokok? Kenapaaa? Emang sih dapetnya gede, tapi apa cuma karena duit aja? Seharusnya mikir lagi ya karena ketika minta sponsor itu berarti kita juga ikut mengiklankan produk mereka. Hiks sedih sekali memang negara kita ini. 🙁 Inget banget jaman kuliah dulu kalau mau bikin acara minta2 sponsor ke perusahaan rokok juga, karena udah pasti turun gede. :((
Dilematis banget ya mba. ketika kita memang ingin mengangkat nama olahraga dengan event event besar tapi yang bersedia membiayai malah brand rokok. saya sendiri juga sudah bertanya tanya sejak dulu, tapi belum juga kepikiran solusinya untuk mengatur pemnyelenggaraan event besar tanpa iklan rokok. dana yang dikelaurkan juga pasti gak sedikit ya.
Perusahaan dengan base healthy life kan banyak ya ka.. mungkin karena selama ini di kuasai mereka.. jadi pemerintah juga ngga bisa bergerak.. toh mereka kasih penghasilan banyak ke negara.. bismillah.. semoga kedepannya bulutangkis indonesia semakin jaya ya.. maju bersama branding yang lebih sehat
Bertolak belakang banget ya Mba April heheheh
sponsor besar malah datengnya dari perusahaan rokok.
Semoga ya Indonesia jadi lebih baik lagi
Iya dari dulu perusahaan rokok menyediakan beasiswa dari olahraga dan tak sedikit juga yang ikut. Tak bisa di pungkiri juga sih perusahaan rokok itu menyumbang dana besar juga untuk negara ini, semoga aja ya ada solusi lain untuk berhenti adanya program beasiswa dari perusahaan rokok.
Sejak punya anak saya jadi anti banget dekat dengan orang perokok karena emang dampaknya bahaya banget ya mbak. Jadi salut nih dengan gerakan yang menolak eksploitasi anak yang ada kaitannya dengan brand rokok. Memang hal seperti ini patut jadi perhatian dan tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Kok miris ya. Secara, rokok dan olah raga kan hasilnya bertentangan. Yang satu kesehatan, dan yang satunya, bisa dikata merusak.
Sudah terlalu lama soalnya ya perjalanan perusahaan rokok sebagai sponsor bulutangkis. Berpuluh-puluh tahun sudah dana mereka kucurkan untuk menyeponsori aneka ajang bergengsi bulutangkis. Butuh effort tinggi nih untuk melepaskan diri dari image tersebut.
Ah ini banget deh yang dulu pernah aku sesalkan. Kenapa ya di baju2 anak-anak itu ada sponsor rokoknya. Beasiswa atlet dewasa dan mahasiswa okelah bisa dimaklumi, tapi anak-anak enggak. Takutnya ya ini bikin tertanam di mindset anak kalo rokok itu adalah hal yang biasa, bahkan dianggap pahlawan. Ke sananya bakal nambah jumlah perokok pastinya 🙁
kita juga kemarin sempat rapat dengan KPAI mengenai indikasi eksploitasi anak oleh perusahaan rokok lewat institusi olahraga kita. Memang tidak bias dipungkiri banyak perusahaan roko yang gelontorkan dana besar untuk promosi, termasuk olah raga
Awanya aku gak ngeh sih sama eksploitasi anak ini. Aku pikir ya hanya sebatas CSR aja. Tapi ternyata bener juga ya, rokok kok jadi sponsor olahraga. Agak aneh juga ya..
Nah iya.. selama ini merasa janggal dengan ini. Sedihnya, lihat grafik yang jauh banget selisihnya antara yang lulus dgn yg gagal.. hikss
Alhamdulillah ada yg ngangkat tema ini ya Mba, aq jg miris bgt liat anak2 yg mau mengasah bakatnya tp berada di bawah naungan prushaan seperti ini
Akhirnya ada juga yang sependapat, memang hebat banget sih perusahaan rokok itu. Dari dulu tidak terkalahkan dan dianggap berjasa untuk pembibitan atlet bulutangkis.
Emang ya kontradiksi banget di sini, hampir semua event olahraga sponsornya rokok, butuh movement yang lebih besar dari ini kayaknya kalau mau ada perubahan, siap dukung!
Pernah bahas ini dengan seorang teman. Memang kenyataannya begitu, kegiatan bagus tapi diselenggarakan dengan cara yang kurang bagus.
Aku baru sadar ada sisi negatif dari iklan atau beasiswa bulutangkis dari salah satu perusahaan rokok..
Aku lihatnya kok hebat ya, bisa mendorong semangat anak2 Indonesia untuk berprestasi di bidang olahraga..
Kalo menurut aku knp alkohol bisa rokok belum, krna pajak/cukai atas rokok sangat menguntungkan bagi Negara ya mba, makanya masih blm ketat pembatasannya.
Saya juga mendukung mbak, hentikan ekploitasi anak anak di iklan rokok. Sebab dampaknya bukan hanya dampak jangka pendek tapi jangka panjang.
Gak pernah mau ikut dalam beasiswa rokok mbak, dulu ada beasiswa dari mereka waktu mahasiswa, tapi ga tertarik
sebelumnya aku nggak ngeh dan nggak pernah terpikirkan lho mba april. duh terimakasih mba, postinganmu ini membukakan mataku deh,