Film My Generation. Beberapa waktu terakhir, saya melihat e-poster yang mempromosikan film My Generation ini berlalu lalang di timeline media sosial saya. Berdasarkan tayangan official trailer-nya yang juga beredar di media sosial, saya bisa mengetahui bahwa film ini bergenre remaja.

Enggak sekadar mengangkat dunia remaja semata, konon film ini juga ingin menunjukkan permasalahan apa saja yang dihadapi oleh remaja zaman sekarang atau yang akrab disebut “kids zaman now”. Sebagaimana kita ketahui bersama, zaman telah berubah. Remaja pada masa sekarang sangat berbeda dengan zaman kita remaja dulu.

Sebagai pengamat, saya sendiri merasa bahwa remaja zaman sekarang itu lebih berani tampil, lebih kritis, lebih akrab dengan teknologi bernama internet, lebih pandai ber-cas cis cus dalam Bahasa Inggris, dan hal-hal lainnya yang saya anggap keren. Saya rasa hal-hal itu positif ya?

Sayangnya, saya juga memperhatikan bahwa remaja zaman sekarang pergaulannya lebih permisif. Anak laki-laki dan perempuan tak sungkan lagi rangkul-rangkulan bahkan kissing di tempat umum. Lha, saya sama suami, gandengan tangan di jalan aja sungkan, padahal wes jelas-jelas halal, haha 😛 .

Hal-hal semacam itulah yang katanya ingin diangkat oleh sutradara film My Generation, Upi (Mbak Upi). Mbak Upi mencoba untuk memotret kehidupan remaja masa kini yang katanya lebih kompleks, apabila dibandingkan remaja generasi sebelumnya.

Official trailer film My Generation 2017.

Secara garis besar, film My Generation ini menceritakan tentang persahabatan empat remaja SMU bernama Zeke, Konji, Suki, dan Orly. Keempat tokoh ini, masing-masing memiliki karakter yang unik.

Zeke seorang pemuda rebellious, easy going, loyal pada teman-temannya, tapi punya luka hati yang terpendam. Konji lebih polos dan naif. Orly adalah remaja putri yang pintar dan kritis, serta memiliki ketertarikan kepada kesetaraan gender. Terakhir, tokoh Suki diceritakan sebagai sosok yang cool, namun sebenarnya memiliki krisis percaya diri.

Jalan cerita yang terjadi di film My Generation ini berawal dari kegagalan keempat sahabat tersebut berlibur. Hal tersebut terjadi karena keempatnya dihukum, setelah sebelumnya membuat video viral yang memprotes guru, sekolah, dan orang tua mereka. Namun, kemudian keempatnya melakukan petualangan mereka sendiri, yang kemudian memberi mereka pelajaran berarti dalam kehidupan mereka.

Film My Generation ini pada umumnya adalah film yang bisa dinikmati oleh keluarga. Cuma, kalau melihat dari official trailer-nya, dimana ada adegan dengan baju yang agak-agak kebuka gitu, menurut saya sebaiknya anak-anak yang diizinkan menonton seusia anak SMU aja kali yaaa… Jangan lupa, bapak ibu-nya atau orang tuanya ikut menonton juga.

Mengapa saya merekomendasikan film My Generation ini untuk orang tua? Alasannya sebagai berikut:

Film ini dibuat berdasarkan riset yang lama

Konon katanya, Mbak Upi si sutradara film My Generation ini tidak main-main mengangkat kisah remaja dalam film ini. Mbak Upi sebelumnya telah melakukan riset, selama dua tahun lamanya. Mbak Upi “mendatangi” kids zaman now ini dengan melakukan survey di media sosial (media social listening).

Film ini menggambarkan realitas kehidupan remaja metropolis zaman sekarang

Tak mengherankan apabila film ini digembor-gemborkan sangat menggambarkan realitas kehidupan remaja masa kini. Sebab, sebagaimana yang sudah saya jelaskan sebelumnya, film ini dibuat berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Mbak upi.

Tapi, kalau saya amati dari official teaser-nya remaja yang digambarkan di film itu adalah remaja metropolis yang hidup di perkotaan. Kalau dari sisi ekonomi pun, sepertinya anak-anak ini adalah anak-anak dari golongan menengah ke atas.

Jalan cerita yang kemungkinan besar tidak monoton

Saya bilang “kemungkinan besar” karena saya belum menonton film My Generation ini. Filmnya kan belum tayang 😛 . Cuma, dari kasak-kusuk yang saya dengar, berbeda dengan film bergenre remaja lainnya, yang biasanya menonjolkan kisah cinta monyet, film My Generation ini katanya enggak begitu. Film My Generation ini mengangkat mengenai persahabatan dan kesetiaan.

Selain itu, film My Generation juga menyoroti kehidupan masing-masing tokoh, dimana mereka punya masalah sendiri-sendiri. Meski demikian, mereka tetap bisa klik antara satu dengan yang lainnya.

Tokoh-tokoh utamanya diperankan oleh talenta-talenta baru

Wajah-wajah baru sengaja dihadirkan untuk berperan sebagai tokoh-tokoh utama dalam film My Generation ini. Mbak Upi dan IFI Sinema yang memproduksi film ini melakukan hal tersebut supaya bisa menonjolkan talenta-talenta baru yang diharapkan kelak bisa menjadi “next generation” dalam dunia perfilman Indonesia.

Keempat tokoh utama dalam film My Generation.

Keempat wajah baru itu adalah Bryan Langelo, Arya Vasco, Alexandra Kosasie, dan Luthesa. Mereka terpilih sebagai tokoh-tokoh utama karena kualitas dan kemampuan aktingnya yang bagus.

Namun, jangan khawatir, film My Generation ini enggak melulu menampilkan wajah-wajah baru, kok. Para penonton film My Generation masih bisa melihat akting para aktor senior, seperti Surya Saputra, Ira Wibowo, Tyo Pakusadewo, Joko Anwar, Indah Kalalo, Karina Suwandhi, dan Aida Nurmala.

Terdapat hikmah dan pelajaran yang bisa orang tua maupun anak petik

Inilah poin utama mengapa orang tua wajib menonton film ini. Menurut saya, akan banyak sekali hikmah dan pelajaran buat orang tua dari film My Generation ini. Selain itu, kemungkinan besar akan ada banyak pengetahuan mengenai dunia remaja masa sekarang yang akan membuka mata orang tua.

Orang tua diharapkan tidak menutup mata lagi mengenai aktivitas dan gaya hidup remaja masa sekarang setelah menonton film My Generation ini. Bahwa apa yang tampil secara visual di layar bioskop yang kita tonton nanti, emang beneran ada dan nyata.

Semoga dari film My Generation ini, orang tua bisa menjadi orang tua yang lebih memahami karakter dan keinginan anak-anak (remaja) kita.

Selamat menonton film My Generation. Jangan lupa, tayangnya tanggal 9 November 2017!

April Hamsa