“Ayah, jalan-jalan yuk, ke Bogor, kek! Daripada wiken bengong di rumah,” saya mengajak suami jalan-jalan suatu waktu saat pertengahan bulan.
“Ntar aja, Bun. Kemarin kan abis bayar cicilan rumah dan bayar kontrakan. Harus hemat-hemat nih, masih dua mingguan lagi gajiannya,” jawab suami.
“Yaaaa, Ayaaahh,” kata saya, kecewa.
Hayooo siapa yang suka begitu juga saat pertengahan bulan? Mau jalan kemana gitu, eh, duit di dompet tinggal receh. Padahal rasanya baru kemarin gajiannya. Enggak tahu menguap kemana ya itu duit? 😛
Kondisi keuangan saat tengah bulan.
Jadi, boro-boro mikirin investasi dan dana simpanan lain, masih bisa belanja sayur dan lauk setiap hari aja saat pertengahan bulan, udah alhamdulillah banget. Iya kan? Eh, jangan-jangan cuma saya yang begono. Hahaha.
Kondisi keuangan keluarga yang tidak sehat
Ternyata, kondisi seperti yang saya alami itu menunjukkan bahwa kondisi keuangan keluarga saya tidak sehat. Lha, “sehat” kayak tubuh aja, bisa sehat atau sakit. Iya, begitu menurut Prita Hapsari Ghozie (Prita Ghozie), seorang konsultan keuangan sekaligus pemilik bisnis ZAP Finance.
Saya berkesempatan bertemu dengan Prita Ghozie yang juga penulis buku “Make It Happen!” itu pada Selasa 25 Juli kemarin di sebuah workshop bertema keuangan. Workshop yang berlangsung di restoran Attarine di bilangan Jakarta Selatan itu materinya mengenai financial check up.
Tujuan dari workshop mengenai financial check up itu supaya kita (terutama ibu-ibu) bisa mengecek kesehatan keuangan keluarga. Workshop tersebut merupakan rangkaian dari Program Ibu Berbagi Bijak (@ibuberbagibijak) yang diinisiasi oleh Visa Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sebelum workshop dimulai, Director of Corporate Communications Visa for Indonesia, Vietnam, Cambodia Mrs. Adhe Hapsari membuka acara dan menjelaskan mengenai Ibu Berbagi Bijak. Ibu Berbagi Bijak merupakan sebuah program literasi keuangan yang bertujuan memberikan pengetahuan mengenai perencanaan keuangan.
Adhe Hapsari dari Visa menjelaskan betapa pentingnya literasi keuangan.
Sasaran program ini adalah perempuan, khususnya para ibu yang rumah tangga yang setiap hari mumet mengatur keuangan keluarga, hehehe. Makanya peserta workshop kemarin kebanyakan adalah ibu-ibu. Diantaranya adalah ibu-ibu dari komunitas Kumpulan Emak Blogger (KEB).
Adhe Hapsari berharap dengan adanya workshop seperti itu maka para ibu bisa melek mengenai pengelolaan keuangan yang baik, serta bisa membagi pengetahuannya kepada orang-orang lain. Dalam kesempatan itu, Adhe Hapsari juga menginformasikan mengenai website www.practicalmoneyskills.co.id dan www.practicalmoneyskills.com yang berisi informasi dan tips seputar keuangan keluarga.
Kembali lagi ke kondisi keuangan keluarga yang tidak sehat, sebenarnya apa sih penyebabnya? Menurut Prita Ghozie, penyebabnya ada empat, yakni:
- Bad Habit: seperti boros, enggak suka menabung.
- High Lifestyle: ini nih yang gaya hidupnya maksa, suka pakai baju branded padahal belinya ngutang.
- Debt Size: sukanya ngutang tapi tujuannya untuk hura-hura, misalnya.
- Inflation: adanya perubahan nilai uang, biasanya ditandai dengan kenaikan harga barang-barang kebutuhan, gitu.
Pentingnya financial check up
Namun, menurut Prita Ghozie seringnya kita itu enggak nyadar kalau kondisi keuangan kita enggak sehat. Padahal diagnosa sudah menunjukkan kalau kita:
- Merasa hidup saat ini “sangat nyaman”. Punya utang sih, tapi kan setiap bulan bisa bayar cicilannya.
- Bergantung terhadap pekerjaan. Selama punya pekerjaan pasti bisa survive.
- Punya banyak “tabungan”.
- Tidak punya rencana keuangan.
Hayooo, siapa yang suka begitu? Tunjuk diri sendiri 😛 Itulah sebabnya financial check up sangat penting untuk dilakukan. Supaya kita bisa mengetahui keuangan keluarga kita sudah sehat atau malah sebaliknya, tidak sehat.
Prita Ghozie saat menjelaskan mengenai financial check up.
Lalu, ciri keuangan yang sehat dan tidak sehat itu seperti apa? Prita Ghozie menjelaskannya dalam empat peringkat sehat keuangan berikut:
- Tidak Sehat: dikatakan tidak sehat apabila pengeluaran lebih besar dari pendapatan, banyak berutang dengan kartu kredit, tidak punya aset.
- Sehat: besarnya pengeluaran sama dengan penghasilan, terlambat membayar lunas tagihan kartu kredit, berinvestasi minimal atau kecil saja.
- Mandiri: penghasilan lebih besar daripada pengeluaran, tidak punya utang kartu kredit, bisa berinvestasi dengan maksimal.
- Sejahtera: penghasilan lebih besar dari pengeluaran, memiliki penghasilan pasif dari aset, tidak punya utang, dan bisa banyak berderma.
Nah lho, kira-kira kesehatan keuangan teman-teman termasuk yang mana? Tidak sehat, sehat, mandiri, atau sudah sejahtera? Saya sepertinya tengah-tengah antara tidak sehat dan mau sembuh nih, hahaha 😛 .
Perangkat financial check up apa saja?
Sebenarnya, kita bisa kok melakukan financial check up secara mandiri. Untuk itu kita membutuhkan perangkat sebagai berikut:
A. Tabel Kekayaan Bersih
Kita membuat sebuah tabel yang dibagi dua kolom. Kolom pertama berisi aset dan kolom kedua adalah kewajiban kita.
Catat apa saja aset kita. Aset itu biasanya terdiri dari:
- Aset kas: tabungan, deposito, reksadana pasar uang.
- Aset investasi: ORI/ Sukuk ritel, logam mulia, reksadana pendapatan tetap/ campuran/ saham.
- Aset konsumsi: rumah/ apartemen yang kita huni dan kendaraan.
Jangan lupa juga mencatat kewajiban yang harus kita lunasi, antara lain:
- Pinjaman jangka pendek: utang kartu kredit, utang pinjaman dana tunai.
- Pinjaman jangka panjang: kredit perumahan, kredit kendaraan, dll.
Setelah itu, kita hitung kekayaan bersih kita dengan rumus: Total Aset – Total Kewajiban.
B. Tabel Arus Kas
Ini hal yang sering kita (eh, saya doank kali) sepelekan, yakni mencatat arus kas masuk dan arus kas keluar. Baik yang rutin maupun tidak rutin. Kalau bisa setiap hari, sekecil apapun seharusnya sih dicatat dengan rapi.
Arus kas masuk itu apa saja? Ya, kalau arus kas masuki yang rutin itu seperti gaji tiap bulan, sedangkan yang enggak rutin misalnya bonus, tunjangan hari raya, komisi, dan hadiah. Kalau arus kas keluar yang rutin adalah biaya rumah tangga, cicilan pinjaman. Sedangkan arus kas yang tidak rutin contohnya adalah biaya liburan, kurban, pajak bumi bangunan, dll.
Khusus untuk pos-pos pengeluaran, kita juga harus mengelompokkannya sebagai berikut:
- Wajib dan tetap: cicilan pinjaman, uang sedekah, gaji ART, premi, asuransi.
- Wajib dan fluktuatif: listrik, telepon, biaya makan/ dapur, transportasi, tabungan dan investasi.
- Tidak wajib dan tetap: internet, TV kabel, les anak dan pribadi, majalah, koran, arisan.
- Tidak wajib dan fluktuatif: hiburan, hadiah, angpao, pengeluaran ke kafe dan kongkow, dan liburan.
Jadi, kita bisa tahu mana pengeluaran yang harus diproritaskan mana yang bukan. Kalau misalnya dananya enggak cukup ya yang enggak wajib bisa dikurang-kurangi.
C. Hitungan Rasio-rasio Keuangan Dasar
Rasio-rasio keuangan dasar itu terdiri dari:
Rasio Dana Darurat
Menggambarkan berapa besar harta lancar yang tersedia, untuk membayuar biaya hidup, sesuai standar hidup yang diinginkan, jikalau terjadi penurunan penghasilan.
Dana darurat sangat banyak manfaatnya:
- Bila ada anggota keluarga sakit kita tidak bingung darimana dapat dana bjuat bayar rumah sakit/ dokter.
- Jika terjadi musibah seperti bencana alam atau kemalingan, kita masih punya dana untuk bertahan hidup.
- Jaga-jaga jika ada PHK secara mendadak.
- Supaya bisa lekas memperbaiki kerusakan peralatan rumah tangga yang signifikan seperti AC rusak, kulkas rusak, genteng roboh, dll.
Dana darurat yang ideal punya ciri-ciri sebagai berikut:
- Minimal 3x pengeluaran rutin bulanan.
- Dibuat terpisah.
- Ada tambahan untuk kondisi spesial.
Rasio Menabung
Menggambarkan porsi tabungan/ investasi kita, dibandingkan penghasilan yang kita dapatkan. Jadi setiap gajian atau dapat uang dari mana saja itu enggak langsung abis masuk pos-pos pengeluaran, tapi ada sisa untuk masuk ke tabungan.
Rasio Berutang
Menurut Prita Ghozie sebaiknya kalau terpaksa berutang maka berutanglah yang produktif. Apakah yang dimaksud dengan utang produktif itu? Utang produktif adalah utang yang memiliki:
- Nilai manfaat: harus lebih panjang dari nilai pembayaran cicilan.
- Mendatangkan penghasilan: dengan bantuan pinjaman tersebut kita jadi bisa memiliki aset yang berpenghasilan.
- Suku bunga pinjaman: perbandingan suku bunganya yang efektif, bukan tertera atau flat.
“Misal kalau krerdit mobil, jangan yang cuma dipakai tiap weekend ya ibu-ibu. Tapi mobilnya bisa dipakai misalnya buat jadi angkutan transportasi online, jadi juga menghasilkan,” kata Prita Ghozie saat menjelaskan mengenai utang produktif.
Prita Ghozie juga mengingatkan supaya peserta workshop bijak dalam menggunakan kartu kredit. Beberapa poin yang ditekankan oleh Prita Ghozie sehubungan dengan kartu kredit adalah:
- Kartu kredit sebaiknya berfungsi sebagai pengganti uang tunai, bukan tambahan penghasilan.
- Kartu kredit adalah alat penundaan pembayaran, bukan ngemplang.
- Kartu kredit merupakan alat kemudahan untuk bertransaksi pada saat darurat.
Hasil financial check up
Kita bisa mengetahui hasil financial check up dengan mengecek ketiga indikator di bawah ini:
Rasio Menabung
Rumus yang dipakai: komitmen investasi setahun dibagi penghasilan rutin setahun. Cara membaca hasilnya:
- 0-5%: keuangan kita sedang gawat darurat.
- 10%: kita masih pemula.
- 25-30%: keuangan kita sehat ideal.
Rasio Kemampuan Membayar Cicilan
Rumus yang dipakai: komitmen utang setahun dibagi pengahasilan rutin setahun. Cara membaca hasilnya:
- Di atas 35%: gawat darurat.
- 30%: masih pemula.
- 0-20%: sehat ideal.
Rasio Likuiditas
Disebut gawat darurat kalau hasilnya 0 (nol) artinya kita enggak bisa menyisihkan uang untuk dana darurat, disebut pemula apabila besarnya 2 x pengeluaran rutin bulanan, dan sehat ideal apabila kita bisa mengeluarkan 12 x pengeluaran rutin bulanan untuk dana darurat.
Bagaimana teman-teman, sudah ngeh dengan kondisi keuangan masing-masing kah? Kalau saya pribadi, saat workshop kemarin serasa ditelanjangi betul kondisi keuangan saya yang suka bocor sana, bocor sini. Tapi, enggak apa-apa, justru dari workshop tersebut saya jadi belajar mengenai pentingnya mengelola keuangan dengan cara mengalokasikannya secara tepat.
Alokasi dana yang ideal itu seperti apa?
Oh iya, kemarin tuh sebelum workshop dimulai, Prita Ghozie meminta peserta yang datang untuk mengisi data pendapatan dan pengeluaran. Khusus untuk pengeluaran ada beberapa alokasi/ pos antara lain: sedekah, cicilan utang, dana darurat, biaya hidup, gaya hidup, dan investasi.
Setelah semua peserta mengisi, Prita Ghozie kemudian meminta peserta mencocokkan prosentase masing-masing alokasi pengeluaran dengan prosentase alokasi dana yang ideal. Setelah dicocokkan, alhamdulillah ada beberapa jawaban saya yang tepat, sedangkan yang keliru masih beda-beda tipis sekitar 200-300 ribuan rupiah, sih.
Jadi, teman-teman, alokasi dana yang ideal, khususnya untuk pengeluaran adalah sebagai berikut:
- Zakat dan sedekah: 5%
- Menabung dana darurat: 10%
- Biaya hidup: 30%
- Cicilan utang/ pinjaman: 30%
- Gaya hidup: 10%
- Investasi: 15%.
Dengan rumus seperti itu, teman-teman pasti sudah bisa menghitung sendiri bukan? Misalkan pendapatan per bulan Rp. 15 juta, tinggal dibagi sesuai dengan prosentase alokasi dana yang ideal di atas. InsyaAllah kondisi keuangan kita bisa menjadi lebih baik.
Catatan dari Mbak Prita Ghozie, apabila kita sudah bebas utang maka alokasi sebesar 30%-nya bisa kita masukkan ke investasi. Selain itu, saran Prita Ghozie, sebaiknya kita melakukan financial check up setahun sekali, usahakan tiap awal tahun.
Kalau misalnya terlupa ya lakukan saat musim bayar pajak sekitar Maret-April. Kalau masih terlupa juga, lakukan pada bulan-bulan sekarang ini dimana pengeluaran kita pasti banyak untuk membayar kebutuhan anak sekolah, bukan? Jangan ditunda-tunda ya, ntar keburu sekarat, hehehe. Note to myself, sih.
Mumpung ketemu penulis buku keuangan favorit saya sekalian minta tanda tangan 🙂 .
Tak lupa Prita Ghozie mengingatkan kembali untuk mencatat semua pemasukan dan pengeluaran. Kalau teman-teman termasuk yang enggak telaten mencatat, maka usahakan bertransaksi pakai debit aja dan rajin-rajin ngeprint buku tabungan. Nanti, saat sudah mood mencatat tinggal nyontek dari sana. Tapi, kalau bisa sih jangan donk ya, kudu mencatat semua dengan baik, mulai saat ini juga.
Semangat ya teman-teman! Yuk sama-sama merencanakan anggaran keuangan, mencatat pemasukan dan pengeluaran keuangan dengan baik, dan jangan lupa untuk melakukan financial check up secara rutin! 😀
April Hamsa
Datang ke acara ini bikin aku jadi semangat nih buat kembali mengatur keuangan keluarga mba. Biar bisa jalan-jalan ke Korea. Hahaha
Hehehe iya moga2 segera beres utang2 jd bisa jalan2 ke Korea aamiin 😀
It seems like having an accounting subject again.
However, it is a good reminder.
Thanks
Sama2 moga bermanfaat. Btw emang dulu Freddy lulusan akuntansi kah?
Makasih sharingnya, dapat ilmu lagi. Mulai sekarang harus melakukan financial check up nih biar punya keuangan yg sehat, sejahtera.
Iya mbk Lianny, WS semacam ini emang bagus banget buat ibu2 yaaa 😀
Beruntung banget yang pada bisa ikit seminarnya Prita, semoga kapan2 ada kesempatan lg dan aku bisa ikutan
Iya mbak Noe, jd tercerahkan soal financial check up nih
Aku.,.aku ngacung suka seperti itu belum akhir bulan wiken drmh aja
Hehehe melas kita yaaaa :p
Maunya yg sejahtera mba,,, mdh2an ya,,, lagi ke arah mandiri noted bngt inf, dana memang hrs Ada catatan tiap blnny pemsukan dn pngluaran Ada pos2nya termsuk Dana yg tdk terduga..
Iya mbak, kudu rajin dan konsisten nyatetin. Plus lakukan financial check up secara rutin 😀
Biasanya saya mencatat setiap pengeluaran dan pendapatan, tapi akhir-akhir ini malas banget dan seringnya lupa.
Waahhh, hayuk mbak semangat catat2 lagi hehe
Tips nya berguna sekali mbak, selama ini saya ngga pernah ngitung secara detil begitu, kalau ada uang ya dibelanjakan kalau udah menipis baru deh diirit-irit, hehe..
Semoga saya bisa praktekkan ilmu keren ini supaya keuangan keluarga bisa sehat, biar nggak perlu dibawa ke klinik untuk berobat 🙂
Nah saya pun begitu mbak.
Yuks sama2 mempraktekkannya yaaaa semangaaattt! 😀
Aku langsung cek keuangan keluarga hahahaha. Abis itu pusing wkwkwkwk.
Hehehe iya ideemm
Super komplit, Mbak.
Makasih yaa…
Aku ini kadang nyatet sampe sekecil-kecilnya, trus kadang lupa. Hiksss…
Sangat membantu banget ini hasil ngumpul sehatnya 😘
Pas banget nih ilmunya buat kaum urban kayak kita, yang kalo tanggung bulan udah engap-engapan duitnya, hihihi.
Waktu masih single dan berkarir pernah nyoba financial check up, dan kayaknya setelah berumahtangga gini yg kayaknya kudu dicekap ulang deh. TFS mba.
waduh, langsung cek keuangan sendiri-sendiri. Aku tuh susah konsisten mencatat pengeluaran bulanan. Ada saran, Mbak?
Saranku jangan malas hahaha 😛
Mencatat tiap pengeluaran secara rutin memang salah 1 cara baik untuk memantau pengeluaran. Sayanya aja yang suka Mager..😛
Aku langsung bookmark, Mba April. Dan langsung kirim ke suami, hahaha.
Mau aku praktekin pelan-pelan, terutama finacial ckeck up. Biar ketahuan kami ada di posisi mana 😀
Makasih udah sharing yaaaa^^
Sama2 Nyaak terima kasih sudah membaca.
Semoga bermanfaat yaaaa. Semangat menuju keuangan keluarga yg lbh sehat aamiin 😀
Thank you mba, nice artikel. Bermanfaat banget buat aku yg masih meraba-raba berapa persen baiknya investasi
-Hanifah-
InsyaAllah yang di atas sudah alokasi dana idela menurut financial planner ya 😀
wah, sepertinya aku harus financial check up juga nih setelah dibaca pelan-pelan sepertinya keuangan kami tidak sehat juga 😀
Semangat mbak Tuty! 😀
sepertinya keuanganku juga tidak sehat, sudah lama gemar menabung sekarang sudah enggak lagi. Introspeksi diri nih
Lho, knp sekarang enggak lagi mbak? Hayuk semangat2 😀
Penting juga y mb ternyata financial check up
Penting bangeeett 😀
nguahaaaa mau di level sejahteraaaa, aamiin
aamiin aku puuuuuuuunn 😀
Butuh ketelatenan untuk mencatat setiao rinci pengeluaran kita, dan saya termasuk yg gak telaten..tapi setlh baca ini jd tau knpa kita kudu mencatat…nice.tips.mb april…
Iya betul mbak. Aku kdng suka gtu jg, semangat di awal, melempem di tengah, nangis di akhir bulan hahaha 😛
Senangnyaaa ketemu Mba Prita Ghozie.. Aku jadi pingin konsultasi sama Mba Prita.. haha.. Tiap bulan aku selalu usahain banget buat bisa nabung mba, ada juga reksadana yang didebet jadi mau gak mau harus nabung dan investasi.. Tapinya suka juga pas tengah akhir bulan udah sedih dompetnya.. Pingin check up juga kesehatan keuangan keluargaku sebenernya udah sehat atau belum..
Nah itu udah bagus mbak, reksadana didebet mau gak mau kan jdnya dipaksa nyisihin yaaaa 😀
Hayuk2 cek2 lagi 😀
Lama g nyatet keuangan.. ehm.. harus bikin plan nih… Thanks ilmunya Mb April..
Iya penting banget mbak 😀
AKu jg tertohok nih pas ikutan WS itu. Sama2 mbak 😀
Huaa… ngerii..ngerii.. gak sehat… infonya berguna bangettt
Hayo lho bagian mananya nih yg ngeri? 😀
Alhamdulillah sy sudah praktik mbak. Makasih sharingnya yg lwngkap ya
Semoga bermanfaat ya mbak 😀
Sgt menarik mb topiknya aku juga suka bgt ma prita ghozy..mmg penting bgt y menyiapkan financial checkup aplg buat ibu rumah tangga spt sy
Iya mbak Prananingrum, penting diketahui ibu2 yang mengelola keuangan keluarga 😀
Wah kudu diprint dan dibaca baik2 ini mah.
Harus ya haha
Mumeet aku, mba April kalo masalah keuangan. Dasarnya, gak suka pekerjaan catat mencatat keuangan.
Kalo nyatet daftar belanjaan, baruuu hobi.
Dulu pernah niih..praktek nulis pengeluaran harian. Berhasiiil…selama 1 bulan.
Bulan berikutnya, zonk!
Duuh…
Tampaknya harus lebih banyak-banyak baca buku finansial plan niih…^^
Hehehe emang butuh konsistensi ya mbak Lendy 😀
makasih sharingnya
Sama2 mbak, moga bermanfaat 🙂
Bulan ini aku pasang app di hp mb..biar tahu, uang kepakenya buat apa. Bisa koreksi juga klo ada pos pngeluaran yang bengkak.
Mkasih sharingnya mba..
Wah enak gtu ya, jd lbh tercatat. Kadang emag kalau manual nulis tu kendalanya males hehe
Siap banget buat langsung dipraktekin!
Makasih Mbak Nurul, semoga bermanfaat 🙂
nyatetin pengeluaran dan pemasukan dari jaman awal nikah sampe sekarang belum pernah bisa rajin..
paling mentok cuman nyatet 2 bulan terus males lagi..huhu..padahal penting banget..
harus rajin..harus rajin..semoga bisa rajin bikin tabel kas keluar masuk..
Iya ya konsisten buat nyatetin sekecil apapun pemasukan dan pengeluaran itu yg penting 😀
alhamdulillah keuangan keluarga saya saat ini masih tergolong mandiri, cukup untuk sehari-hari, dan ada sisa untuk ditabung. hanya saja kadang sama kaya mbak april juga, suka banget mengeluarkan untuk sesuatu yang enggak penting2 amat, jalan2 ketempat yang jauh dan membutuhkan budget misalnya. terus aku juga sering angin-anginan mencatat pengeluaran dan pemasukan. heheheheh padahal banyak aplikasi di smartphone
Iya ya mbak, padahal udah dipermudah aplikasi. Tapi rasanya yg kecil2 tu suka kita remehkan hehehehe
Keuangan memang sangatlah sensitif bangetya keseringan sih bablas keuangan itu kalo tidak terkontrol dengan baik,. Langsung menuju ke websitenya ah siapa tau bisa belajar lebih dalam mengenai financial yang baik dan benar serta tidak bablas uangnya.
Semoga bermanfaat ya Mas Dikki 🙂
Catatanya keuangannya berasa catata akuntansi, tapi memang penting dicatat. Yang jadi godaan saat ada “keadaan darurat” big sale barang yang kita inginkan, biasanya jebol budgetnya.
Hahahah itu darurat buat yang single kyknya mas. Kalau yg udah emak2 prioritas daruratnya dah lain 😀
awal-awal nikah sempat rajin nyatat-mencatat, tapi setelah punya anak kok malah ga sempat, padahal jenis pengeluaran makin bertambah. makanya suka takut kalau diaundang acara kaya gini, mesti mbleset kabeh wkwkwk…
Hahahah toosss, kadang suka ah besok aja besok aja, lama2 wes lewat bbrp waktu buat mencatat huhuhu
mesti pertemuan empat mata dengan pak Suamik nih, biar tau posisi keuangan keluargaku ada di mana…
Hahaha betul, dibahas dengan serius tanpa gangguan yaaaa
Baru tau ilmu keuangan yang segambreng-gambreng gini. Hihihi. Terutama tentang alokasi dana ideal, ternyata pembagian prosentasenya seperti itu, ya.
Makasih ya Mbak sharingnya 🙂
Iya mbak, alokasi dana ternyata posnya banyak yaaaa, bingung jg nih mau bagi2 kok bingung hiks.
Tapi emang kudu dipaksain yaaa.
Sama2 moga bermanfaat ya mbak 🙂
Waduh, sptnya keuanganku antara sekarat dan mau hidup dech wkwkwk. Tp emang bener tuh kartu kredit hrs diwaspadai. Kartu kredit itu spt jebakan betmen. Hrs dipikirkan ketika pakai, bs ngga kita bayarnya.
Kalau gak penting2 banget gak dipakai hehe
Kalau bicara soal keuangan jadi malu sendiri nih. Huhuhuuu…
Ternyata emang penting banget ngebuat financial check up. Buat menjadi tolak ukur, hidup ini termasuk tidak sehat, sehat, atau udah sejahtera.
Kalau aku, masih tidak ternyata 😭
Iya penting banget supaya dompet/ keungan kita enggak sakit parah mbak hehe
wah kemarin pas belajar sama mba prita asyik banget ya. ANtara senang dapat ilu baru tapi juga was-was keuangan keluargaku tergolong bagaimana hahaa
Tergolong yang bagaimana? Hayoooo? hehe
hihihi tertusuk banget dengan kalimat ‘ punya mobil jangan dipakai pas weekeend..”
hahaha saya banget ini
mobil parkir di rumah
suami dan sy ke kantor pake motor hahaha
sharingnya bagus banget
alhamdulillah sering juga ikuti kultwit mba prita
bermanfaat..
saya udah terapkan
Itulah sebabnya saya maju mundur beli roda 4, alhamdulillah udah ada kendaraan online saat ini 😀
Kondisi keuangan ku sehat sih.. tapi kadang mentok juga besar pasak dari pada tiang..
Pengen dimanajemen ulang.., kalo taraf sejahtera masih jauh..
Semoga kita segera mencapai tahap sejahtera ya mbak aamiin
bener mbak. belum jadi buibu rumahtangga aja aku sering mumet ngatur keuangan sendiri. haha.. bener sih ya pos pos pengeluaran baiknya dikelompokkan dan musti ada simpenan dana darurat kalau kalau ada kejadian tidak terduga.
thankyou sharingnya yaa mbak. aku bisa tahu lebih banyak tentang financial check up ini yang memang ternyata sangat penting untuk dilakukan.
Sama2 Mbak Manda, semoga bermanfaat dan bisa diaplikasikan ya mbak 🙂
finansial check up memang penting banget dilakukan sedini mungkin bagi kita kita yang mengelola keuangan sendiri. terutama untuk dana tabungan dan dana darurat, mesti bener-bener di cek sesegera mungkin nih
Iya mas, dana darurat itu sering terlupaka ya 🙁
Moga2 bisa nabung dalam bbrp bentuk tabungan lagi nih
Saya paling males sebenarnya bicara perencanaan keuangan, pinginnya mengalir aja gitu sih, tapi setelah berkeluarga jadi penting banget, makasih tipsnya mbak
Iya justru kyknya buat yg muda2 blm berkeluarga baiknya segera dimulai ya mas 😀
Iya, aku juga baru sebatas pikiran yg penting cicilan tiap bulan bisa bayar tagihan 🙁
Hehe moga bermanfaat artikel ini ya mas 🙂
Wah … selama ini, saya hanya mencatat pengeluaran wajib dan rutin saja. Belum pernah melakukan financial check up. Mau coba lihat kesehatan keuangan dari alokasi dana yang ideal menurut Mbak Prita. Keuangan keluarga saya, udah sehat, belum, ya hihihi…
Gimana mbak, saat ngecek? Udah sehat? 😀
ahahahaah… aku pun pakenya opsi yang ini “usahakan bertransaksi pakai debit aja dan rajin-rajin ngeprint buku tabungan.”… biar lupa dan kalap tentunya
Hehehe ternyata pakai debet tu bermanfaat ya mbak. Tapi suka sebel kalau mesinnya rusak trus gak bawa cash haha.
Bukan tubuh aja ya yang harus sehat, tapi finansial keluarga juga harus tetap dijaga. Hehehe aku udah mulai melakukan financial check up nih, bagus ini buat tuntunan hehehe makasih ya, Mbak.
Betul banget mbak Tiwi. Moga bermanfaat yaaaa
setelah membaca penjelasan mb april, aku menyimpulkan kondisi keuanganku berada di……
jreng jreng jreng… di dompet suamiku hahahaha
beliau lah yg jago mengatur keuangan di keluarga kami..
insyaALLAH sehat, dulu mandiri krn ada usaha diluar gaji bulanan, sayang usahanya di pause dulu krn lagi repot.. makasih ya mb april sharringnya
Hahahaha sama aja sih, ini aku yg atur suamiku, pas lagi repot ya aku.
Iya ya mbak, penting mikir usaha supaya ada pendapatan lain TFS
Aku juga masih PR nib masalah perencanaan keuangan. Nyatet sih rajin, tapi gak ada yang sesuai rencana. Duh piyee
Wah nyatetnya rajin? Kereeenn. Tinggal planningnya ini ya mbak 😀
mantap nih infonya mbak, lagi kepikiran untuk miliki asset, supaya esok bisa enak hehe. dan ternyata2 cek kayak gini penting juga
Iya mas, mumpung masih bujangan miliki aset sebanyak mungkin, ntr kalau dah jd bapak fokusnya lain hehe
rata rata bad habit ya mba. krn smakin mningkat pndapatan malah pengeluaran makin tinggi hihi
Kalau bisa pendapatan meningkat, pengeliuaran tetap mas hehe
Alhamdulillah sudah mandiri..semoga saja bisa ke sejahtera..hahaha…Makasih sharingnya Mbak
aamiin aamiin aamiin Mak, semangaaattt 😀
Waktu awal nikah, rajin nyatetin kas masuk dan kas keluar, ehh tapi setelah punya anak malah nggak diterusin, beruntung kemaren dapet kesempatan hadir di acara ini jadi noted banged dan berharap bisa menuju Mandiri dan mendekati Sejahtera. Aamin
Aamiin Mak, semangaaattt 😀
Aku sedih masih boros hikzzz
Yuk, stop boros 😀
Nah, bener banget tuh diagnosa keuangannya bikin makjleb haha. Duhh kog di aku semuanya ada mbak, hayooo gercep ahhh buat bikin financial CheckUp secara ya rasa nyaman pada diri sendiri itu yang ternyata bisa mengganggu banget ke depannya hehe. Nice banget nih acara yang membuka emak-emak kayak diriku ini hehe biar ga makin mumet untuk mengatur keuangan yang akan datang
Hehehe iya nih, harus bisa bikin pembukuan yang lbh baik dari sebelumnya ya mbak 😀
Aku tuh susah nabung. Boros luar biasa. Nabung cuma kalau mau traveling aja. Keuanganku enggak sehat banget deh.
Eh tapi cuma buat uang pribadi aku aja ya borosnya. Untuk nabung aku serahkan ke suami. Dia yang ngatur.
Untuk traveling itu dari aku. Jadi kalau misalkan aku yang bilang “Jalan yuk, bosen di rumah.” Pasti akan dijawab dengan, “Emang uangnya ada?” hehehehe
Hehehe kalau aku dan suami sama2 suka jajan tapi juga suka saling ngerem 😀
Jadi selama ini rumus keuanganku salah. Ok baiklah diperbaiki.
Yang mana? Hehehe. Semoga bermanfaat artikel ini ya mbak Nurul 😀
Aku masih susah ngatur keuangan nih… Thanks informasinya kak.. InsyaAllah semoga bisa mulai atur… Hoho
Sama2 mas. Semoga bermanfaat yaaa 😀
Keren banget ilmu dari Mbak Prita. Aku ada di kategori apa, ya? 😀
Investasi baru dikit-dikit dan belum rutin. Yang jelas, alhamdulillah, nggak punya utang.
Alhamdulillah ya mbak, enggak punya utang 😀
Pril tks for sharing ya
Sama2 mbak, moga bermanfaat 🙂
Kalau aku nabung 20 ribu sehari aja mbak… Jauhin hutang, sadar diri sama keuangan kita.
Keceeeee, calon suami idaman uhuks 😀
Dapet ilmu banyak dari tulisan ini. Bener-bener keuangan itu harus direncanakan ya. Apalagi bagi (calon) bapak (yang montok dan tamvvan) seperti aku ini hwhwhw
Aamiin bentar lagi calon bapak uhuks 😀
Kapan waktu aku pernah lho, nyatetin pemasukan dan pengeluaran. tapi lama2 jadi malas gegara kelewat satu dua kali nyatet hahaha.
Sejauh ini sih, imbang ya. Kalau toh tabungan, gak bisa banyak emang. Biasa tiap bulan nabung di acara kumpulan ibu2 di kampung 😀
Nah itulah lewat sekali dua klai, berikutnya jd lupa trus males hehehe. Sama aja nih problemku 🙁
Emang butuh komitmen dan konsisten yaaa
Mbak April tulisannya lengkap banget. Makasih ya. Berasa tertampar sekali bacanya, pas banget bulan ini aku lagi boros luar biasa. Udah sadar sih, tapi remnya masih blong lagi.
bentar lagi awal bulan, kudu konsisten siapin keuangan supaya segera financial freedom. Aku juga mau santay di pantay, ga mikirin hutang
Keuangan tidak sehat, jadi mau nerapin nulis pengeluaran dan pemasukan hehehehhe. Terima kasih sharinya mbaa yg lengkap banget.
Debt size jangan sampai ..deh..
Kalo alasan no 4 masih bisa ditolerir.., tapi perlu juga cari tambahan..diluaran he2
Jleb, aku ngerasa tertohok banget mbak. Aku sering banget boros mbak, terutama untuk beli buku atau untuk liburan. Duh. Mesti diterapkan nih financial check up!
Materinya enak banget nggak sadar udah pernah baca dan komen sekali diartikel ini, ntar aku share ini ke adikku biar keuanganya bagus
widihh udah mirip mirip cek kesehatan aja ya, keuangan juga ada medical chekup hehe. Tapi emang bener sih, seringkali kenyamanan hidup bukan diukur banyaknya barang yang dibeli tapi bebannya misalnya punya uang tapi karena hutang, efeknya gak tenang ya
thank sharingnya sangat bermanfaat ,bagi keluarga kecil kami.
Ternyata bukan hanya kondisi fisik yang harus dicek kesehatannya, keuangan juga…. 😁😁😁
Usaha buat hemat neh