Ayo, cepet anaknya dibawa ke rumah sakit!” kata bapak saya, ketika anak saya Maxy demam. Waktu itu posisi saya sedang ada di kota kelahiran saya di Surabaya. Mudik lebaran ke rumah orang tua, ceritanya.

Jangan, Pak. Nanti dulu. Mau cek suhunya dulu. Nanti, kalau ke dokter sekarang malah khawatir diberi obat yang sebenarnya enggak perlu,” kata saya.

Saya memaklumi kecintaan seorang kakek kepada cucunya yang seperti itu. Lagipula saya paham bapak saya memang seperti kebanyakan orang tua zaman dulu, tentu tidak setuju dengan tindakan saya. Bapak pun mengoprak-oprak saya untuk segera ke UGD rumah sakit. Kebetulan waktu itu sudah malam banget saat Maxy demam.

Sempat bingung sih karena di rumah Surabaya enggak ada termometer. Saya juga lupa membawa alat itu saat mudik. Duh, buat pelajaran nih, kemana pun kalau pergi menginap agak lama membawa anak, jangan lupa membawa termometer.

Bapak saya kemudian berinisiatif pergi ke apotek 24 jam yang memang enggak jauh dari rumah untuk membeli obat penurun demam. Saya pun kemudian nitip untuk dibeliin termometer. For your information, buat yang penasaran dimana ayahnya Maxy, pas itu suami masih di Jakarta. Saya dan anak-anak emang mudik duluan 😛 .

Tak lama kemudian, bapak saya kembali membawa termometer dan obat penurun panas anak-anak di tangan. Saya pun segera mengecek suhu tubuh Maxy. Terbaca 38 derajat Celcius. Namun, saya bertahan untuk tidak memberikan obat penurun panasnya dulu.

Saya berani berbuat demikian bukan karena saya antiobat atau antidokter. Tapi, saya melakukannya karena saya bertindak sesuai guidelines langkah-langkah apa yang sebaiknya saya lakukan saat anak demam.

Setelah memastikan bahwa Maxy memang demam, saya pun memasak air panas. Saya mengompres Maxy pada bagian jidat dan lipatan-lipatan tubuhnya. Alhamdulillah, esoknya demamnya mereda. Anaknya juga masih mau makan dan minum.

Enggak tahu Maxy keserempet virus apa saat itu. Tapi, saya kenal anak saya dengan baik. Biasanya Maxy kalau demam, paling banter 48 jam. Kemudian, saat virusnya ilang, tubuh Maxy akan mengeluarkan keringat dingin. Lalu, demamnya reda. Suhunya kembali ke normal.

Saat masih suasana lebaran dan berkunjung ke rumah budhe saya yang seorang bidan, bapak menceritakan kalau saya “bandel” enggak mau bawa Maxy ke dokter padahal sedang demam. Budhe saya cuma berkomentar, “Kamu berani ya?” Saya pun cuma menjawab, “Sesuai guidelines-nya kan begitu, Budhe.” Ya, saya memang seberani itu, tapi kan saya enggak ngawur 😛 .

Jadi, teman-teman semua, izinkanlah saya berbagi pengalaman dan sedikit pengetahuan yang saya peroleh dari interaksi saya dengan sesama orang tua di milis Sehat, mengenai hal-hal apa saja yang perlu kita lakukan sebagai orang tua pada saat anak (terutama balita) mengalami demam:

  • Jangan panik

Saat anak mendadak demam, sebaiknya teman-teman jangan panik. Ingat bahwa demam itu bagus. Demam bukan penyakit, melainkan gejala. Sekaligus petunjuk bahwa tubuh anak kita bekerja dengan baik melawan virus yang menyerangnya.

  • Ukur suhu tubuh anak

Kalau punya anak, terutama yang masih bayi atau balita, selalu sediakan alat bernama termometer di rumah. Jadi, saat anak demam, kita bisa lekas mengukur suhunya sebelum memutuskan mengambil tindakan lebih lanjut. Jangan sekali-sekali menggunakan tanganmeter alias perabaan untuk memperkirakan berapa suhu tubuh anak. Tangan kita bukan mesin, sehingga pasti tidak akan akurat hasilnya.

Suhu tubuh anak yang normal berkisar antara 36,4 sampai dengan 37, 5 derajat Celcius. Jadi, jika suhu tubuh sudah di atas itu maka anak bisa dikatakan demam. Kalau demamnya cuma anget atau sumeng, sekitar 37-37,5 derajat Celcius, sebaiknya jangan lekas-lekas memberikan obat penurun panas. Sebab hal itu akan sia-sia. Virus justru sedang tumbuh subur pada suhu tersebut. Tunggu suhu tubuh meninggi supaya virus mati.  Kalau suhu tubuh lekas-lekas diturunkan, nanti tubuh akan lebih susah mengusir virus. Jadi, biarkan tubuh anak bekerja terlebih dahulu. Tetap ukur suhu dan amati kondisi anak. Apabila menurut pengukuran suhu, si kecil memang demam, maka boleh diberi obat penurun panas.

  • Kompres atau mandikan anak dengan air hangat

Cuma, kalau saya memilih tidak buru-buru memberikan obat penurun panas dulu ke anak. Saya akan mencoba cara lain yang tidak melibatkan obat-obatan dulu, yakni mengompres anak atau memandikan anak dengan air hangat.

Kalau zaman anak masih bayi dulu, saat demam, saya memandikan mereka dengan cara merendam mereka dalam bak yang berisi air hangat. Biasanya suhu tubuh akan menurun, ya lumayan lha ya, 1-2 derajat gitu.

Sama saja bukan dengan saat kita meminumkan obat penurun panas? Perlu teman-teman ketahui bahwa fungsi obat penurun panas itu sebenarnya bukan untuk menyembuhkan demam, melainkan untuk membantu menyamankan anak dengan memaksa tubuh menurunkan suhunya. Itulah sebabnya, saat anak demam, sudah kita beri minum obat penurun panas, eh, demam lagi.

Biasanya, kalau anak masih mau makan, minum, beraktivitas seperti biasa, enggak lemas, saya akan bertahan tidak memberinya obat penurun panas.

  • Beri anak cairan yang banyak

Saya lebih memilih memberikan anak cairan yang banyak, dengan cara memberikan air putih, jus buah, makanan berkuah-kuah, bahkan es krim. Lho, kok, es krim? Iya, enggak apa-apa. Justru dingin-dinginnya es krim itu akan meredakan panas di bagian tenggorokan, sekaligus menambah asupan kalori anak.

Anak kan biasanya makannya berkurang karena kalau lagi sakit biasanya malas makan ya? Kecuali, kalau si kecil memiliki alergi dingin atau alergi susu dan turunannya, maka pemberian es krim tidak dianjurkan.

  • Jaga suhu ruangan tetap sejuk

Jangan lupa untuk menjaga suhu ruangan tetap sejuk. Sebaiknya matikan AC dan pakai suhu ruang. Buka semua pintu dan jendela atau nyalakan kipas angin. Tujuannya agar terjadi pertukaran udara di dalam ruangan yang lebih bagus untuk anak.

  • Pakaikan pakaian yang nyaman

Zaman kita kecil dulu, saat demam biasanya orang tua memakaikan kita selimut. Ternyata hal tersebut keliru. Justru, sebaiknya saat anak kita demam, hindari pemakaian pakaian panjang dan tebal. Jangan pula diselimutin pakai selimut tebal. Namun, pakaikan pakaian yang tipis dengan lengan dan paha terbuka. Tujuannya supaya panas tubuh bisa dengan mudah keluar.

  • Beri obat penurun demam

Jika suhu tubuh anak masih tetap tinggi dan anaknya rewel, lemas, tidak mau makan dan minum maka berikan obat penurun demam. Jangan lupa untuk terus mengamati dan mencatat suhunya tiap sejam atau dua jam.

Apabila demam anak tidak kunjung mereda dalam 3×24 jam, maka sebaiknya teman-teman memeriksakan kondisi anak ke dokter atau rumah sakit. Anak-anak saya pun pernah saya bawa ke dokter saat 3×24 jam demamnya enggak ilang.

Namun, alhamdulillah sejauh ini setiap diperiksa di laboratorium tidak ada masalah serius. Kalau Maxy biasanya hari kedua setelah berkunjung ke dokter, sembuh, sih. Mungkin reminder supaya ortu-nya memperbanyak sodaqoh 😛 .

Begitulah tujuh hal yang saya lakukan apabila anak-anak terserang demam. Jadi, sebaiknya jika anak demam jangan panik ya teman-teman. Apalagi, kalau saat demam anak juga mengalami batuk pilek. Itu artinya anak jelas-jelas “cuma” mengalami common cold. Obatnya sebenarnya cuma diminumi cairan yang banyak, kalau masih bayi ya diberi ASI, plus digendong oleh ortu-nya (kesabaran orang tua) 😀 .

Tidak disarankan pula untuk membalurkan bawang merah ke tubuh anak, apalagi kalau anaknya masih bayi banget. Khawatirnya, malah muncul masalah baru, yakni kulitnya kemerah-merahan karena kulitnya sensitif gitu.

Semoga sehat-sehat selalu ya anak-anaknya! Aamiin!

April Hamsa

#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia #Day2

Tagged in:

,