Dema enggak mau makan sayur,” kata anak saya suatu hari. Ketika saya tanya alasannya, katanya enggak suka. Padahal, menu hari itu jelas-jelas makanan favoritnya selama ini. Anak Huhu, mumet banget, deh, kalau anak enggak mau makan sayur. Khawatir asupan gizinya enggak terpenuhi, trus imunitas tubuhnya menurun. Padahal, pada masa pandemi kayak sekarang, anak kan harus selalu sehat. PR banget deh, mikirin gimana caranya supaya tetap bisa memenuhi asupan gizi seimbang untuk anak selama di rumah aja kayak sekarang 🙁 .

Apakah anak moms mengalami perubahan perilaku makan selama situasi di rumah aja?

Belakangan, saya menyadari bahwa perubahan perilaku makan anak saya kemungkinan besar karena stress. Iyeeess stress. Ternyata enggak cuma orang dewasa aja yang bisa merasakan stress, anak-anak juga 🙁 .

Penyebab stress anak

Jadi, ceritanya pada tanggal 30 September kemarin, saya mengikuti Zoom Webminar Bicara Gizi dengan tema “Biasakan Anak Terapkan Gizi Seimbang selama di Rumah Aja” yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia. Ada beberapa narasumber dalam acara Bicara Gizi waktu itu, salah satunya adalah Psikolog Anak dari Tiga Generasi, Putu Andani, M.Psi (Mbak Putu).

 Zoom Webminar Bicara Gizi dengan tema “Biasakan Anak Terapkan Gizi Seimbang selama di Rumah Aja” yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia. Sumber foto: YT channel Nutrisi Bangsa.

Mbak Putu mengatakan bahwa semenjak munculnya anjuran “di rumah aja” memang ada beberapa anak yang mengalami perubahan dalam perilaku makannya. Salah satu contohnya, mirip seperti anak saya Dema, tadinya mau makan apa aja, sekarang makannya pilih-pilih (enggak mau sayur, dll). Bahkan, ada pula perubahan yang parah, yakni anak cenderung enggak mau makan apa-apa, ngemil doank, maunya.

Nah, ternyata, menurut Mbak Putu, perubahan perilaku anak, terutama pada cara makannya disebabkan oleh stress. Yaaa, bayangin aja, hampir delapan bulan kondisi pandemi di negeri ini masih kayak gini-gini aja. Anak-anak lebih banyak di dalam rumah , anak jarang berinteraksi dengan teman atau saudara, kegiatan anak di rumah cenderung monoton, serta anak-anak juga mungkin masih beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi setelah pandemi ini 🙁 .

Saya ketika ikut acara Bicara Gizi.

Hmmm, iya juga sih, soalnya memang terus terang, anak-anak saya keluar pagar aja jarang. Trus, beberapa kali teman-temannya memanggil mengajak main, namun saya larang keluar rumah. Yaaa, gimana lagi ya? Namanya juga usaha untuk meminimalisir penyebaran virus. Maka,sebisa mungkin, kalau enggak penting-penting amat, kami sekeluarga enggak keluar rumah 🙁 .

Namun, ternyata, ya itulah salah satu penyebab anak mengalami stress. Dan, stress-nya itu enggak cuma stress sementara seperti kalau kita orang dewasa puyeng sama pekerjaan. Namun, selama selang waktu dari awal pandemi sampai sekarang, anak-anak itu mengalami “stress berkepanjangan”, hiks 🙁 .

Tanda-tanda anak mengalami stress antara lain:

  • Mudah marah dan tersinggung
  • Mood tidak stabil
  • Sulit diajak bekerjasama
  • Menolak berbagai hal yang ada (salah satunya terlihat dari perilaku makan anak yang pilih-pilih).

Sebenarnya, tanda-tanda tersebut juga dapat dialami oleh orang dewasa, sih. Masalahnya, berbeda dengan orang dewasa, menurut Mbak Putu, anak-anak belum bisa mengolah stress-nya. Maka, tugas orang tua adalah membantu anak untuk mengolah stress yang mereka alami.

Karena kemampuan mereka mengolah stress beda dengan kita orang dewasa. Mereka masih dalam tahap tumbuh kembang, bukan hanya fisik, namun juga mental untuk mampu mengolah stress-nya. Makanya ada perilaku yang berubah, seperti enggak mau makan, jadi lebih rewel. Orang tua perlu mendampingi anak untuk melalui proses dia mengelola stress,” kata Mbak Putu.

Mengapa penting mendampingi anak ketika mereka mengalami stress? Karena, menurut Mbak Putu, kalau stress berkepanjangan pada anak ini dibiarkan gitu aja, enggak segera ditangani, maka akan berdampak buruk pada kesehatan mental anak di masa mendatang.

Anak juga bisa stress. Sumber foto: Pixabay.

Kemudian, Mbak Putu kembali menyoroti masalah perilaku makan anak yang biasanya sangat terdampak oleh stress ini. Mbak Putu sangat menyayangkan hal tersebut terjadi, padahal, untuk anak-anak yang namanya perilaku makan bukan hanya sekadar bikin kenyang, namun juga merupakan bagian penting dari kehidupan anak. Perilaku makan sangat dibutuhkan oleh anak, karena:

  • Untuk kesehatan tubuhnya.
  • Untuk tumbuh kembangnya, baik pertumbuhan fisik secara keseluruhan maupun pertumbuhan otak.
  • Sebagai kesempatan anak untuk belajar. Belajar apa saja? Yakni antara lain:
  • Untuk melatih kemampuan motorik, mengetahui tekstur dan rasa
  • Supaya anak bisa belajar manajemen diri, mengetahi kapan sinyal lapar dan kapan kenyang untuk berhenti makan.
  • Agar anak paham tata krama memakai alat makan dan bisa mengerti makan bersama keluarga.

Nah, apabila anak mengalami stress, maka anak akan kehilangan beberapa manfaat baik yang seharusnya bisa mereka dapatkan dari perilaku makannya. Makanya moms, untuk mencegah hal tersebut terjadi, kita harus melakukan sesuatu.

Tips membantu anak mengolah stress

Berikut adalah tips dari Mbak Putu untuk membantu anak mengolah stress-nya:

Mbak Putu menyarankan supaya kita mencoba sesuatu yang baru (newness), bisa skill atau pengalaman yang mungkin selama ini belum pernah kita atau anak kita coba. Masih berkaitan dengan perilaku makan, salah satu yang bisa kita coba adalah memperkenalkan anak dengan proses sebelum makan, tentunya dengan cara yang menyenangkan dan ada interaksi (dengan orang tua/ anggota keluarga lainnya).

Putu P.D. Andani, M.Psi. Sumber foto: YT channel Nutrisi Bangsa.

Misalnya nih, sebelum makan, kita bisa melibatkan anak dalam proses menyiapkan makanan:

Pertama, bisa kita mulai dari pada saat memilih menu. Untuk anak yang lebih kecil kita bisa tanya: “Mau jeruk atau apel?” Sedangkan untuk anak yang lebih besar, kita bisa bertanya: “Hari ini mau bantuin mama masak nasi goreng atau sup ayam ya?”

Kedua, kita libatkan anak dalam proses memasaknya. Untuk anak yang lebih kecil kita bisa mengajak mereka mencuci sayur atau buah, mengeksplorasi nama, warna, aroma bahan-bahan makanan, menghitung bahan makanan yang dipakai, dll. Sedangkan, untuk anak yang lebih besar (usia 8 tahun ke atas) kita bisa meminta mereka memotong sayuran, mencampur bumbu, mengaduk makanan, menata peralatan makan, dll.

Ajak anak mempersiapkan makanan adalah salah satu contoh supaya anak lebih semangat makan. Sumber foto: Pixabay.

Daaan, tak lupa, pada saat makan tingkatkan interaksi antar anggota keluarga. Terutama antara orang tua dan anak. Hindari makan sambil melihat gadget atau menonton televisi. Kalau misalnya tidak bisa tiga kali makan bersama, tak masalah. Satu kali makan bersama dalam sehari juga bisa, asalkan kebutuhan interaksi tersebut terpenuhi.

Trus, ketika berinteraksi dengan anak, sebaiknya ada pengalaman yang bisa kita berikan ke anak. Contohnya seperti ini:

Alih-alih, mengatakan: “Makanan ini enak, lho”, saran Mbak Putu, kita bisa bertanya ke anak, seperti:

Coba lihat warna makanan ini, apa ya?”

Waktu dimakan bunyi makanannya gimana?”

Bentuk makanan ini seperti apa ya?”

Dll.

Ingat juga, jangan ngepush anak memakan sesuatu yang mereka enggak suka, karena akan membuat mereka makin stress dan tidak menikmati waktu makannya.

Mengapa sih semua proses di atas tadi penting?” Ada yang tahu?

Masih menurut Mbak Putu, melibatkan anak pada seluruh proses seperti di atas akan memberikan keleluasaan untuk anak dalam menentukan pilihan. Lalu, dengan pengalaman yang dilalui anak di atas, anak juga akan terpenuhi kebutuhan psikologisnya, yang meliputi:

  • Berinisiatif
  • Merasa bisa mandiri, melakukan sesuatu tanpa bantuan orng lain
  • Lalu, output-nya, anak bisa memproduksi/ menghasilkan suatu karya.

Dengan demikian, kesehatan mental anak akan tetap terjaga.

Jadi, begitulah moms, kalau ada yang menyadari perubahan perilaku anaknya juga, khususnya pada perilaku makannya seperti yang sudah saya tuliskan di atas, coba deh dianalisa. Jangan-jangan anaknya juga mengalami stress. Maka, yuk bantu dulu mengolah dan meredakan stress anak, supaya perilaku makannya jadi membaik (seperti sedia kala, sebelum ada pandemi).

Cara memenuhi asupan gizi seimbang untuk anak

Apabila anak sudah less stress, biasanya akan sangat berdampak pada perilaku makannya. Sekarang, tugas kita nih moms, adalah berusaha untuk memenuhi asupan makanan yang mencakup kebutuhan zat gizi untuk anak. Tadi juga sepertinya sudah saya tulis ya di atas, bahwa yang namanya makanan untuk anak pada masa seperti sekarang ini tuh sangat penting.

Narasumber lainnya dalam Zoom Webminar Bicara Gizi hari itu, dokter Spesialis Gizi Klinis, dr. Juwalita Surapsari. M. Gizi, Sp.GK (dr. Juwalita) mengatakan bahwa pada saat ini vaksin Covid-19 belum ditemukan, sehingga kita, khususnya para moms, harus berpikir proteksi lainnya yang bisa menghindarkan anak dari penyakit infeksi.

Dokter Spesialis Gizi Klinis, dr. Juwalita Surapsari. M. Gizi, Sp.GK. Sumber foto: YT channel Nutrisi Bangsa

Menurut dr. Juwalita, salah satu cara untuk menghindarkan anak dari penyakit infeksi adalah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi anak supaya dapat membangun sistem imunitas tubuh yang kuat. Nah, tentu saja ini berhubungan dengan cara kita memilih dan mengolah asupan makanan yang kita berikan kepada anak-anak kita.

Masalahnya, terkait dengan yang disampaikan oleh Mbak Putu di atas, mungkin anak-anak kita mengalami kebosanan dengan makanannya kan? Nah, dr. Juwalita “menantang” kita moms, gimana caranya supaya kita bisa menyediakan makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi anak itu, namun tidak membosankan untuk anak kita?

Trus, dr Juwalita juga mengingatkan bahwa: “Kebutuhan nutrisi anak relatif lebih besar daripada orang dewasa karena ada aspek tumbuh kembang.” Ini merupakan PR untuk para moms bersama supaya si anak tetap mau makan dan mengkonsumsi makanan bergizi supaya tumbuh kembangnya tetap optimal.

Dari kedua pesan dr. Juwalita tersebut, saya simpulkan bahwa makanan bernutrisi tersebut, selama masa pandemi ini, sangat dibutuhkan oleh anak-anak karena bermanfaat untuk:

  • Membantu membentuk sistem imunitas tubuh yang kuat.
  • Membuat tumbuh kembang anak tetap optimal.

Untuk memenuhi kedua manfaat tersebut maka tugas orang tua (khususnya moms) adalah menjaga supaya asupan makanan anak tetap mencukupi kebutuhan nutrisinya.

Lalu, bagaimana cara untuk memenuhi asupan nutisi tersebut?

Tentu saja mau tak mau, kita harus berupaya ekstra, moms. Salah satu caranya adalah dengan memberikan anak-anak masakan homade/ masakan yang kita makan sendiri. Ada dua faktor yang membuat makanan rumahan lebih baik dibandingkan jika kita beli makanan dari luar:

  • Lebih higienis/ bersih, karena kita sendiri yang menyiapkan bahan-bahannya dan memasaknya.
  • Lebih terjaga nutrisinya, karena sebagai ibu yang biasanya bertanggungjawab pada makanan keluarga, kita pasti berusaha membersihkan dan memasaknya dengan proses yang benar.

Nutrisi makanan yang lengkap yang harus dikonsumsi oleh anak-anak kita adalah yang memenuhi pedoman Gizi Seimbang. Pasti moms udah enggak asing donk ya dengan istilah “Gizi Seimbang” ini? Kira-kira kita udah berhasil memenuhinya belum yaaa? Coba kita cocokkan dengan penjelasan dr. Juwalita tentang Gizi Seimbang waktu itu ya moms.

Tumpeng Gizi Seimbang. Sumber: Kemenkes RI.

Jadi, menurut dr. Juwalita, yang dimaksud dengan Gizi Seimbang adalah:

Gizi Seimbang adalah susunan pangan mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.”

Prinsip dalam Gizi Seimbang antara lain:

  • Konsumsi makanan beragam
  • Anak harus beraktivitas fisik
  • Anak menerapkan perilaku hidup bersih
  • Pertumbuhan anak normal, khususnya terlihat dari berat badannya, tinggi badannya.

Prinsip-prinsip tersebut, selama ini kita kenal sebagai “Tumpeng Gizi Seimbang”. Saya yakin deh, moms juga enggak asing kan dengan “Tumpeng Gizi Seimbang” ini?

Khusus nomor satu, yakni “konsumsi makanan beragam” sesuai gambar tumpeng tersebut, kita wajib memenuhi pertama karbohidrat. Karbohidrat tidak selalu harus nasi, bisa ubi-ubian, jagung, dll. Lalu, kedua dari bawah harus ada sayur dan buah yang merupakan sumber serat yang berperan penting untuk kesehatan pencernaan anak (penting diingat pencernaan anak ini sangat mempengaruhi imunitas anak, karena kebanyakan benda asing masuk ke tubuh anak melalui sistem pencernaan ini). Ketiga, adalah memenuhi sumber protein. Terakhir, di puncak piramida ada gula, garam, dan minyak yang harus kita batasi konsumsinya.

Trus, cara memberikan makanan dengan gizi seimbang sesuai porsi anak bagaimana yaaa?”

Dr. Juwalita mengingatkan tentang “Piring Makanku”. Prinsip “Piring Makanku” ini adalah:

Pertama, kita membagi piring menjadi dua bagian. Kemudian, di bagian A, kita bagi lagi menjadi 1/3 untuk lauk pauk, 2/3 untuk makanan pokok. Sedangkan di bagian B, 1/3 untuk buah-buahan dan 2/3 untuk sayuran. Jangan lupa juga minum air putihnya, ya. Lalu, catatan dari dr. Juwalita, untuk anak usia 1-3 tahun porsi “Piring Makanku” ini diberikan dalam satu hari, bukan satu kali makan.

Piring Makanku. Sumber: Kemenkes RI.

Contoh porsi makanan untuk satu kali makan untuk anak misalnya seperti ini ya:

Makanan pokok

  • Nasi ¾ gelas (100 gr)
  • Kentang 2 buah (210 gr)
  • Roti putih 3 potong (70 gr)
  • Dll.

Catatan: Kalau misalnya anak enggak bisa makan 100 gr nasi dalam satu kali makan, maka tugas kita memvariasikannya dengan makanan pokok/ karbohidrat lain, seperti kentang, roti, jagung, dll.

Lauk pauk

  • Daging sapi 1 potong sedang (35 gr)
  • Telur ayam 1 butir (55 gr)
  • Tempe 2 potong (50 gr)
  • Dll.

Catatan: Anak harus makan lauk pauk, tak hanya berupa protein hewani, namun juga protein nabati.

Sayuran

  • 1 porsi sayur adalah 1 gelas sayuran setelah dimasak dan ditiriskan (100 gr).

Catatan: Minimal anak harus bisa konsumi setengah porsi/ setengah gelas.

Buah

  • Apel 1 buah kecil (85 gr)
  • Pisang 1 buah sedang (50 gr)
  • Melon 1 potong (90 gr)
  • Dll.

Jadi, begitulah moms cara memenuhi gizi seimbang yang terkandung dalam makanan anak plus contoh porsi makanan yang bisa kita berikan dari dr. Juwalita ya. Semoga moms enggak puyeng lagi, mikirin, apakah porsi makanan anak kita udah mencukupi atau belum 😀 .

Protein nabati sama pentingnya dengan protein hewani

Khusus bab lauk pauk atau sumber protein, pada waktu itu dr. Juwalita membahasnya khusus nih moms. Dr. Juwalita mengingatkan bahwa kedua protein tersebut sama pentingnya. Alasannya kedua jenis protein tersebut sama-sama memiliki manfaat untuk tubuh, yakni:

  • Protein Hewani

Asam aminonya (bagian terkecil dari protein) lebih lengkap, sehingga membuat protein, vitamin, mineral lebih mudah diserap oleh tubuh.

Contoh protein hewani: daging sapi, ayam, ikan, telur, dll.

  • Protein Nabati

Mengandung lemak baik, mengandung isoflavon (untuk antioksidan dan kolesterol) sehingga kelak bisa meminimalisir terjadinya penyakit metabolik, mengandung banyak serat untuk kesehatan pencernaan, serta dapat sebagai alternatif pengganti protein pada anak yang mengalami intoleransi laktosa.

Kacang-kacangan termasuk protein nabati. Sumber: Pixabay.

Manfaat protein nabati yang lainnya adalah mengandung mikronutrien seperti folat untuk membentuk sel darah merah, lalu mengandung Vitamin B (niasin, tiamin), kalium, magnesium, besi, zinc yang berfungsi melengkapi nutrisi anak.

Contoh protein nabati: tempe, tahu, edamame.

Kandungan dan manfaatnya berbeda kan? Itulah sebabnya keduanya sangat penting, karena protein hewani dan nabati sama-sama saling melengkapi kebutuhan protein tubuh.

Dr. Juwalita kemudian memberikan contoh bagaimana supaya anak bisa menyukai kedua jenis protein tersebut, soalnya kadang ada anak yang maunya cuma makan ayam goreng tapi enggak mau makan tempe kan?

Nah, di sini kita bisa menyiasati dengan mengkreasikan menu sehingga lebih banyak variasi makanan. Misalnya bikin nugget tempe campur ayam atau rolade tahu campur daging, dll. Bisa juga kita berikan protein nabatinya sebagai makanan selingan, misalnya kita bikin es kacang merah atau es kacang hijau, dll. Bisa juga kita berikan susu berbasis soya yang sudah difortifikasi yang sudah banyak beredar di pasaran. Tentu saja harus sesuai ukurannya ya moms.

Nah, begitulah moms penjelasan dari dr. Juwalita mengenai pentingnya mengkonsumsi protein nabati, di samping makan protein hewani.

Sharing dari Soraya Larasati

Nah, secara teori baik dari sisi psikologi maupun gzi seimbang kita udah tahu kan? Lalu bagaimana penerapannya? Gampang atau enggak nih?

Dalam kesempatan Bicara Gizi kala itu, ada ibu muda yang selama ini terkenal menjalani gaya hidup sehat yang juga ikutan sharing, yakni Soraya Larasati (Soraya). Ibu dua anak menceritakan bagaimana pengalamannya mengasuh kedua anaknya ketika di rumah aja selama masa pandemi ini.

Soraya Larasati. Sumber: YT channel Nutrisi Bangsa.

Prinsip Soraya yang paling utama adalah bagaimana menjaga asupan makanan anak-anaknya supaya jangan sampai mereka kekurangan gizi. Tentu saja, dengan cara memperhatikan makanan apa saja yang dikonsumsi oleh anak, termasuk makanan selingan. Makanan selingan ini kalau bisa enggak sekadar berasa manis-manis yang memanjakan lidah anak, namun harus ada gizinya, terutama seratnya.

Supaya anak-anak mau mengkonsumsi makanan yang disediakan, Soraya mengajak anak-anak untuk membantu menyiapkan bahan makanan, seperti ikutan potong-potong dan juga melihat seluruh proses memasak makanan tersebut.

Salah satu makanan selingan yang biasanya diberikan Soraya ke anak-anak adalah makanan dengan nutrisi untuk anak berbasis soya yang terfortifikasi. Soalnya makanan selingan seperti itu sudah ada jaminan lengkap kandungan vitamin dan mineralnya. Apalagi, selama ini Soraya dan suaminya juga suka mengkonsumsi makanan/ minuman seperti itu sehingga anak-anak mencontoh perilaku orang tuanya.

Soraya mengatakan memang sangat concern ke pemberian protein nabati ke anak karena dirinya pun sebenarnya vegetarian. Selain itu, protein nabati yang kaya serat juga dipercaya bisa menjaga kesehatan pencernaan anak-anaknya. Itulah sebabnya, di rumah Soraya pasti ada makanan berprotein nabati yang tersaji. Kata Soraya anak-anaknya sangat suka tempe, namun dengan dibentuk macam-macam, seperti nugget, dll.

Susu soya yang difortifikasi contoh makanan/ minuman selingan yang kaya protein nabati.

Selain makanan, Soraya juga memiliki tips supaya anak-anaknya terjaga mood-nya ketika di rumah aja seperti sekarang ini, antara lain:

  • Mengajak anak berolahraga seperti main basket, scooter, sepeda walau di area depan rumah aja.
  • Kalau anak bosan bisa pakai aplikasi apa gitu, mengajak anak joget, divideokan, dll.
  • Nyontek aktivitas maupun kreativitas yang bisa dimainkan bersama anak, sekaligus mengasah kemampuan mereka, bisa lihat dari YouTube, dll.

Tak lupa, Soraya juga mengingatkan pentingnya kehadiran yang bisa menciptakan bonding antara orang tua dan anak supaya anak tetap terjaga semangatnya.

Yaaassh, jadi begitu moms kata ibu dari dua anak laki-laki yang tengah aktif-aktifnya namun karena pandemi terpaksa deh “terkurung” di rumah aja 🙁 . Relate kan sama kita dan anak-anak juga?

Tetap semangat ya moms, memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita 🙂 .

Semoga sharing serta tips yang diberikan oleh narasumber dari Bicara Gizi yang sudah saya tuliskan di postingan kali ini bermanfaat ya, khususnya tentang bagaimana caranya untuk tetap bisa memberikan asupan makanan dengan gizi seimbang yang terbaik untuk anak-anak kita 🙂 .

April Hamsa