Bapak, ibu, ortu homeschooler pasti enggak asing dengan Mbak Lala dan Mas Aar yang merupakan salah satu role model ortu yang homeschooling anak-anaknya. Nah, tanggal 30 Desember 2023 lalu saya berkesempatan kopdaran dengan pasutri homeschooler ini. Waktu itu ketemunya di acara kumpul-kumpul keluarga homeschooling Jabodetabek di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan.
Bersama Mbak Lala dan Helena.
Saya mengenal founder Rumah Inspirasi tersebut ketika mengikuti kelas webinar-nya yang membahas tentang homeschooling. Kalau tak salah waktu itu sekitar tahun 2017 atau 2018-an, gitu. Lupa timeline-nya.
Join grup telegramnya juga tetapi hanya sebagai member pasif. Sepertinya kala itu saya juga masih galau mau memasukkan anak-anak ke sekolah formal atau pilih menempuh pendidikan di rumah. Baru setelah pandemi, alhamdulillah bisa memantapkan hati menemani anak-anak belajar di rumah.
Setelah sekian lama homeschooling
BTW, sebenarnya keluarga kami tuh enggak pure homeschooling, sih, karena kami enggak menyusun materi belajar sendiri buat anak-anak belajar. Kami mengikuti materi panduan PKBM Sekolah Murid Merdeka (SMM), sehingga enggak terlalu pusing tentang materi belajar anak. Paling yaaa mumetnya ke persoalan gimana nambahin beberapa materi belajar yang enggak ada di SMM, seperti ngaji, belajar bahasa asing, dll.
Kalau ada pertanyaan, “Bagaimana rasanya homeschooling?”
Jawabannya: Terus terang hingga saat ini kami masih struggle.
“Struggle-nya karena apa?”
Banyaaakk. Huhu.
Dari pengalaman selama ini yang paling dibutuhkan adalah manajemen waktu yang baik. Bagaimana caranya di sela-sela kesibukan aktivitas sebagai orang tua yang sibuk bekerja dan beraktivitas lainnya, tetapi masih bertanggungjawab penuh terhadap pendidikan anak.
Disiplin waktu sangat dibutuhkan di sini, karena jika enggak pembelajarannya berantakan. Kadang, udah disiplin sesuai timeline, eh, ada saja kejadian tak terduga. Misalnya, yang pernah terjadi di keluarga kami seperti pernah kena musibah terkait rumah, saya sempat sakit, dll, sehingga sempat miss di beberapa rencana dan timeline pembelajaran.
Anak homeschooling juga mudah bersosialisasi.
Kemudian, mengenai biaya. Siapa bilang homeschooling lebih murah? Eh, tergantung situasi dan kebutuhan setiap keluarga, sih, hehe.
Jadi, kadang ada materi pelajaran yang mungkin orang tua kurang menguasai, sehingga di-sub-kan ke guru atau lembaga les. Ini butuh tambahan biaya lagi 😛 .
Tak ketinggalan masalah sosialisasi anak, yang sering menjadi pertanyaan nitijen, “Eh, gimana sosialisasi anak homeschooling, ntar enggak punya teman, donk?”
Lha, apa dikira anak homeschooling tuh dikurung di rumah saja dan enggak bersosialisasi sama sekali? Padahal, hampir atau bahkan tiap pekan, keluarga homeschooler ala-ala seperti kami pun ngider. Biasanya, kami datang ke playdate-playdate atau kopdar-kopdar sesama pelaku homeschooling atau bepergian mengajak anak berkegiatan yang sifatnya rekreasional sambil belajar.
Meskipun demikian, sejauh ini alhamdulillah masih bisa kami atasi dan cukup enjoy belajar mandiri seperti ini.
Bertemu dengan komunitas homeschooling
Sebelumnya, kegiatan pertemuan dengan sesama keluarga pelaku homeschooling hanya terbatas dengan keluarga yang anak-anaknya belajar di Sekolah Murid Merdeka saja. Namun, tahun lalu, Helena (IG: @helenamantra) memperkenalkan saya dengan komunitas namanya Rumpun Asa. Ternyata, komunitas homeschooling di Jabodetabek ini cukup sering kopdar/ playdate.
Kopdar komunitas homeschooling memberi penguatan untuk orang tua dan anak. Foto oleh Mas Andito.
Terus terang kalau ketemu ortu lain yang melakukan homeschooling untuk anak-anaknya tuh menjadi semacam re-charge semangat lagi. Tak bisa dipungkiri, kadang di tengah jalan, apalagi saat ada beberapa rencana yang tak terlaksana jalan, semangat tuh jadi kendor. Makanya, butuh bertemu dengan mereka yang suka sharing tentang pengalaman homeschooling-nya selama ini. Biar nambah-nambah wawasan baru, sekaligus bisa menjadi penguatan untuk berjuang lagi buat pendidikan anak-anak.
Begitu pula saat pertemuan dengan keluarga homeschooling di Eco Park Tebet beberapa waktu lalu. Selain bisa ketemu Mbak Lala dan Mas Aar untuk penguatan, mengetahui info-info mengenai grup-grup belajar anak, juga bisa networking.
Ngapain aja di kopdar keluarga homeschooling Jabodetabek
Sebenarnya, walaupun menghadirikan narsum seperti Mbak Lala dan Mas Aar, kopdar komunitas homeschooling Jabodetabek kala itu enggak seperti talkshow yang serius banget, gitu, sih. Malahan acaranya cenderung fun, kek piknik, sambil mendengarkan narsum menceritakan pengalaman homeschooling anak-anaknya.
Mbak Lala dan Mas Aar juga menceritakan kalau zaman dulu banget, homeschooling belum sepopuler sekarang, sehingga susah mencari “teman”. Berbeda sekali dengan zaman sekarang, di mana komunitas-komunitas homeschooling banyak banget.
Masing-masing komunitas membawa metode belajar, kemudian materi-materi menarik yang bisa dipraktikkan oleh setiap keluarga. Udah banyak juga kopdar atau playdate komunitas homeschooling.
Udah gitu, kalau pun enggak kopdar, pertemuan secara virtual pun sangat mendukung. Ini seiring dengan teknologi komunikasi yang semakin beragam dan berkembang.
Kopdar komunitas homeschooling Jabodetabek dan sekitarnya. Foto oleh Mas Andito.
Kalau menurut saya pribadi, salah satu yang membuat homeschooling makin banyak yang meminati juga karena pandemic kemarin. Lalu, tak ketinggalan juga karena menteri pendidikannya yakni Nadiem Makarim memiliki inisiatif Merdeka Belajar yang sebenarnya sudah ada di homeschooling.
Pertemuan hari itu cukup menginspirasi saya untuk melakukan evaluasi mengenai aktivitas homeschooling anak-anak kami Salah satunya adalah bahwa tidak harus kok memindahkan sekolah ke rumah, melainkan memikirkan bagaimana supaya anak-anak enjoy belajar.
Lalu, seperti yang saya bilang sebelumnya, saya baru mengetahui tentang beberapa grup-grup belajar anak, antara lain semacam klub Bahasa Inggris, klub menulis, dll. Membuat saya tergerak untuk mencari klub-klub sejenis di mana anak-anak bisa terlibat dan memiliki teman-teman belajar juga.
Pendek kata, mumpung suasananya juga pas, (kala itu) jelang tahun baru juga, sehingga membuat saya menyusun beberapa resolusi belajar. Salah satunya, terus terang yang menjadi concern saya adalah memperbanyak belajar secara luring, karena metode sekolahnya/ PKBM-nya sendiri udah daring.
Ini juga merupakan salah satu upaya saya mengurangi paparan gadget ke anak. Kepengen anak-anak lebih banyak berinteraksi secara luring juga atau minimal seimbang.
Yaaa, begitu sih kira-kira inspirasi yang saya dapatkan kala itu. Alhamdulillah, pulang-pulang membawa oleh-oleh banyak ide belajar buat anak-anak.
Selain itu, dengan kopdar-kopdar seperti ini, anak jadi tahu kalau banyak anak-anak lain di luar sana yang homeschooling juga seperti dirinya. Harapannya anak-anak tidak merasa sendirian.
Kopdar keluarga homeschooling biasanya minim sampah.
Oh ya, satu lagi yang sepertinya seolah “receh” di kegiatan kopdar homeschooling yang beberapa kali saya ikuti adalah minim sampahnya. Terutama sampah plastik. Jadi, peserta yang datang biasanya bawa tumbler/ botol minum dan peralatan makan sendiri.
Hal-hal semacam ini secara tak langsung mengajari anak-anak mengenai lifestyle untuk lebih go green. Orang tua sudah mencontohkan, semoga nurun ke perilaku anak-anak yang bisa dibawa hingga mereka dewasa kelak.
BTW, untuk sajian selama acara sih biasanya potluck ya. Cuma, kemarin ada yang berbaik hari membawa potluck dua panci soto. Apalagi, pas banget cuacanya mendung, bahkan ketika siang, hujan turun lumayan lebat. Hehe, alhamdulillah.
Begitulah sedikit cerita saat kumpul-kumpul dengan para keluarga homeschooling yang tinggal di sekitaran Jabodetabek. Kalau saya perhatikan, masing-masing juga memiliki struggle menjalankan homeschooling. Meski begitu semangat belajarnya juga tampak menonjol. Tentu saja tujuannya untuk memberikan yang terbaik buat anak-anak.
Saya dan suami pun setiap detik berusaha keras untuk itu. Semoga bisa dan harus bisa, ya.
April Hamsa
Aheyyy ada aku di sini. Benar lho mbak, kopdar Rumpun Asa kali itu memang sangat ku tunggu karena bakal ketemu buanyaaak keluarga homeschooling. Bisa ngobrol ini itu, dengerin sharing, curhat, dan yah ternyata orang lain juga mengalami tantangan yg sama dg ku. Itu recharge energi banget! Trus, anakku bisa tatap muka dg teman-teman se-PKBM yg selama ini cuma kelihatan sekotak di layar zoom.
Iyaa Mak. Kalau anak homeschooling mesti ditanya, apa punya teman? Padahal kan ya ada teman tetangga, teman komunitas juga. Jadi mereka jg tetap bisa bergaul.
Sukaa deh acara yg minim sampah kayak gini.
Semakin cakep ini blognya ya bu April… Pasti happy banget ini bisa bertemu dengan para orangtua yang mengikutkan anaknya homeschooling. Tantangan untuk anak-anak homeschoolling pun ada ya, jadi memang menyesuaikan kondisi program belajarnya.
Tau SMM itu pas pandemi dari postinganmu mbk ahaha.. Kebayang ya yg pure HS ini kudu bikin materi ini itu, salut banget akutu sama ortunya. Keren..
Semoga lancar ya buk perjalanan homeschooling anak2. Masya Allah selalu salut dan pengin melukkk ortu yg memilih anak2 dgn metode homeskul ini, tantangannya pasti sedemikian rupa ya. Kereen, minim sampah di setiap acara, anak2 melihat langsung untuk tidak pakai wadah sekali pakai. Pembiasaan yg bagus beuuud ini.
Wah, seru banget kumpul-kumpulnya saling support satu sama lain ya. Memang harus recharge semangat kalau mulai kendor. Salut banget sih aku dengan para orangtua yang bisa konsisten mendidik anak secara homeschooling. Effortnya bener-bener totalitas ya, soal manajemen waktu, kedisiplinan juga pastinya lebih hard to do, tapi pasti bisa..
Sepakat sih kalau ketemu sama rekan2 sekomunitas itu pas jd ngerecharge banget yaa. Kupikir mrk yang homeschooling ngatur sylabus dan lain2 sendiri dari nol, ternyata ada materi panduan yang bisa dirujuk ya, jd bukan yang blank banget. Klo komunitasnya solid begini enak yaa
Seru ya mbak kalau ngumpul dengan sesama keluarga homeschooling
Aku juga gitu di surabaya
Biasanya aku ikutan kegiatan English club dan pramuka bareng oara homeschooler surabaya
Aku baru tahu loh tentang Homeschooling secara detail dari artikel Mak April ini. Zaman anak-anakku masih kecil istilah homeschooling sudah popular, namun aku belum percaya diri mampu melakukannya untuk anak-anak. Karena minim waktu apalagi saat itu masih sibuk kerja kantor.
Masih aja aku terkagum-kagum sama orang tua homeschooler. Hebat bangeeet. Alhamdulillah sekarang banyak komunitas homeschooling, ya, jadi bisa saling sharing ilmu dan materi belajar anak-anak. Juga banyak ilmu yang bisa diambil, saling menginspirasi, lah. Anak-anak juga bisa sosialisasi dengan temannya. Semoga dilancarkan terus ya selama proses homeschooling anak-anaknya Mbak April dan Mbak Helena (lah aku nebeng doain dia di sini hehe).
Wah, ternyata keluarga yang pilih homeschooling banyak juga ya. Kalau gini jadi semangat karena ada teman seperjuangan. Dulu aku anggap HS kaya jauh banget dari jangkauan, anak juga gak bersosialisasi. Ternyata makin berkembang zaman, pikiranku kurang tepat ya
Ecopark buat ketemuan para orangtua home schooling bisa jadi ajang pertemuan buat saling belajar, curhat dan donasi makananbuat dimakan bareng bareng
Kalau ada komunitas homeschooling gitu anak anak jadi punya temen ya bersosialisasi dan membuat project juga, bagus nih tapi kalau di kota kecil susah kali ya, sedikit yang memilih homeschooling
Asyik nih kalau pelaku HS pada kopdar. Banyak juga ya. Jadi pengen anakku HS tapi di sini masih gak ada kayaknya.
Selain itu, manajemen waktunya kudu tepat dan sesuai, ya. Harus disiplin mengatur waktu biar gak bertubrukan kerjaan dan waktunya anak HS.
Semoga makin mantap menjalankan pola homeschooling setelah bertemu dengan ortu HS lainnya. Waahh ada Mbak Lala juga yaaa… Dulu awal2 ngeblog aku pernah ikutan kelas online desain blog sama Mbak Lala. Beliau sudah menerapkan HS pada anak2nya saat HS belum se-hype sekarang.
Kalau lihat seramai ini keluarga yang HS tuh rasanya pengen anakku kembali menjalani aktivitas yang sama
Hanya saja pengaruh keluarga besar dengan ejek ejek anak saya tidak sekolah = bodoh tuh bikin sakit hati
Sukses selalu HS-nya Mak
Memang yang paling tahu apa yang dibutuhkan anak-anak pastinya kedua orangtuanya. Dan dari kesepakatan itu, pasti uda dipertimbangkan dari segala macam sisi. Aku yakin, homeschooling itu gak murah.. huhuhu, kebayang aja gitu.. kalo ikutan sekolah kan tinggal mengikuti kurikulum yang ada beserta alat peraganya. Kalau HS, pastinya ada alat peraga yang kita sediakan secara mandiri dan ini tentunya investasi banget.
Seru kalau gabung di komunitas HS.
Selain berbagi pengalaman ke sesama orangtua, juga anak-anak jadi ada aktivitas yang ditunggu-tunggu karena penuh kejutan.
Asyik ya ada pertemuan komunitas keluarga homeschooling seperti ini, bisa berbagi pengalaman dan pemgetahuan, jadi bikin semangat…
Wah aku baru tahu anak-anak homeschooling lho April, memang ada tantangan tersendiri ya homeschooling ini tapi dengan gabung komunitas jadi terasa lebih ringan dan banyak teman seperjuangan
Dulu aku pernah kerja sebagai marketing di salah satu “brand” homeschooling kenamaan dan agak kapok karena lingkungan kerjanya nggak begitu oke WKWK. Tapi kalau sistem belajarnya, aku rasa bagus dan nggak membebani siswa dengan terlalu banyak mata pelajaran yang mungkin nggak jadi fokus bakat dan minatnya. Tapi soal biaya, menurutku malah jauh lebih mahal dari sekolah formal. Lagi-lagi balik ke kebutuhan siswa dan orang tua sih…